Hanya Kamu Hidupku - Bab 22 Bagaimana Perasaanmu Pada Paman Ketiga?

Wajah kecil Ellen agak bergetar, ia berbalik melihat William yang berlalu, diam-diam menghela nafas, tempramen paman ketiga belakangan ini semakin sulit ditebak.

Hari ini tiba di sekolah, begitu Pani masuk ke kelas, Ellen langsung menceritakan kotak hadiah yang tiba-tiba hilang itu padanya.

Setelah Pani mendengarnya, terdiam kira-kira 10 detik, lalu menatap Ellen dengan tatapan cukup rumit, berkata dengan perlahan, “Ellen, bagaimana perasaanmu pada paman ketigamu?”

“…..” Ellen tercengang.

Dai sedang membicarakan masalah kotak hadiah yang hilang, untuk apa dia membahas paman ketiganya?

Ellen menatap Pani dengan bingung, meskipun merasa aneh, namun tetap menjawab dengan jujur, “Paman ketiga adalah orang tuaku, aku menghormatinya, bergantung padanya.”

“…. Hanya sebagai orang tua?” Pani menatap Ellen .

Ellen merasa aneh, menatap Pani beberapa detik lalu berkata, “Paman ketiga kan memang orang tuaku.”

Pani mengetatkan bibirnya, alisnya mengkerut erat, “Kalau begitu bagaimana dengan Bintang? Bagaimana perasaanmu?”

Wajah Ellen langsung panas.

Pani melihat wajah Ellen yang mulai merona merah, menyipitkan mata, “Suka?”

Ellen selalu menganggap Pani sebagai teman baiknya, dan dia percaya, Pani juga demikian.

Jadi mengenai hal ini, dia tidak menutupinya, berkata, “Aku tidak membencinya, sebaliknya, ketika bersama dengannya aku merasa sangat nyaman dan bebas.”

Pani sendiri juga belum pernah berpacaran, jadi ia tidak bisa menarik kesimpulan dari gambaran perasaan Ellen, dia tidak bisa menyimpulkan itu sebagai suka atau hanya tidak merasa benci.

Setelah berpikir sejenak, Pani mengulurkan tangannya pada Ellen .

Ellen hanya berkedip, “Apa?”

“Berikan ponselmu.”

Ellen mengangkat bibirnya, mengeluarkan ponsel dari bawah meja, lalu meletakkannya di tangan Pani .

Pani menyalakan sinyal 4G, membuka google, lalu memasukkan apa yang digambarkan oleh Ellen di kolom pencarian, dan mulai mencari.

Membuka hasil pencarian yang muncul paling pertama.

Pani melihat sekilas, lalu memberikan ponsel pada Ellen, “Nih.”

Ellen menerimanya, menundukkan kepala melihat hasil pencariannya : Seharusnya kamu menyukainya, jika tidak menyukainya maka kamu tidak akan merasa nyaman ketika bersamanya, hanya akan merasa canggung.

Jadi… dia menyukai Bintang? Ellen menggeleng, keluar dari kolom hasil pencarian, meletakkan ponsel di atas meja, melihat kearah Pani yang sedang menatapnya, “Aku baru 17 tahun, jangan berpikir terlalu jauh. Lagipula, paman ketigaku tidak akan menyetujui aku berpacaran sekarang…”

“Paman ketigamu bukan hanya tidak akan menyetujuimu berpacaran sekarang, berapapun usiamu, paman ketigamu tidak akan setuju…..” kecuali pasanganmu itu dia!

Kalimat terakhir ini akhirnya tertahan oleh Pani .

Dia paham sejauh mana ketergantungan Ellen pada William, dia menganggap William sebagai satu-satunya yang bisa ia andalkan dan bernaung.

Kalau sampai ia tahu perasaan William padanya……….

Dia sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya.

Mendengar Pani berkata demikian, setelah Ellen tercengang sesaat, ia tersenyum, “Menurutku aku bisa mengerti itu, bagaimanapun aku ini dibesarkan oleh paman ketiga, aku juga selalu berada di sampingnya, kalau suatu hari aku punya pacar, paman ketigaku pasti akan merasa sedih layaknya menikahkan putrinya.”

Putri…

Sudut mata dan sudut bibir Pani membatu bersamaan.

Setelah melambaikan tangan, Pani tidak melanjutkan pembicaraan ini dengan Ellen lagi.

……

Siangnya sepulang sekolah, kembali ke Coral Pavillion, Ellen menurunkan tas dari bahunya sambil berjalan masuk ke ruang tamu.

Siapa sangka melihat William di ruang tamu.

Ellen terkejut, “Paman ketiga, kenapa hari ini pulang begitu cepat?”

William menatapnya dengan tenang, “Di kantor sedang tidak banyak pekerjaan, jadi pulang lebih awal.”

Ternyata begitu.

Ellen meletakkan tasnya di atas sofa, dia menghampiri dan duduk disamping William, ketika sudut mata melihat apa yang terletak di atas meja, ia langsung terperangah.

Hadiah yang tadi pagi menghilang, tiba-tiba muncul di atas meja ruang tamu, bukankah ini terlalu ajaib?

Ellen mengerjapkan matanya tidak percaya, lalu melihat lagi, hadiah itu tetap berada di sana.

Jadi……….

Ellen melihat kearah William dengan heran, sepasang matanya yang besar dan jernih dipenuhi tanda tanya.

Ekspresi William sangat tenang, suaranya yang serak dan seksi juga begitu datar, “Bukankah tadi pagi kamu bilang hadiahmu hilang? Ketika aku kembali aku mencari ke kamarmu, sudah ketemu.”

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu