Hanya Kamu Hidupku - Bab 444 Catatan Cemburu 2

Kelihatan, suasana hati William sekarang sangat baik, secara paksa merangkul Ellen dan menciumnya lama sekali baru melepaskan mulut wanita itu, berubah menjadi ciuman dangkal di muka samping dan rambut wanita itu.

Ellen menghembus nafas, tak berekspresi, melihat ke atas dan melototi William, “Apa kamu tidak ada sesuatu yang mau dibicarakan denganku?”

“Membicarakan apa?” William melihat wanita itu, dalam mata bergetar senyuman yang berkerutan halus.

“Menurut kamu mau membicarakan apa.” Ellen marah dan memberontak di dalam pelukannya, “Pria memang bukan barang bagus! Pria yang kaya dan tampan lebih bukan lagi!”

William mengepung dan menggerak-gerakkan lengan wanita itu dengan kuat, tersenyum kaku, “Apakah pria yang kaya dan tampan sudah membuatmu marah?”

“Kamu masih tertawa? Yang aku bilang itu kamu! Aku lihat kamu masih bisa tertawa!” Ellen mengerahkan sekuat tenaga juga tidak bisa lepas, kepalang saja tidak memberontak lagi, dengan muka kecil yang sangat marah melototi pria itu berkata.

William kepalang menggendong Ellen ke atas pahanya, satu tangan merangkul ke pundak wanita itu, satu tangan mengelilingi pinggang ramping wanita itu, dalam bola matanya mengandung senyuman kecil yang tipis, dengan suara ringan, “Ayo bilang, apa salahku? Apa yang sudah kulakukan?”

Ellen juga tidak bisa menahan lagi, jari kecilnya menunjuk ke arah pintu ruang kerja, masih gemetaran, “Aku tanya kamu, siapa siluman rubah itu? Mengapa wanita itu pagi-pagi sudah keluar dari ruang kerjamu? Ayo bilang! Aku mau mendengarkan apa yang kamu katakan.”

William melihat sekilas tangan Ellen itu, tersenyum sampai kerutan di ujung mata juga keluar, menangkap kemari cakar wanita itu yang tak berhenti gemetar menggenggamnya ke dalam tangan, melihat wanita itu berkata, “Dia namanya Vera, bukan siluman rubah….”

“Kamu sekarang tidak menjelaskan, apa kamu mau membelanya? Aku panggil dia siluman rubah kamu tidak senang, sakit hati, melindungi dia kah?” Ellen sakit hati berkata.

“….” William dari awal sampai akhir tersenyum datar, melihat Ellen, menaikan alis berkata, “Reaksimu besar sekali, cemburu yah? Biasanya memanggilku pria tua, aku pria tua, apa masih ada yang bisa membuatmu tidak tenang?”

“Kamu juga tahu kamu pria tua? Sudah tahu kamu masih tidak baik-baik.” Ellen menghela berkata.

William berekspresi tak berdaya.

“Kamu jangan mengubah topik pembicaraan. Kamu masih belum memberitahuku dia itu siapa.” Ellen mengerutkan dahi, melotot memaksa bertanya ke William.

William tak berdaya, mencubit cakar wanita itu yang lembek berkata, “Dia itu asisten khususku, bukan sekacau seperti yang dipikirkan di dalam otakmu.”

Berkata sampai di sini, William agak diam 2 detik, saat membuka mulut lagi, menyipitkan mata melototi Ellen menghela nafas, “Kamu jelas tahu aku tidak akan melakukan hal itu.”

Ellen mendengar penjelasan William, sedikitpun tidak hilang amarahnya, “Kamu tidak akan melakukan tidak berarti orang lain tidak bisa berinisiatif menempel ke tubuhmu….”

Ellen berkata sampai di sini, tiba-tiba berhenti, sepasang mata yang hitam berkerlip melihat William.

William berpemikiran “asal tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani tidak takut hantu mengetuk pintu“, dengan tenang menerima tatapan mata Ellen yang mengintrogasi.

“Jangan-jangan, asisten Aron tiba-tiba berhenti, itu demi mengosongkan posisi untuk asisten khusus ini?” Ellen seperti berhasil memecahkan kasus saja, menyipitkan mata melihat William, perlahan berkata.

Ujung mata William tertarik, mengangkat tangan menjitak Ellen.

“Sht”

Ellen menarik nafas, memegang kepalanya melototi William, “Kamu masih memukulku?”

“Kamu memang mau dipukul!” William menghembus nafas berkata.

“….” Ellen tidak senang sengaja mengeluarkan nafas besar.

William menghelakan nafas panjang, menurunkan tangan kecil wanita itu yang menutupi kepalanya, satu tangannya lagi mengelus dengan ringan dahi wanita itu, dengan hangat berkata, “Terus saja tidak memberitahu kamu, alasan asisten Aron berhenti, itu karena merasa tidak pantas untuk dibahas lagi.”

Perkataan William “tidak pantas untuk dibahas lagi” ini, sebaliknya membuat Ellen tidak jelas yang dia maksud itu Aron orang ini, atau alasan Aron berhenti.

“Aron dan Rosa pernah bekerja sama.” William berkata.

Ellen terkejut, “Aron dan Rosa? Bagaimana mungkin?”

Di dalam ingatan Ellen, di perusahaan Dilsen Aron adalah tangan kanan William, prajurit yang sangat tangguh, selalu diandalkan William.

Dan Aron juga sangat tulus terhadap William, tekun mengerjakan setiap tugas yang diberikan.

Kalau perkataan ini bukan William yang mengatakan, Ellen sama sekali tidak akan percaya Aron dan Rosa bekerja sama.

“Hal ini terjadi ketika kamu kecelakaan, ibu juga tiba-tiba mengetahui bahwa Vania bukan putrinya, dan semua bukti menunjukkan bahwa Vania adalah tersangka di balik layar atas perencanaan kecelakaan itu. Rosa ingin membuat Vania menanggung semua akibatnya dan mengakhiri masalah ini.”

William kelihatan di wajah wanita itu muncul perasaan sedih dan tidak senang, lalu menggenggam tangan Ellen lebih erat lagi, suara jadi lebih lembut lagi, “Karena masalah ini, kamu sangat sedih, waktu itu murung terus. Ditambah ibu tahu asal-usul Vania yang sebenarnya dan diberitahu bahwa putrinya sudah meninggal di dalam rahim, waktu itu juga sedih dan putus asa. Dan saat ini, aku mungkin perlu memperhatikan kalian, jadi urusan kantor perlu lebih banyak diserahkan ke Aron.”

“Tak disangka, aku belum sempat menyampaikan, Aron sudah mengajukan permohonan untuk cuti, dan sikapnya sangat teguh, bersih keras mau cuti. Begitu Aron cuti, urusan kantor aku tidak bisa tidak mengurusnya sendiri. Rumah dan kantor dua-duanya sibuk, aku tidak ada waktu untuk menelusuri selain Vania ada kemungkinan yang lain di balik masalah ini, langsung menilai Vania yang melakukan. Dengan seperti itu, Rosa juga sudah selamat.”

Selesai mendengarkan perkataan William.

Ellen berpikir mendalam sebentar, mengerutkan dahi melihat William, “Maksud kamu itu, Aron tiba-tiba mau minta cuti, karena mendapatkan perintah dari Rosa.”

William mengangguk.

“Tapi mengapa?” Ellen tidak bisa mengerti.

“Aron di sisiku bertahun-tahun, di perusahaan terus menjadi asisten khususku tidak pernah berubah.” William melihat Ellen, “Aron mengira aku tidak percaya dia, tidak menaikkan pangkatnya ke posisi yang lebih tinggi. Dan Rosa menggunakan hal ini, mengadu domba aku dan Aron, membuat Aron tidak puas terhadapku.”

“Kenapa Aron bisa berpikir seperti ini? Kamu terus membiarkan dia tetap di sisimu, bukannya menunjukkan bahwa kamu mengandalkannya? Dia begitu lama di sisimu, kenapa bisa dengan mudah terhasut oleh Rosa?” Ellen dengan nada yang rendah dan berat, tidak tahu itu menyesali atau marah.

William agak diam, selanjutnya mencubit wajah Ellen, berkata, “Ada beberapa hal tidak mudah untuk dikatakan. Sudahlah, tidak perlu membahas hal ini, sudah tidak penting lagi.”

Ellen melihat William, di dalam mata besarnya terpancar kesedihan, “Kamu saat itu harusnya sangat kecewa sangat sedih?”

“Kamu anggap suamimu ini sungguhan berhati baja, tidak bisa merasakan apapun? Aron ikut denganku bertahun-tahun, aku dan dia tentu saja ada sedikit perasaan. Terjadi hal semacam itu, kalau tidak menyesali itu bohong.” William mencubit ruas jari Ellen, dengan senyum kaku dan dangkal berkata ke Ellen.

Ellen memeluk pria itu, “Kenapa kamu saat itu tidak memberitahuku? Kalau aku tahu, meski aku tidak bisa berbuat hal yang berguna untukmu, tapi aku bisa menghibur kamu.”

William merangkul punggung Ellen, telapak tangan mengelus ringan punggung wanita itu, “Setelah Aron berhenti, lalu aku meminta kepala HR untuk merekrut asisten khusus. Vera direkrut oleh departermen HR, bukan aku. Kenapa aku bisa membiarkan dia di sini, juga karena melihat kemampuan dia terbilang ok, dan menaati peraturan serta mengerjakan tugasnya dengan baik. Jangan sembarangan berpikir.”

Ellen menggantungkan dagunya ke pundak William, memoncongkan mulut, agak sedikit tidak senang berkata, “Apa kamu merasa dia cantik?”

“Aku ini datang untuk bekerja, bukan datang melihat wanita itu, aku tidak tahu.” William berkata.

“Pura-pura.” Ellen bergumam.

William kedengaran, memegang pundak wanita itu agak dijauhkan dari badannya, melihat wajah kecil wanita itu yang tidak bisa menahan kegudahan, dengan lemah lembut berkata, “Aku terhadapmu bagaimana, apa kamu masih tidak tahu? Kamu menangkap hatiku dengan erat, sampai-sampai di mataku di hatiku hanya ada kamu.”

Wajah Ellen memerah, menjulurkn tangan mengangkat wajah pria itu, memoncongkan mulut, “Kalau benar demikian semalam kamu tidak pulang, apa dia juga tidak pulang?”

“Sembarangan bicara!” William mencubit mulut wanita itu.

“Lalu kenapa kamu tidak pulang?” Ellen mengerutkan dahi, bersikap manja dan juga gudah berkata.

William mendatarkan wajah, “Menurutmu?”

Ellen mencibir mulut, melototi pria itu tidak berbicara.

William mencubit mulut wanita itu menjadi mulut bebek yang pipih, menyipitkan mata berkata, “Semenjak kamu sekolah lagi, aku dan kamu berbincang seperti sekarang ini bisa dihitung dengan satu tangan. Hmph, Aku tidak pernah merasa seseorang gemar belajar bisa membuatku benci seperti ini!”

“Phu….”

Ellen tiba-tiba tidak sempat menahan dan sudah dibuat tertawa oleh kalimat terakhir William.

Terlebih lagi William mengatakannya dengan menggunakan nada suara yang benci sekali!

“Masih tertawa!”

William dengan ganas melototi wanita itu, “Coba kamu katakana sendiri, kamu seperti ini, aku tinggal di kantor atau pulang ke rumah, apa ada beda?”

Dalam mata Ellen yang lembab dikelilingi senyuman, langsung mencium bibir tipis pria itu, dengan suara kecil berkata, “Aku dari kecil sudah gila belajar tidak bisa menarik diri kamu juga bukannya tidak tahu. Belajar membuatku gembira.”

“Muluk!” William tersenyum dingin.

Ellen tidak berani bersikap tidak sopan, dengan lembut merangkul leher pria itu, dengan wajah yang merah melihat pria itu dengan lembut, berkata, “Mengapa aku belajar segiat itu, apa kamu tidak tahu?”

Ujung alis William hampir tidak bisa kelihatan melompat bergerak sebenta, “Kamu semangat belajar, aku tahu.”

“….” Ellen merapatkan mulut dengan erat, ingin tertawa dan juga marah melihat William.

“Bukannya begitu?”

“Aku tidak mau membahas ini lagi dengan kamu.” Ellen menyandarkan kepalanya ke pundak pria itu, kedua kakinya juga menjepit ke pinggang pria itu, setelah beberapa saat, wanita itu berkata dengan ringan di samping telinga pria itu, “Aku akan menggunakan kecepatan yang paling cepat untuk menyelesaikan semua pelajaran di sekolah, tamat lebih awal, lebih awal…”

Lebih awal apa, Ellen tidak meneruskan lagi, tapi wanita itu tahu, William pasti mengerti maksud hatinya.

William menunduk melihat istri manja yang ada di dalam pelukannya, hatinya diserbu, perasaan mendalam di matanya tidak bisa ditahan untuk banjir keluar, “Tidak perlu buru-buru, aku bisa menunggu.”

Aku ingin bantu kamu!

Ellen mengatakan dalam hati.

“Aku mengerti.” William merangkul Ellen dengan erat, menunduk mencium pelipis wanita itu.

Ellen tersenyum, di dalam bayangan kepala pria itu yang menunduk, mengangkat kelopak mata ke atas melihat pria itu, “Apa masih marah?”

William belum menjawab, ciuman meluncur dari pelipisnya ke pipi dan telinga wanita itu.

Mata besar Ellen mengedip dengan nakal, sepasang tangan menopang wajah pria itu, memoncongkan mulut, membidik tepat dan mencium bibir tipis pria itu, melihat mata William yang besar bersinar-sinar, di bibir pria itu dengan suara kecil berkata, “Aku rindu kamu.”

Ellen saat ini mengatakan perkataan “aku rindu kamu” ini, tidaklah sama artinya dengan apa yang aku dan kamu pahami.

Ellen bilang “aku rindu kamu” ini, jelas sekali juga sangat mengandung undangan!

William tersenyum, menggigit mulut kecil wanita itu, “Siluman kecil, aku makan kamu mentah-mentah percaya tidak?”

Ketika William sedang mengatakan, sudah menggendong dan mengangkat Ellen, melangkah lebar berjalan ke arah ruang istirahat di dalam ruang kerja.

Tidak berapa saat, dari dalam ruang istirahat terdengar berbagai macam suara yang membuat orang merasa malu dan tidak cocok untuk anak kecil.

Siang hari ini, William dan Ellen terang-terangan dengan sepuluh jari yang terikat erat meninggalkan kantor dari lobby dengan sorotan mata orang banyak yang terbelalak, saat itu juga membuat perbincangan hangat di perusahaan, tebakan sehubungan dengan CEO dan istri CEO bertengkar, hubungan tidak damai tidak perlu dites sudah pecah sendiri. Mereka suami istri berdua sangat baik! Sama seperti sedang dimabuk asmara.

Dan keesokkan harinya, tidak tahu apa penyebabnya, Vera asisten CEO, berhenti bekerja.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu