Hanya Kamu Hidupku - Bab 338 Di Mana Putriku

Hari kedua setelah Vania dibawa pergi oleh William, Louis yang tidak pernah muncul di rumah lama selama empat tahun, mendapat panggilan telepon dari Gerald dan bergegas datang, Rosa juga datang bersamanya.

Baru saja sampai, Louis langsung memelototi Gerald dan berkata, “Apa yang terjadi? Apa maksud Vania ditangkap oleh William?”

“Louis Birming, putramu yang hebat!”

Gerald juga tidak lemah, bangkit dari sofa, memelototi Louis dan berteriak berkata.

Louis menggerakkan bibirnya, dan menahan diri menekan amarah dalam hatinya, menarik nafas berkata, “Aku tidak ingin bertengkar denganmu, kamu mengatakannya dengan jelas, mengapa William menangkap Vania?”

“Lucu, dia benar-benar lucu!”

Gerald tertegun dua detik, kemudian tersenyum dingin.

Louis mengerutkan kening, menatap Gerald.

“Dia bilang Vania membunuh orang, menurutmu lucukah dirinya?” bagaimana mungkin Vania membunuh orang?” Gerald sangat marah hingga bahunya tidak berhenti bergetar.

“Membunuh orang?”

Rosa sangat kaget, menatap wajah Louis yang terkejut, dan bergumam berkata, “Apakah ini salah paham? Vania..... bagaimana mungkin!”

Hati Louis tertekan, menatap Gerald, “William bilang Vania membunuh orang, siapa yang dia bunuh?”

“Ellen!” Gerald mengerutkan kening, seolah-olah dia sangat tidak ingin menyebut nama ini.

“Apa? Vania membunuh Ellen?”

Louis menjerit.

Rosa memutarkan matanya dengan cepat, “Bagaimana mungkin...... Ellen, sudah meninggal?”

“Aku tidak jelas apakah dia sudah meninggal! Menskipun sudah meninggal, juga tidak ada hubungannya dengan Vania!” Gerald mendengus berkata.

Rosa menyipitkan matanya, menundukkan bulu matanya.

“Ya Tuhan!”

Louis mundur dua langkah, langsung duduk ke sofa.

“Kamu pergi mencari William, si putra durhaka itu! Menyuruhnya segera melepaskan Vania! Dengan hak apa dia menuduh Vania membunuh? Dan meminta Vania untuk membayar dengan nyawanya!”

Gerald menunjuk Louis dan berkata dengan nada perintah.

Louis masih dalam keadaan terkejut, dia hanya mengerutkan kening menatap Gerald, tidak berkata.

Rosa menjilat bibirnya, mengangkat mata menatap Gerald, “Kakak William bersikeras menuduh Vania, pasti ada alasannya, kan? Tidak mungkin tiba-tiba menuduh Vania tanpa sebab.”

Gerald menatap Rosa, kemudian berkata dengan ganas, “Dia bilang ada orang dalam kantor polisi mengatakan Vania yang melakukannya! Aku merasa orang itu telah disogok, dan sembarang berkata! Bagaimana mungkin Vania berani membunuh orang, benar-benar tidak masuk akal! Dia adalah Presiden perusahaan Dilsen, malah dipermainkan orang lain, benar-benar konyol.”

“Mungkin, mungkin benar-benar Vania yang melakukannya.”

Louis memegang erat kedua tangannya, dia bergumam dengan nada suaranya yang bergetar.

Louis terpikir tindakan Vania yang gila di Mansion Sihe...... hatinya penuh keraguan.

Rosa mendengar ini, melirik Louis dan menyipitkan matanya.

“Apa yang kamu katakan?”

Gerald kembali sadar, memelototi Louis dengan marah dan berteriak padanya.

Louis memejamkan matanya, berdiri dari sofa dengan wajahnya yang pucat, dia sama sekali tidak ingin bertengkar dengan Gerald, dia mengepal erat jari tangannya dan bergegas keluar dengan panik.

Rosa mengedipkan bulu matanya, mengangguk pada Gerald dan segera mengikutinya.

“Louis, kamu jangan lupa, Vania adalah anak kandungmu!”

Louis baru saja keluar dari dalam, langsung mendengar suara teriakan Gerald dari dalam.

Louis melangkah maju, kedua matanya memerah, menarik nafas dan mempercepat langkah kakinya.

……

Duduk ke dalam mobil, wajah Louis sangat tegang dan berkata, “Rosa, mari kita pergi ke Coral Pavilion.”

Pandangan Rosa berkedip dan berkata pada Louis, “Bibi, apakah kamu ingin memohon pada Kakak William, agar dia melepaskan Vania?”

“Aku ingin pergi melihat Ellen.” Louis berkata dengan nada suara bergetar.

“Bibi, saat ini aku sepertinya tidak cocok pergi bersamamu, bagaimanapun ini adalah urusan keluargamu. Bagaimana menurutmu?” Rosa menatap Louis dan berkata dengan hati-hati.

Louis mengerutkan kening, menatap Rosa.

“Aku merasa sebaiknya aku mencari seseorang untuk mengantarmu pergi saja?” Rosa bertanya.

Louis berpikir, “Rosa, dalam hatiku selalu menganggapku sebagai keluargaku. Tentu saja, kalau kamu merasa tidak cocok, aku juga tidak akan memaksa.”

Mendengar ini, Rosa memutar bola matanya dengan cepat, berbalik dan mengulurkan tangannya menggenggam tangan Louis, “Bibi, aku tahu terjadi hal seperti ini, hatimu pasti sangat sedih dan sangat cemas. Tapi aku merasa bibi harus tetap tenang di saat seperti ini.”

Rosa berhenti sejenak, kemudian berkata dengan ragu-ragu, “Aku tidak tahu apakah yang aku katakan benar atau tidak. Bibi mendengarnya, kalau merasa salah, kamu langsung mengabaikannya saja.”

“Katakan saja.” Louis cemas, namun tetap berkata dengan sabar.

Rosa menarik nafas, menatap mata Louis, “Kalau Vania benar-benar membunuh Ellen, Kakak William pasti sangat sedih saat ini, api membara memenuhi hatinya. Kalau kamu pergi memohon padanya, tidak hanya tidak berguna, malah akan menyinggung kakak William. Kalau kakak William tersinggung, dan melakukan sesuatu pada Vania...... itu akan menjadi lebih parah.”

Sepertinya merasa perkataan Rosa sangat masuk akal, Louis mengerutkan kening, kalau begitu apa yang bisa aku lakukan?”

“Kamu seharusnya menghubungi kakak tua dan kakak kedua dulu. Dibandingkan dengan Vania, hubungan kakak tua dan kakak kedua lebih baik dengan kakak William. Tapi bagaimanapun Vania juga sebagai.... adik dari kakak tua dan kakak kedua. Sementara mereka memahami perasaan kakak William, mereka juga akan peduli dengan Vania. Dibandingkan dengan apa yang kamu katakan sekarang, apa yang dikatakan kakak tua dan kakak kedua lebih mudah didengarkan bagi kakak William. Lebih baik meminta kakak tua dan kakak kedua kembali untuk menstabilkan emosi kakak William.” Rosa berkata.

“Ya, apa yang kamu katakan tidak salah! William biasanya lebih patuh pada kakaknya, aku memanggil Demian kembali, lebih baik daripada pergi sendiri.” Louis berkata.

Rosa mengangguk dengan lembut dan menghela nafas berkata, “Vania melakukan hal yang begitu bodoh, benar-benar di luar dugaanku. Mengapa Vania tidak berpikir, betapa pentingnya Ellen di dalam hati kakak William, tidak ada yang bisa membanding dengannya. Sekarang dia melakukan hal seperti ini pada Ellen, mungkinkah kakak William akan melepaskannya? Kalau Vania adalah adik kandungnya mungkin situasinya tidak begitu buruk, namun Vania bukan......”

Rosa tiba-tiba berhenti, dan menatap Louis dengan tatapan takut.

Wajah Louis menegang, sangat kaget, namun matanya malah tidak menunjukkan apapun, hanya menatap fokus pada Rosa.

Rosa segera melepaskan tangan Louis dengan panik, dan duduk tegak, mengenakan sabuk pengaman, “Bi.... Bibi, aku mengantarmu kembali dulu.”

Tangan Rosa yang diletakkan di sterling mobil tiba-tiba ditekan oleh sebuah tangan.

Tangan Rosa bergetar dan menatap Louis dengan gelisah, “Bi.... bibi.”

“Katakan sekali lagi, perkataanmu tadi!” Louis menatap fokus pada Rosa dan berkata sekata demi sekata.

“Bibi.....” Mata Rosa memerah, menatap Louis dengan lemah lembut.

“Katakan!” Louis menggertakan giginya, nada suaranya sangat tenang.

Rosa menggigit erat bibirnya, dan terdiam sejenak, kemudian melepaskan sterling mobil, menatap Louis, “Bibi, maaf aku bukan sengaja..... aku, mengapa aku tidak menahannya, aku.....”

Louis mengangkat dagunya, ekspresi wajahnya sangat tajam yang tidak pernah dilihat oleh Rosa, kalau kamu masih menganggapku sebagai bibi, maka katakan padaku tentang apa yang kamu tahu!”

Rosa menatap wajahnya beberapa detik, menggerakkan bibirnya berkata, “Masalah ini, aku.... aku, Vania sepertinya bukan anak kandungmu......”

Wajah Louis tiba-tiba bergetar, kedua bibirnya tertutup rapat.

Rosa diam-diam memejamkan matanya, dan terus berkata, “Sebenarnya aku sudah menyadarinya dari dulu. Sifat Vania sangat berbeda dengan kakak tua, kakak kedua dan kakak William. Vania sangat manja, pikirannya juga agak, agak....... berani.”

Louis memutarkan matanya, sepasang tangannya mengepal erat.

Rosa melihat tangannya, “Empat tahun yang lalu, aku pernah mendengar Vania membicarakan seseorang....... bibi, kamu seharusnya tahu tentang dia.”

Louis menatap Rosa dengan mata penuh darah.

“Dora Linston.......” Rosa perlahan-lahan berkata.

“Hiks.” Louis segera tersenyum dingin.

Rosa juga menghela nafas, “Vania biasanya akan memberitahuku semuanya. Ketika dia membicarakan Dora padaku, dia pernah bilang, sebagai seorang wanita, harus seperti Dora, berani merebut apa yang kita inginkan, dan tidak terikat pada aturan-aturan duniawi, dia juga mengatakan, mengatakan......”

“Apa lagi yang dia katakan?” Louis berkata dengan dingin.

“Dia bilang tidak heran kalau paman tidak dapat melupakan Dora, dibandingkan dengan kekakuanmu, Dora memang lebih baik darimu.” Suara Rosa semakin kecil.

Louis mengepal erat tangannya.

Ketika melihat cairan merah di matanya hampir jatuh keluar dari matanya, dia menggigit bibirnya dengan kuat dan menangis, “Lihat omong kosong seperti apa yang aku bicarakan. Vania begitu percaya padaku, tapi aku, aku......., Bibi, kamu anggap saja tidak mendengar apapun hari ini, aku tidak mengatakan apapun hari ini......”

Louis melihat wajah Rosa yang penuh penyesalan, tatapannya dingin dan tajam, “Rosa, kamu merasa sangat bersalah padanya, setelah mengatakan ini padaku. Namun pernahkah kamu berpikir demi tidak bersalah padanya, kamu menyembunyikannya padaku, bukankah ini sangat kejam padaku? Kamu selalu memberitahuku, meskipun aku bukan mamamu, namun dalam hatimu, aku bagaikan mamamu. Apakah kamu rela menyembunyikan hal seperti ini pada mamamu?”

"Tidak, tidak."

Rosa memegang tangan Louis, “Bibi, hal ini sudah lama terpendam di hatiku, tidak memberitahumu karena aku khawatir kamu akan terluka. Karena kebenaran dari masalah ini terlalu kejam. Selain itu, Vania juga tidak bersalah. Sehingga, aku tidak memberitahumu.”

“Terluka? Apakah kelukaan yang aku rasakan masih belum cukup banyak? Kamu lihat bagaimana Vania memperlakukanku? Kamu lihat lagi pada Gerald......” Louis menjerit, dia sangat membenci, menatap Rosa dan berkata.

“Bibi.......” Rosa menggenggam tangannya dan menempelkan tangan Louis ke wajahnya sendiri, “Aku kasihan padamu. Jadi aku berusaha memperlakukan sebaik mungkin padamu. Beberapa tahun ini, aku terlalu sering menginap di tempatmu, sampai khawatir kamu merasa jijik padaku, tetapi aku benar-benar merasa belas kasihan padamu.”

Louis memejamkan matanya, namun tidak ada air mata yang mengalir keluar, dia berkata dengan nada serak, “Vania bukan...... bukan anakku, kan?”

Rosa melihat urat berwarna hijau muncul di dahi Louis, matanya dengan cepat dilintasi tatapan dingin, dan berkata, “Dia seharusnya adalah anak kandung dari Paman dan Dora.”

Selesai berkata, Rosa melihat Louis menarik nafas, namun tidak melihatnya menghembusnya keluar, dan lehernya memerah.

Lumayan lama kemudian, Louis perlahan-lahan menggerakkan bibirnya, suaranya yang serak mencapai puncak, “Jadi, di..... mana.... di mana putriku?”

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu