Hanya Kamu Hidupku - Bab 471 Gadis Bandel, Cepat Atau Lambat Akan Menghajarmu

“Linsan, kamu tahu abang Nulu bawa siapa datang ke Provinsi Huai ?” Yuki langsung menuju menuju topik tujuannya.

“Siapa ya ?” Linsan sedikit menarik nafas, nada bicaranya terkesan santai.

“Kamu tidak tahu ya ?” Yuki mengerut alis dan terus menoleh ke arah restoran hotel.

Linsan tersenyum, “ Yuki, Sumi ke Provinsi Huai untuk keperluan kerja, apa anehnya juga kalau membawa asisten ? Sudahlah, kalau tidak ada urusan lain aku mau siapkan sarapan. Hari ini Thomas di rumah.”

“Abang Nulu bawa seorang gadis.” Yuki berkata.

Linsan langsung terbengong, beberapa detik kemudian, dia membuka mulut dengan nada kebingungan, “Gadis kecil ? Seingat aku asisten Sumi seorang pria.”

Yuki mendengar demikian juga kaku sejenak, lalu berkata lagi, “Jadi Linsan, bahkan kamu juga tidak tahu ya siapa gadis yang datang bersama abang Nulu ?”

Linsan terdiam.

Yuki memejamkan matanya, “Gadis itu bernama Pani, aku dengar abang Nulu langsung menyebut dia Pani, sebutan ini sudah cukup dekat kan ?”

“ Pani ?” Linsan berbisik ringan.

Yuki tersenyum tidak jelas, “Aku lihatnya gadis itu lumayan muda, dan juga sangat hebat berbicara.”

Setelah keheningan sejenak, Linsan berkata lagi, “ Yuki, Sumi adalah seorang pria normal yang unggul dalam segala segi, wajar saja kalau ada wanita lain di sisinya. Lagi pula, kalau dia telah menemukan wanita yang akan hidup bersamanya, aku akan menjadi orang yang paling senang karena hal ini.”

“Kamu senang untuknya ?” Yuki tertawa tidak jelas, “Linsan, abang Nulu menyukaimu hingga belasan tahun, dalam belasan tahun ini, hanya kamu yang berada di dalam hatinya, asalkan kamu membutuhkan dia, dia pasti akan muncul langsung di hadapanmu, dia bahkan tidak pernah menolak permintaanmu. Kamu pernah berpikir tidak, seandainya abang Nulu memang pacaran dengan wanita lain, apakah dia masih akan mempertahankan kelembutan dan kesabaran terhadapmu ? Apakah dia tidak akan pernah berubah ?”

Linsan mendengarnya hanya menghela nafas, “ Yuki, menurutmu aku akan mempermasalahkan ya ? Aku sangat berharap kalau Sumi dapat menemukan kebahagiaan dirinya. Seandainya pada suatu hari, dia lebih baik dan lembut terhadap wanita lainnya, aku akan merasa senang dengan setulus hati.”

Yuki diam-diam tersenyum sinis, “Abang Nulu kalau tahu ternyata kamu begitu perhatian padanya, dia pasti akan sangat terharu.”

“Tidak penting juga dia terharu atau tidak, asalkan dia baik-baik saja. Yuki, aku tidak bisa mengobrol lagi, Thomas sedang memanggilku.” Linsan berkata dengan buru-buru.

Yuki tidak berkata apapun dan langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Setelah memindahkan ponsel dari telinga, Yuki menatap mati-matian ke arah restoran, sudut bibirnya menarik sebuah senyuman menyindir, lalu dia berbisik sendiri, “Linsan, kamu dapat mengelabui orang lain, tetapi tidak akan bisa mengelabui aku ! Bagaimana sifat dan kepribadian kamu, aku bahkan lebih jelas daripada dirimu sendiri ! Tidak akan mempermasalahkan ya ? Senang dengan setulus hati ya ? Mau membohongi siapa !”

……

Di dalam restoran hotel.

Pani duduk di hadapan Sumi sambil memegang satu porsi spageti dan hot dog, dia mengadukkan spageti dan berkata, “Buat apa kamu bilang aku bukan keponakanmu ? Tidak takut ya wanita cantik itu bakal salah paham ?”

Sumi meletakkan segelas air minum ke samping tangannya, lalu menatapnya dengan tatapan dingin, “Cemburu juga harus bisa membedakan orangnya.”

Pada saat Sumi melontarkan kata cemburu, Pani langsung terbengong di tempat, wajahnya merona merah.

Sumi menatap Pani yang menjeda semua gerakannya, setelah itu dia hanya meneguk kopi di tangannya sambil melirik Pani dan berkata, “Kenapa pula, aku salah bicara ? Reaksi kamu ini bukannya sedang cemburu ?”

Pani langsung mengangkat kepala dan melotot dengan dua matanya, “Kamu sembarangan apaan, aku tidak ada !”

Suara Pani menjadi hilang kendali karena panik.

Setelah Pani menjerit kalimat ini, seluruh tamu di hotel menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh.

Pani merasa malu dan hanya bisa menggigit bibir sendiri, ekspresi wajahnya sangat canggung dan kacau.

Sumi hanya melirik sekilas ke arah Pani, lalu lanjut menyantap sarapan dengan gerakan elegan.

Pani memegang dahi sendiri, rasa canggung ini membuat dia ingin membenamkan wajahnya ke dalam spageti.

……

Setelah selesai sarapan, Sumi dan Pani berjalan keluar dari restoran, ketika mereka sampai di lobi, Yuki langsung muncul di hadapannya, dia tersenyum menggoda sambil berjalan menghampiri mereka.

Dengan gaya Yuki pada saat ini, membuat Sumi dan Pani susah mengabaikannya.

Oleh sebab itu, mereka berdua menghentikan langkahnya.

“Abang Nulu, Pani, kalian sudah selesai makan ya ?” Sikap Yuki berubah tiba-tiba, dia langsung menangkap satu tangan Pani dan berkata dengan ramah.

Pani mengangkat alis sendiri, lalu menatap tangannya yang sedang dipegang oleh Yuki, dalam hatinya merasa mungkin wanita ini salah makan obat.

Sumi juga melirik sekilas pada tangan Pani yang sedang dipegang Yuki, lalu menatap Yuki dengan tatapan datar, “Iya.”

Yuki melihat Pani tidak langsung melepaskan tangannya, sehingga satu tangannya lagi juga langsung melilit pada lengan Pani, lalu tersenyum padanya dan berkata, “Aku dengar abang Nulu memanggilmu Pani, aku juga ikutan dengan abang Nulu, kamu tidak berkenan kan ?”

Pani juga tersenyum manis, lalu berkata, “Sedikit berkenan.”

Yuki, “……” Wajah Yuki kejang sekilas.

“Haha, aku hanya bercanda dengan Anda saja, aku tentu saja tidak berkenan.” Pani langsung tertawa lagi.

“….” Yuki berusaha menarik sudut bibirnya, lalu tersenyum paksa dan berkata, “Oh…”

Pani tetap saja tersenyum padanya.

Sumi menatap Pani dengan menahan senyuman, gadis ini memang degil sekali ! Akan tetapi, sangat cocok dengan selera dirinya !

Yuki menyimpan tatapan dirinya yang canggung dan diam-diam menarik nafas, akhirnya dia menatap Sumi dan berkata, “Abang Nulu, harusnya kamu hari ini tidak ada waktu untuk temani Pani kan ? Mending serahkan saja padaku, aku akan membawa Pani belanja dan berjalan-jalan, bagaimana ?”

Pani tersenyum dan menatap Sumi : Aku menolak !

Sumi mencubit jari tangan Pani yang lembut, “Gadis ini banyak sekali kesibukannya, takutnya hari ini tidak bisa keluar lagi.”

“Banyak kesibukan ? Kesibukan apa ya ?” Yuki menatap Pani.

“Ada beberapa kesibukan yang tidak dapat diungkapkan.” Pani tersenyum senang dan berkata.

Wajah Yuki menjadi kaku lagi.

Dia tiba-tiba menyadari bahwa Pani sangat hebat dalam mengakhiri pembicaraan.

“Kamu barusan bilang ada perlu denganku kan ?” Sumi bertanya.

Yuki sedikit mengangguk.

“Kamu tunggu sebentar, aku antar Pani ke kamar dulu, nanti turun lagi.” Sumi berkata.

“…. Baik.” Yuki diam-diam melepaskan tangan dan lengan Pani.

Sumi langsung menggandeng Pani dan berjalan menghampiri lift.

“Pani, telepon aku saja kalau selesai sibuk, aku jemput kamu main-main di luar.”

Suara Yuki muncul begitu saja di belakang mereka.

Pani malas melayaninya, namun tetap menoleh dan tersenyum pada Yuki.

Yuki sedikit memejamkan matanya dan melihat mereka berdua yang bergandengan tangan ke dalam lift, setelah pintu lift tertutup rapat, senyuman paksa di wajahnya hilang seketika, setelah itu dia berkata dengan nada sinis, “Hanya gadis miskin saja sudah berani menyombongkan diri, kiranya menyeret abang Nulu sudah bisa melayang ke atas langit ya ? Haha, tidak coba mencerminkan dulu tampang diri sendiri, merasa dirinya sangat spesial bagi abang Nulu ya ? Lucu dan bodoh !”

…….

Sumi mengantar Pani ke dalam kamar hotel.

Setelah masuk ke kamar, Pani langsung duduk di atas sofa sambil memeluk bantalnya, lalu dia menatap Sumi yang juga sedang menatap dirinya dan berkata, “Wanita cantik masih tunggu di bawah kan ? Tidak mau turun ya ?”

Sumi sedikit memejamkan mata dan berkata dengan nada seram, “ Pani, aku pasti akan mencabut gigimu !”

“Haha ~~” Pani berkata dengan tampang menantang dan minta di hajar.

Sumi sedikit emosi dan beranjak menghampirinya.

Pani merasa panik dalam seketika dan langsung melompat dari sofa, dia buru-buru berlarian ke kamarnya sendiri.

Sumi tertawa keceplosan setelah melihat Pani yang sedang mengintip dari kamar dan bergaya menantang dirinya, “Gadis bandel, awas kalau lari !”

“Kalau mau aku jangan lari, kamu jangan mengejar !” Pani masih bernafas terengah-engah, dia berdiri di tempat dan menjawab dengan gaya sombong.

Sumi menatap Pani dan tersenyum sendiri, lalu menunjuk Pani dan berkata, “Kamu tunggu saja, cepat atau lambat aku bakal menghajar kamu !”

Pani membuang lidah kepadanya dengan tampang tidak peduli.

Sumi hanya mengeluh dan berkata, “Sudah mau pergi.”

“Pergilah !” Pani menatapnya.

“Benaran sudah mau pergi.” Sumi mengangkat alis.

Pani mengeluh sinis, “Cepat pergilah !”

Sumi mengambil nafas, dia sedikit memejamkan matanya dan menatap Pani, dalam hatinya berpikir bagaimana caranya agar Pani mau datang menghampiri dan memeluk dirinya ?

Kadang kalanya Sumi juga merasa bingung dengan diri sendiri.

Apabila Pani berdiri di hadapan Sumi, Sumi akan merasa gelisah dan ingin memeluk Pani, rasanya dia ingin terus menggandeng Pani dan melakukan segala kontak fisik terhadapnya.

Sementara pemikiran ‘bajingan’ ini tidak pernah muncul pada dulunya.

Sumi terus menatap Pani dengan tatapan yang dalam bagaikan laut.

Pani menjadi merinding karena tatapan Sumi.

Tatapan Sumi terhadap dirinya sangat seram, bagaikan ingin menerkam dirinya secara langsung !

Jantung Pani berdetak dengan kencang, tidak tahu apakah karena ketakutan, atau karena…tersentuh.

Beberapa saat kemudian.

Sumi tetap tidak berhasil menipu Pani untuk datang memeluk dirinya, dia tidak berkata apapun dan langsung meninggalkan kamar.

Setelah itu terdengar suara pintu yang telah tertutup.

Pani menarik nafas dalam, rasanya udara di sekelilingnya menjadi segar.

Pada seketika itu, Pani bahkan merasa Sumi akan beranjak dan langsung menerkamnya !

….

Tiga hari setelah itu, Sumi terus sibuk dengan kasus gugatan, sehingga mereka tidak ada keluar lagi.

Namun yang membuat Pani merasa tenang adalah, seberapa sibuknya Sumi, dia tetap akan meluangkan waktu untuk makan bersamanya.

Sementara dalam tiga hari ini, Yuki terus menelepon Pani untuk mengajak dia keluar, dan juga akan sering datang ke hotel untuk menggoda Sumi.

Pani telah mendapatkan pelajarannya, bagaimanapun dia masih ingat dengan kejadian yang terjadi di KTV Ginza.

Pani sangat waspada terhadap Yuki yang jelasnya memang berniat buruk.

Oleh sebab itu, apapun godaan yang dilemparkan oleh Yuki, Pani tetap tidak mau keluar bersamanya.

Pada sore di hari ini.

Sumi menerima sebuah panggilan telepon dan langsung keluar setelah pamit dengan Pani.

Sementara belum dua puluh menit setelah Sumi beranjak keluar, Yuki datang lagi untuk mencari Pani.

Yuki langsung menarik tangan Pani setelah masuk ke dalam kamar, senyuman di wajahnya juga terkesan ramah dan tulus, sama sekali tidak ada jejak berpura-pura.

Akan tetapi, tidak ada jejak pura-pura juga tidak menandakan nyata !

“Pani, aku setiap hari datang mencarimu, kamu tidak akan terasa terganggu kan ?” Yuki menggandeng tangan Pani sambil berjalan ke ruang tamu, dia sambil berjalan sambil tersenyum pada Pani.

Pani ingin sekali menjawab ‘iya’, namun apabila dia berkata demikian, bisa saja Yuki langsung ‘menangis’ di hadapannya.

Demi mengurangi masalah dirinya, Pani hanya bisa menggeleng kepala dan menjawab, “Tidak akan !”

“Baguslah kalau begitu.” Yuki berkata.

“Haha.”

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu