Hanya Kamu Hidupku - Bab 105 Paman Ketiga, Kamu Menganggu Orang!

Ellen menatap ke William dengan wajah tidak bisa percaya.

Mata William memiliki senyuman hangat, dari bibir Ellen yang bergetar, William bisa merasakan Ellen tidak tahu harus berkata apa, tetapi jelas, William juga tidak ingin menjelaskan lebih lagi mengenai hal ini.

...............

Dalam sekedip mata, hari terakhir sebelum tahun baru imlek pun tiba.

Lampu lampion dan hiasan cantik mengelilingi di sekeliling rumah, sepasang kertas merah yang berisi kata mutiara yang ditulis oleh William di tempel di sisi pintu.

Selain lampu lampion, lampu neon yang memancarkan cahaya terang juga disambung menjadi sebuah tali dan digantung di sisi pohon.

Sementara Ellen juga berpakaian dengan cantik, dia memakai sweater panjang berwarna putih dengan rok berwarna merah, bulu-bulu unta mneghias di bagian bawah roknya, sebuah selendang merah membungkus lehernya dan topi wol berwarna merah juga membungkusi kepalanya, Ellen berdiri di taman bunga melepaskan kembang api dengan salah satu tangannya memakai sarung tangan kulit milik William untuk memegang batang kembang api.

Hansen dan William berdiri di belakang Ellen, seolah-olah sedang melindungi Ellen.

Sementara Mila dan Demian berdiri di sisi menyaksikan adegan ini.

Selain mereka, Gerald, Louis dan Vania juga berdiri di tangga teras.

Melihat Ellen bermain dengan senang hati, Louis juga berkata terhadap Vania, "Vania, apakah kamu juga mau main?"

Melihat Ellen berputar lingkaran di sisi William dan Hansen dengan batang kembang api di tangannya dan senyuman yang bahagia seperti bunga cantik, Vania merasa adegan ini sangat menusuk mata, mendengar kata-kata Louis, Vania langsung memasang wajah membantah, "Aku tidak mau, itu adalah permainan anak kecil, Ellen sudah berusia berapa tahun masih berpura-pura muda dan imut, benar-benar tidak tahu malu!"

Hari ini adalah malam terakhir sebelum tahun baru imlek, suasana hati Louis juga bagus, mendengar jawaban Vania, Louis mengelus kepalanya dan berkata, "Usia kamu dan Ellen tidak beda jauh, kamu berusia 20 tahun, sementara Ellen berusia 18 tahun saja, bukannya kalian berdua memang masih merupakan anak-anak? Anak-anak biasanya sangat antisipasi dengan tahun baru imlek, jadi waktu tahun baru mereka sangat senang"

Vania menggembangkan mulutnya, "Sudah 18 tahun masih termasuk anak-anak? Benar-benar tidak tahu malu........"

Sebelum Vania selesai berkata, sebuah tatapan gelap tertuju kepadanya.

Jantung Vania mengerat, mulutnya pun langsung berhenti berkata secara refleks.

Louis melihat ke William sebelum senyum dan berkata dengan suara kecil, "Sepertinya di rumah ini hanya abang ketiga kamu saja yang bisa membuat kamu takut"

".............." Vania menggembangkan mulutnya, tanpa menjawab Louis, dia berjalan ke arah William sambil menendang lantai.

Melihat adegan ini, Louis mengangkat alisnya.

"Abang ketiga, sejak datang ke sini hari ini kamu tidak berbicara denganku. Apakah kamu masih marah denganku?" Vania menarik lengan William dan menatapnya dengan sedih.

William memasang ekspresi datar dan menatap ke Vania tanpa berkata.

"....... Abang ketiga, aku sudah menuruti kata-katamu dan meminta maaf dengan Ellen" Vania mengerutkan alisnya dengan mata memerah.

William melihat ke Vania lagi dan berkata dengan nada suara datar, "Mulai sekarang baik-baik bersama Ellen, jangan bersikap manja"

"Aku........"

Vania ingin membantah secara reflkes, tetapi dia langsung menelan kata-katanya ketika dia melihat tatapan William yang dingin, vania menundukkan kepalanya dan memasang sikap lembut, "Aku sudah tahu. Lagian Ellen adalah keponakanku, aku lebih tua darinya, aku akan baik-baik bersamanya"

Mendengar kalimat 'lagian dia adalah keponakanku' alis William yang dingin dan tegang bergerak sejenak, tetapi dia hanya menjilat bibirnya dan tidak berkata lagi.

Vania diam beberapa saat sebelum mengangkat kepalanya menatap ke William dan berkata dengan nada suara hati-hati, "Abang ketiga, kamu sudah tidak marah denganku lagi kan?"

"Iya" William berkata.

Meskipun nada suara William tetap dingin seperti biasa, Vania tetap merasa sangat senang setelah mendengar jawabannya.

Vania menjinjit kakinya dengan senyuman dan memeluk William, "Abang ketiga, selamat tahun baru!"

Kedua tangan William sudah berada di lengan Vania, secara refleks William ingin mendorong Vania, tetapi setelah mendengar kata-kata Vania, gerakan William berhenti sejenak, setelah itu William pun menepuk bahu Vania dengan lembut.

Melihat kedua abang adik yang sudah baikan, Louis senyum dengan bahagia.

Melihat senyuman William yang cerah, wajah Hansen yang biasanya tegang akhirnya terlihat agak lega.

Ellen yang menyaksikan pelukan William dan Vania hanya melamun sejenak sebelum lanjut melepaskan mercunnya.

..................

Satu keluarga makan malam bersama, karena memiliki teman masing-masing, Mila dan Demian pun pergi berkumpul bersama temannya setelah makan malam.

Vania menyukai siaran langsung, dia adalah seorang.... selebriti internet yang lumayan terkenal.

Setelah Mila dan Demian pergi, Vania pun kembali ke kamarnya sendiri dan mulai melakukan siaran langsung.

Hansen, Louis dan Gerald bertiga duduk di sofa menonton acara tahun baru di tv.

Ellen tahu, biasanya satu hari sebelum tahun baru, William akan berkumpul bersama Samir mereka bermain mahjong sampai subuh.

Dulu William akan membawa Ellen pergi, tetapi setiap kali Ellen hanya bisa menahan sampai subuh jam 2 atau 3 sebelum akhirnya istirahat di ruang tidur, setelah pagi, William akan membangunkan Ellen dan mereka akan pulang bersama, kemudian mereka sekeluarga akan pergi sembahyang dan mengucapkan selamat tahun baru kepada nenek dan nenek mohyang lain yang sudah meninggal.

Hanya saja kali ini, Ellen tidak bermaksud mau pergi bersama William lagi.

Keluarga Dilsen memiliki kebiasaan menjaga umur, setiap satu hari sebelum tahun baru Hansen akan melakukan kegiatan menjaga umur.

Beberapa tahun lalu Louis dan Gerald masih akan menemani Hansen, tetapi karena usia kedua orang itu pun mulai menambah, tubuh mereka sudah tidak sanggup bergadang sampai pagi lagi, akhirnya Louis dan Gerald tidak menjaga umur, sementara generasi muda tidak ada yang berminat dengan hal ini juga, akhirnya hanya sisa Hansen seorang.

Ellen sebenarnya tidak mengerti mengapa Hansen begitu bertekad ingin menjaga umur.

Usia Hansen sekarang sudah 90 lebih, biasanya agak telat tidur saja dia bisa mengalami tidak enak badan dan sesak nafas.

Tetapi Hansen tetap bersikap keras kepala ingin menjaga umur setiap tahun.

Karena tidak ingin Hansen bergadang sendiri dengan kesepian, Ellen memutuskan mau menemani Hansen menjaga umur.

Pada saat Ellen memberi tahu keputusannya kepada Wiliam, William tidak berkata apa-apa, hanya saja pada saat Ellen mengantarnya ke depan gerbang pintu, William tiba-tiba menarik Ellen dan menekannya ke tiang sebelah pintu sebelum menciumnya dengna kuat.

Ellen hampir saja dicium sampai putus nafas!

Setelah William meninggalkan tempat, kaki Ellen terasa sangat lemah, kalau bukan karena takut William menertawakannya, Ellen bahkan bisa langsung duduk di atas lantai.

William mengelus pipi Ellen yang merah dengan senyuman dan meminta Ellen untuk menunggu beberapa saat sebelum masuk ke dalam.

Ellen bertanya mengapa dengan penasaran.

Siapa tahu 'pria tua' ini berkata karena bibir Ellen terlalu bengkak, orang lain akan mencurigainya.......

Ellen ingin bertanya, mengapa bibirnya bisa bengkak?

Kalau tahu bisa dicurigai, mengapa masih mencium begitu kuat? Apakah pria ini sengaja menganggu Ellen?!

.................

Malam hari, Louis dan Gerald pun pergi istirahat sebelum jam 11.

Di pertengahan itu Vania memeluk cemilan dan minuman ke lantai atas, setelah itu Vania tidak turun lagi, tetapi seharusnya dia tidak tidur begitu awal.

TV sedang menyiarkan sebuah pentas komedi.

Ellen dan Hansen duduk di atas sofa dan menonton tv denga sunyi, dari waktu ke waktu mereka akan tertawa dengan suara, suasana terlihat sangat damai.

Setelah jam 12, Hansen merisau Ellen tidak bisa menahan dan mulai mengusirnya pergi istirahat.

Ellen sudah memutuskan mau menemani Hansen menjaga umur, mana mungkin dia mau pergi istirahat ketika baru saja jam 12?

Selain itu, tahun baru imlek, siapa bisa tidur pada jam 12?

Subuh jam 2, Hansen mengecilkan volume suara tv dan mulai menatap ke Ellen yang duudk di sampingnya dengan tatapan berisi hiburan.

Anak kandungnya saja tidak bisa melakukan hal yang dilakukan oleh Ellen.

Anak yang begitu lembut dan baik hati, meskipun tidak ada masalah itu... Hansen juga tetap akan mengasuh Ellen dan menyayanginya.

Berpikir tentang masalah itu.

Tatapan Hansen menjadi agak dalam, ekspresinya menjadi agak berat.

Merasa seperti akan tertidur pada detik selanjutnya, Ellen menarik nafas dalam dan duduk dengan tegak sebelum mencibut pahanya sendiri.

Adegan ini membuat emosi di dalam tatapan Hansen langsung menghilang, dia menatap ke Ellen dengan senyuman, "Kamu ini memang, kakek sudah menyuruh kamu tidur dari tadi"

Ellen mengelus kakinya yang kesakitan dan menggembangkan mulutnya, kemudian dia berpindah lebih dekat dengan Hansen sebelum memegang lengan Hansen dan menyandarkan kepalanya di bahu Hansen, Ellen berkata dengan nada suara ngantuk dan serak, "Aku sudah berjanji mau menemani kakek menjaga umur. Kalau aku sekarang pergi tidur, buat apa aku berada di sini dari tadi?"

Hansen mengelus kepala Ellen, "Kakek mengerti ketulusan kamu. Cepat pergi istirahat, dengarin kata-kata kakek"

Ellen menggelengkan kepalanya dan menatap ke Hansen, "Kamu saja bisa, aku juga bisa. Jadi, aku tidak akan pergi tidur, aku akan menepati janjiku menjaga umur bersamamu, hal ini adalah masalah reputasi"

"Haha" William tertawa, "Kamu berkata tentang reputasi dengan kakek?"

Ellen juga tertawa, "Kakek, kamu bertekad mau menjaga umur setiap tahun, apakah kamu pernah berpikir tidak menjaga umur untuk satu kali?"

Hansen menggelengkan kepalanya, "Tidak ada"

Ellen menatap ke Hansen, "Karena kebiasaan budaya, kamu ingin menurunkan kebiasaan ini terus?"

"..........." Hansen menatap Ellen beberapa saat sebelum menggelengkankepalanya, "Kebiasaan budaya hanya merupakan salah satu alasan"

"Masih ada alasan lain?" Ellen duduk dengan tegak dan menatap William dengan ekspresi penasaran.

"Iya, nenek kamu" Tatapan Hansen memancarkan ingatan masa lalu dan kebahagiaan.

Nenek?

Ellen tidak mengerti.

Hansen menoleh ke arah depan, satu tangannya menepuk tangan Ellen yang memegang lengannya sambil bercerita dengan lembut, "Kamu tidak pernah berjumpa dengan nenek kamu, jadi kamu tidak tahu seberapa baiknya nenekmu"

Ellen menjilat bibirnya.

Meskipun tidak pernah berjumpa dengan nenek, Ellen pernah mendengar Louis dan Gerald membahasnya.

Louis saja memuji nenek, sementara sudut mulut kakek langsung terangkat setelah membahas tentang nenek, Ellen tidak tahu banyak tentang yang lain, tetapi dia bisa pasti bahwa nenek adalah orang yang sangat berbaik hati dan ramah.

"Generasi kami tidak seperti kalian sekarang bisa berpacaran secara bebas, kakek dan nenekmu itu menikah karena rancangan dari orang tua kami, sebelum menikah, kakek dan nenek tidak pernah saling jumpa. Nenekmu adalah orang luar kota. Malam pertama menikah adalah pertemuan pertama kali kakek dan nenekmu" Nada suara Hansen mencakup rasa manis.

Ellen yang mendengar saja tersenyum.

"Kakek memberi tahu kamu secara diam-diam, kakek jatuh cinta kepada nenekmu pada pandangan pertama" Hansen tertawa sambil menjilat bibirnya, wajahnya yang tua bahkan terlihat merah.

Ellen yang melihat adegan ini langsung tertawa.

Melihat Ellen menatapnya sambil tertawa, Hansen tiba-tiba merasa agak malu, dia mengontrol ekspresinya sebelum lanjut berkata, "Nenek kamu adalah wanita paling cantik yang pernah kujumpai. Tidak hanya itu, nenek kamu adalah wanita yang sangat berbakat, dia bisa melukis, menulis puisi, bermain piano, menari, semuanya bisa. Aku merasa dia sangat mempesona, kekekeke......"

Berkata sampai sini, Hansen baru menyadari perbedaan dua generasi antara dirinya dan Ellen, berkata seperti ini di depan cucu akan membuat dirinya terlihat tidak tegas, akhirnya suara batukan Hansen pun berhenti.

Sementara Ellen tertawa dengan senang dan menatap ke Hansen dengan tatapan lucu.

"........Kamu!" Hansen marah dengan malu.

"Kakek, aku tidak menyangka kamu adalah orang begitu waktu muda" Ellen tertawa.

Wajah tua Hansen lansung memerah, dia melirik ke Ellen dengan marah, "Kamu jahat tidak?"

"Haha, aku............"

"Siapa jahat?"

Waktu Ellen masih ingin berkata, sebuah suara dingin tiba-tiba terdengar dari arah pintu.

"........."

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu