Hanya Kamu Hidupku - Bab 340 Jangan Mengecewakan

340

Jadi Ellen dan William berencana untuk mengadopsi Keyhan.

Taman bunga di Vila.

Ketika Ellen datang membawa buah-buahan, Keyhan seperti sebulan yang lalu, berdiri sendirian di halaman.

Ellen melihat sosok Keyhan, hatinya merasa tertekan.

Ellen menarik nafas, dan berjalan ke sana, berdiri di sebelah Keyhan, menundukkan mata melihatnya, “ Keyhan, makanlah buah-buahan.”

Keyhan memandang Ellen, berbalik dan pergi tanpa mengatakan apapun.

“ Keyhan.”

Ellen menggigit bibir dan mengejarnya, “ Keyhan, ke mana kamu pergi?”

Keyhan tetap diam tidak berkata, dan terus melangkah maju.

“Maaf.” Ellen terisak, dan berkata.

Keyhan menghentikan langkah kakinya.

Ellen menarik nafas, segera bergegas maju, berjalan ke depan Keyhan, berjongkok, mengulurkan tangan memegang tangannya yang mengepal, dan menatapnya dengan matanya yang memerah, “ Keyhan, kamu merasa kesal pada bibi, dan membenci bibi, bibi bisa mengerti. Bibi bersalah padamu.”

Ellen tidak menyembunyikan Keyhan tentang kebenaran Yuhan meninggal.

Keyhan menatap Ellen dengan tenang, kedua bibirnya menutup rapat.

“Kamu sedih, sakit hati dan kesal, kamu boleh melampiaskan semuanya pada bibi. Tapi jangan menahannya, kamu begini, aku sangat khawatir.” Ellen mengerutkan kening, wajahnya agak pucat.

Mata Keyhan semakin memerah, bibirnya tertutup semakin rapat.

Ellen meletakkan nampan buah di tangannya, menggenggam tangannya yang satu lagi, “Aku tahu tidak peduli apa yang aku katakan sekarang, tidak akan bisa menenangkan dirimu. Bibi hanya bisa menjamin padamu, tidak peduli apa yang terjadi di masa depan, Bibi pasti akan selalu menemanimu, tidak akan membiarkanmu sendirian.”

Sama-sama kehilangan orang tua di masa kecil, sama-sama merasakan perasaan tak berdaya.

Tidak ada orang yang lebih jelas daripada Ellen tentang perasaan Keyhan.

Kehilangan orang terdekat, tiba-tiba menjadi anak yatim piatu yang kasihan di mata orang.

Kesepian dan ketidakberdayaan ini, kecuali merasakannya sendiri, kalau tidak, tidak mungkin bisa mengerti kegelisahaan yang mendalam itu.

“ Keyhan, aku dan Paman Dilsen serta Tino dan Nino, kami semua adalah saudaramu.” Ellen melihat mata Keyhan dengan tatapan tulus, dan perlahan-lahan berkata.

“Kalian adalah sekeluarga, aku bukan.” Keyhan tidak melepaskan tangan Ellen, tatapannya tenang seperti biasanya, menatap Ellen dan berkata, “Aku tidak memiliki saudara lagi.”

“Tidak.” Ellen menggenggam erat tangan Keyhan, air matanya tidak tertahankan, “ Keyhan, di hati bibi, kamu sudah menjadi putraku, sama seperti Tino dan Nino. Mungkin bibi mengatakan begini, kamu akan merasa bibi sedang menghiburmu, kamu memberikan bibi sebuah kesempatan, bibi akan membuktikannya padamu, oke?”

Keyhan melihat air mata di wajah Ellen, melihat dia mengerutkan kening dan menyalahkan diri, serta kecemasan dan kegelisahan di dalam matanya, wajahnya yang dingin menegang, “Bibi Nie, kamu tidak perlu seperti begini. Aku tahu mamaku melakukan ini demi menyelamatkanmu, mamaku rela melakukan itu. Oleh karena itu, aku tidak akan menyalahkanmu dan membencimu. Bibi tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri dan tidak perlu merasa bersalah, mamaku yang rela melakukan semua ini.”

Mengatakan ini, Keyhan berhenti sejenak, lalu berkata, “Bibi Ellen, aku sudah terlalu lama berada di rumahmu, kamu boleh mengantarku pergi.”

Ellen tertegun, menggelengkan kepalanya, “Ini adalah rumahmu, kamu.... kamu ingin aku mengantarmu ke mana?”

Keyhan melihat air mata di sudut mata Ellen tidak berhenti mengalir keluar, dia berkata, “Aku bisa pergi ke rumah kesejahteraan.”

“ Keyhan........”

Ellen memegang erat tangan Keyhan, suaranya sangat serak, “Aku tidak akan mengantarmu ke rumah kesejahteraan, tidak akan. Kamu adalah anakku, memang seharusnya berada di sisiku, tidak boleh pergi ke mana pun.”

Keyhan menundukkan bulu matanya, beberapa detik kemudian, dia membuka matanya, menatap fokus pada Ellen, “Aku boleh tetap tinggal di sini, tetapi aku punya syarat.”

“Ok, aku berjanji padamu. Tidak peduli apapun yang kamu katakan, aku pasti akan berjanji padamu.” Ellen langsung mengangguk tanpa berpikir.

Melihat situasi ini, mata Keyhan berkedip.

……

Jam sebelas malam, Ketika Keyhan, Tino dan Nino sudah tidur.

Tirai di dinding kaca kamar tidur utama belum ditutup, Ellen mengenakan mantel berdiri di depan jendela, tertegun menatap ke luar jendela.

Sepasang matanya perlahan-lahan mengumpulkan cahaya merah.

Kehangatan menempel dari belakang, tubuh dan kedua lengannya dipeluk dari belakang.

Bulu mata Ellen yang tebal bergetar, dari kaca jendela, dia melihat pria yang memeluknya.

“Sudah waktunya tidur.” William menundukkan matanya, menatap wajah Ellen yang putih, dan berkata dengan lembut.

“Ya.” Ellen berusaha mengangkat sudut mulutnya.

William menggerakkan bibirnya, lengannya yang panjang turun ke bawah, menggendongnya dan menuju ke arah ranjang.

William meletakkannya di atas ranjang, Ellen membalikkan tubuhnya, setengah wajahnya menempel di bantal, matanya masih terbuka lebar.

Lengan William menahan di ranjang, kedua matanya yang mendalam menatap punggung Ellen, lalu naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah Ellen. Mengambil selimut dan menutup tubuh mereka berdua.

“ Keyhan sudah setuju.” Ellen berkata dengan suara serak.

William menyipitkan matanya, mengulurkan tangan memeluk Ellen, meletakkan dagunya di atas kepalanya, “Ya, besok aku akan meminta Sumi mengurusnya.”

Ellen berbalik, kedua tangannya memeluk pinggangnya, menempelkan wajahnya ke bagian dadanya.

William menundukkan kepala, dia menatap kepala Ellen di dalam pelukannya dengan tatapan mendalam.

“Menurutmu, bagaimana kakak Yu mengajari anak yang begitu baik seperti Keyhan ?” Ellen berkata dengan nada suara bergetar.

William merangkul pinggang Ellen dengan satu tangan, dan satu tangannya lagi menyentuh kepala Ellen dengan lembut, “Setelah dewasa, Keyhan pasti sangat hebat.”

“Tetapi, kakak Yu tidak dapat melihatnya lagi.”

Ellen memejamkan matanya, “Sampai sekarang aku masih tidak mengerti, mengapa kakak Yu menyelamatkan aku?”

Dia dan Yuhan baru kenal sekitar sebulanan, mereka adalah teman, tetapi dia tidak merasa hubungan mereka begitu baik hingga dia bisa menyelamatkannya tanpa mempedulikan nyawanya sendiri.

Lagipula, dia masih memiliki Keyhan.

William menyentuh rambut Ellen yang panjang, tatapannya penuh kerumitan.

Setau dia.

Dua bulan yang lalu, Yuhan didiagnosis menderita kanker lambung stadium lanjut.......

Tentu saja, dia tidak meragukan niat awal Yuhan menyelamatkan Ellen, tetapi penyakitnya adalah kenyataan.

Alasan mengapa dia berhenti bekerja di Perusahaan Majalah Yuk Gosip juga karena ingin kembali ke rumah kakaknya untuk beristirahat.

Hanya beristirahat, bukan menjalankan pengobatan.

Dia merasa mungkin Yuhan ingin menyimpan tabungannya untuk Keyhan.

“Apakah kamu tahu? Syarat Keyhan menyetujui kita mengadopsinya adalah dia berharap aku dapat melupakan kematian mamanya, jangan lagi merasa bersalah dan sedih, dia bilang hanya dengan begini, dia baru dapat merasa bahwa kita melakukan ini bukan hanya karena merasa kasihan dan simpati padanya. Dia bilang kalau kita selalu merasa bersalah dan bersikap hati-hati padanya, maka dia juga tidak dapat menganggap tempat ini sebagai rumahnya. Sebaliknya, rasa bersalah itu akan menjadi sangkar dan belenggu baginya, kalau demikian, dia bilang sebaiknya kita mengantarnya ke rumah kesejahteraan.”

Ellen berkata dengan sedih.

Seorang anak yang hanya berusia delapan atau sembilan tahun mengucapkan pernyataan seperti ini, membuat orang terkejut dan tersentuh.

Yuhan benar-benar mengajar Keyhan dengan sangat baik!

William menggerakkan bibirnya memandang Ellen dan berkata, “Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk Keyhan.”

Ellen mengangkat kepala dari pelukannya, menatap William dengan air mata berlinang, “Mulai sekarang, Keyhan adalah anak kita, sama seperti Tino dan Nino.”

"Tentu saja." William memegang wajah Ellen dengan lembut, mengangguk dan berkata.

"Terima kasih." Ellen memeluk William dan berkata.

William menghela nafas dalam-dalam dan mencium rambutnya, “Apa yang bisa kita lakukan adalah jangan mengecewakan kakak Yu.”

Jangan mengecewakan Yuhan yang telah menghabiskan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan dirinya, dan jangan mengecewakan kebaikan Keyhan.

“Yah, aku akan segera semangat kembali, dengan membawa bagian dari kakak Yu, menjalani kehidupan dengan penuh bahagia setiap hari. Aku akan membantu kakak Yu mengawasi Keyhan menjadi hebat, melihat dirinya menikah dan memiliki anak.”

“Aku akan menemanimu.”

Ellen menangis dan mengangguk dalam pelukan William.

……

Setelah Keyhan setuju, William langsung menyuruh Sumi segera menangani semua prosedur yang terkait dengan adopsi.

Keyhan juga secara resmi menjadi anggota keluarga Dilsen.

Tino dan Nino mulai menempel pada Keyhan, William dan Ellen menjadi lega.

Keyhan masih tetap tidak banyak berkata, setidaknya di depan William dan Ellen masih seperti begini.

Namun Ellen diam-diam mengamatinya selama beberapa hari, sikap Keyhan tidak begitu dingin ketika menghadapi Tino dan Nino, beberapa bocah kecil berbicara dan bercanda, terlihat lumayan harmonis.

Setiap kali Ellen melihat adegan seperti itu, hatinya selalu tersentuh.

Tetapi Ellen masih selalu teringat Yuhan.

Tapi dia tidak pernah lagi menunjukkan kesedihan dan perasaan bersalah di depan Keyhan.

.......

Pada hari ini, Tino, Nino dan Keyhan, semuanya telah berangkat sekolah, karena urusan Yuhan, Ellen sudah lama tidak berbicara dengan Nurima, jadi dia meneleponnya.

“Agnes.”

Nurima sangat senang, menerima panggilan telepon dari Ellen.

Ellen tidak menahan diri menggerakkan sudut mulutnya, "Nenek."

“Haiks.” Nurima menghela nafas, “Nenek sudah lama menunggu panggilan teleponmu.”

Ellen mengerutkan kening, dan meminta maaf, “Nenek, maafkan aku, baru-baru ini aku......”

“Tidak perlu mengatakan apapun, nenek mengerti.”

Nurima menghela nafas lagi, “Sekarang kamu mengambil inisiatif menelepon nenek, itu berarti waktu tersulit telah berlalu.”

".... Ya." Ellen mengulurkan tangan, menyeka sudut matanya dan tersenyum berkata, “Akhir-akhir ini telah membuatmu khawatir.”

“Nenek memang seharusnya khawatir. Oh ya.” Nurima menarik nafas, “Agnes, kakakmu pergi ke kota Tong semalam, dia bilang mengkhawatirkanmu, jadi pergi melihatmu, apakah dia sudah tiba? Apakah sekarang sedang bersamamu?”

“?” Ellen terkejut, “Kakakku datang ke sini?”

“Sudah pergi. Semalam ketika baru saja tiba di kota Tong langsung meneleponku, katanya dia akan segera pergi mencarimu. Aku menyangka dia sudah tiba di tempatmu.” Nurima berkata.

Ellen menggerakkan bibirnya.

“Apakah dia tidak pergi mencarimu?” Nurima tidak mendengar Ellen berkata, dia menjadi panik.

“....... sudah nenek.” Ellen menghela nafas, “Semalam kakak sudah datang.”

“Di mana kakakmu? Kamu menyuruh kakakmu mengangkat telepon dan berbicara denganku.” Nurima berkata dengan khawatir.

Bulu mata Ellen berkedip, “......Nenek, kakak keluar tadi pagi, katanya pergi mencari teman di dalam kota. Nanti setelah dia kembali, aku akan......”

Sebelum Ellen selesai berkata, dia mendengar suara mobil dari luar.

Ellen langsung berdiri dari sofa, dan melihat ke luar.

Tidak lama kemudian, dia melihat Frans memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, dan berjalan masuk ke dalam dengan santai bersama....... Eldora.

“……”

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu