Hanya Kamu Hidupku - Bab 27 Pertama Kali Melihat William Kehilangan Kontrol

Mata Ellen yang jernih menatap William dengan tatapan penuh rasa haru, hatinya terasa hangat sampai mengebulkan asap.

Rosa dan Vania duduk di sofa lantai bawah, wajah keduanya terlihat sangat buruk.

Rosa hanya bisa memaksa dirinya untuk menahannya, meskipun hatinya merasa sangat tidak senang, dia tidak boleh seperti Vania menunjukkan semuanya dengan begitu jelas.

Tiba-tiba terdengar derap langkah dari lantai atas.

Mata Rosa berkedut, ia berbalik dan melihat ke lantai atas.

Ia melihat Ellen berjalan keluar dari ruang kerja, berlari menuju kamarnya, tidak lama, ia beralri keluar dari kamarnya lagi, ia berlari masuk ke dalam ruang kerja sambil menggendong sesuatu.

Bump! Pintu ruang kerja tertutup lagi di hadapannya.

Kuku jari Rosa tanpa sadar menusuk sampai ke dalam telapak tangannya, ia menundukkan kepalanya, menatap lurus ke lantai.

Vania melihat Ellen yang bisa masuk ruang kerja William dengan sesukanya, menaikkan bibirnya dengan kesal, tangannya meremas sofa dengan kesal.

……

Jam 11, William dan Ellen masih belum keluar dari ruang kerja juga.

Vania tidak hentinya melihat kearah jam dinding dan pintu ruang kerja di lantai 2.

Rosa menundukkan kepalanya perlahan, rambutnya menutupi sebagian wajahnya, sama sekali tidak bisa melihat ekspresinya sekarang.

Ada langkah yang mendekat.

Bulu mata Rosa bergerak, ia mengangkat kepala dan melihat kearah suara.

Pak supir Suno menunduk dengan hormat pada mereka, “Sudah larut, tuan memintaku untuk mengantar anda berdua untuk pulang.”

“….. apaan sih.” Vania berkata dengan suara bergetar.

Hari ini dia sengaja datang untuk menengok William , siapa yang menyangka begitu selesai makan dia langsung masuk ke dalam ruang kerja, bahkan tidak keluar lagi, dan dia juga tidak berani naik untuk mengganggunya.

Vania sungguh merasa kecewa, matanya sampai merah menahan airmata.

Tatapan Rosa sekilas terlihat dingin, namun ia berbalik dengan cepat, tersenyum pada Vania dan berkata, “Sepertinya hari ini kita datang tidak tepat waktu, kakak ketigamu sedang sangat sibuk. Malam ini kita pulang dulu, kita kembali lagi lain hari.”

Vania menggigit bibirnya, ia mengangkat kepala melihat ke lantai dua, bangkit, lalu berjalan ke pintu keluar dengan kesal.

Rosa memejamkan mata, menaikkan dagunya, lalu bangkit dari sofa, dan pergi.

……

Ruang kerja lantai 2.

Mendengar suara mobil yang perlahan menjauh di lantai bawah, jari tangan William yang sedang mengetik di atas keyboard langsung terhenti, mengangkat kepala melihat gadis yang tertidur di atas sofa.

Ia membungkukkan tubuhnya dan menggendongnya, William menegakkan tubuhnya, lalu berjalan dari ruang kerja menuju kamar Ellen .

Kamar bernuansa pink terlihat penuh dengan aura seorang gadis belia, William menurunkannya dengan lembut di atas ranjang yang empuk, memakaikannya selimut, bibir tipisnya mendekat ke telinganya yang putih dan bersih, “Selamat malam.”

Setelah mengecupnya ringan, William baru berjalan keluar kamar.

……

Knock knock-----

Darmi berdiri di depan pintu kamar Ellen, mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, setelah menunggu sesaat, tidak ada suara.

Darmi berpikir sejenak, lalu mengetuk lagi, “Nona, sarapan sudah jadi. Anda sudah bangun belum?”

Tidak mendengar jawaban dari Ellen, Darmi mengira Ellen masih tidur, mengingat sekarang sudah jam 7.30, kalau masih tidak bangun juga, maka akan terlambat ke sekolah.”

Lalu Darmi memegang pegangan pintu sambil mengetuk pintu, “Nona, aku masuk ya.”

Setelah mengatakannya, Darmi memutar handle pintu dan masuk.

Dari balik kelambu yang berwarna pink, Darmi melihat gundukan buntalan di atas ranjang.

Ia berjalan menghampiri, mengulurkan tangan membuka kelambunya, “Nona, hari…….”

Darmi baru akan berkata, tiba-tiba menarik nafas dalam dan berteriak karena terkejut.

Ellen meringkuk di atas ranjang, wajah kecilnya terlihat begitu pucat, dahinya dipenuhi keringat sebesar biji jagung, rambutnya yang basah menempel di wajah dan lehernya.

Kedua matanya memejam erat, bibirnya terus gemetar.

Darmi sungguh shock, setelah kebingungan sesaat, ia langsung berlari keluar memanggil William .

Tidak lama, terasa ada angin yang berhembus dari arah pintu.

Tubuh Ellen yang meringkuk digendong kedalam pelukannya, wajah William terlihat begitu tegang, ketika melihat keadaan Ellen, wajahnya langsung menjadi pucat pasi.

William menggendong tubuh Ellen yang gemetar hebat berlari menuju pintu.

Ketika melewati Darmi, dia hampir menabraknya sampai terjatuh.

Darmi susah payah berdiri stabil, ia melihat kearah William yang menggendong Ellen berlari keluar villa dengan tergesa-gesa.

Darmi menarik nafas panjang, ini merupakan pertama kalinya ia melihat William begitu kehilangan kontrol.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu