Hanya Kamu Hidupku - Bab 52 Dia Adalah Bintang Hamid, Pacarku

Ellen berkata seperti itu, mengulurkan tangannya, dan akan mengambil hadiah yang ada di tangan Bintang, pergelangan tangannya tiba-tiba digenggam kuat.

Pergelangan tangan Ellen sedikit bergetar, kemudian dengan cepat melihat sekitar, dan menemukan seseorang yang entah kapan berjalan menuju dirinya.

Jantungnya berdetak lebih kencang, wajah kecil Ellen memucat, matanya yang cerah itu melihat wajah dingin pria itu merasa gelisah, "paman ketiga."

Suara Ellen sangat kecil.

Namun masih saja sulit untuk menyembunyikan getaran di nada suaranya.

Mata William melihat lebih dalam ke mata Ellen, ini terlihat oleh Sumi dan Ethan.

Sumi menaikkan alisnya, dengan senyuman tipis di bibirnya dan dia mengambil hadiah dari Bintang, “Aku menggantikan Ellen berterima kasih pada tuan muda Hamid.”

Bintang, “…..” Dia ingin memberikannya langsung kepada Ellen!

Sumi nampaknya tidak melihat kebingungan dan kecanggungan di wajah Bintang, dia sedikit menyipitkan matanya, dan kemudian mengalihkan pandangannya ke Ellen.

Pani berdiri disamping Ellen, tangannya masih tetap menggandeng tangan Ellen, mata indahnya melihat William dengan hati-hati. Sepertinya dia takut kalau William akan melakukan sesuatu kepada Ellen.

Sumi tersenyum tipis.

“teman sekolahmu?” William melihat Ellen dengan tajam, dan nada suaranya ringan.

“…….” Ellen menelan ludah ditenggorokkannya, tiba-tiba tidak bisa menjawab, dan tidak bisa berkata apa-apa, dia masih belum siap mental, dan sekarang……..

“Paman ketiga.”

Saat ini

Bintang tiba-tiba berteriak kepada William.

Ellen, “……”

William , Sumi, dan Ethan, “……”

Sumi tersenyum lembut, dan wajah tampannya sedikit melihat ke belakangan, dan dia menahan tawa.

Dua alis panjang Ethan juga sedikit bergetar.

Wajah tersenyum malu Ellen,

Ekspresi William kelihatan biasa saja, seperti tidak mempedulikan Bintang yang memanggilnya seperti itu.

Sesuai dugaan itu adalah aksi “anak sapi yang baru lahir”!

Melihat reaksi orang-orang sekitar, Bintang sedikit bingung.

Apakah dia salah panggil?

Ellen memanggilnya Paman ketiga, dia ikut memanggilnya Paman ketiga, apakah ada yang salah?

“Ellen.”

Dari awal sejak Bintang muncul di depan Ellen, Hansen sudah terus memperhatikan Ellen.

Kemudian, ketika melihat William dan yang lainnya datang, dia juga tidak dapat menahan dan mengikutinya.

Mendengar suara Hansen, Ellen seperti mendapatkan pertolongan, dia melihat sekeliling dan melihat Hansen yang berjalan kearahnya, dan berkata sambil tersenyum, “kakek buyut.”

“aih.” Hansen menjawab dengan tersenyum tipis, dan berjalan kearah Ellen.

Awalnya dia ingin berdiri di samping Ellen, tak disangka disebelah Ellen ada Pani yang menggandeng tangannya, dan sebelahnya lagi ada William yang berdiri disana.

Hansen mengerutkan kening, berpikir sejenak, kemudiam melirik William, dan memberinya tanda untuk memberinya tempat.

William sedikit kesal, kemudian baru melepaskan tangan besarnya yang sedang menahan pergelangan tangan Ellen, dan bergeser kesamping selangkah.

Hansen senang berdiri di samping Ellen, “Ellen, apakah dua anak muda ini temanmu?”

Hansen berdiri disampingnya, membuat Ellen cukup merasa lega, dia sambil tersenyum sambil menggandeng tangannya dengan ringan, dan berkata dengan manis, “benar. Dia adalah teman baikku, bernama Pani.”

Ellen menarik Pani dan membawanya kedepan Hansen.

Hansen melihat ke arah Pani dengan ramah.

Pani terlahir dengan baik, kulitnya putih cantik dan lembut, ketika dia tidak tersenyum dia tampak dingin, ketika dia tersenyum itu sedikit mencengangkan, karena dapat membuat orang terpesona.

Hansen menilai Pani secara diam-diam, kemudian dia berkata dengan tersenyum, “baik,baik.”

“halo kakek buyut.” Pani tidak terbiasa menghadapi orang tua, jadi wajahnya sedikit kaku

“gadis kecil, jangan terlalu tegang. Kamu tanya saja kepada Ellen, Aku orang tua yang memiliki tempramen yang baik, dan tidak pernah memarahi seseorang. Dan keunggulan terbesarku adalah mudah bergaul.” Kata Hansen

Pani sedikit menaikkan alisnya, jadi, apa yang harus dia katakan?

Ellen tidak dapat menahan tawa, “kakek buyut, mana ada orang yang membanggakan diri sendiri seperti ini? Mana sopan?”

“apa yang kukatakan adalah kenyataan.” Setelah mengatakannya Hansen tertawa haha, sedikit menyipitkan mata harimaunya, dan melihat tajam kearah Bintang, “siapa ini?”

“halo Kakek buyut.” Ketika Bintang melihat Hansen bertanya, dia dengan cepat berkata, “nama saya Bintang, adalah……”

“kakek buyut.”

Ellen memotong pembicaraan Bintang, dengan suara tegang.

Suara bintang terhenti, dan dia memandang Ellen mengerutkan bibir.

Hansen terdiam, dan melihat Ellen.

Bola mata Ellen bergerak, dan napasnya sedikit sesak.

“Ellen, ada apa?” Hansen bertanya sedikit bingung.

Ellen sangat tegang sampai kehabisan napas.

Mulutnya tidak berhenti bernapas, ujung matanya melihat kearah Bintang, dan ketegangan hatinya semakin kuat.

Dia sendiri tidak tahu, yang dilakukannya benar atau tidak.

Namun jika dia tidak melakukanya, dia merasa dia yang sekarang tidak bisa menghadapi hal yang mungkin terjadi nantinya.

Jadi ………

Ellen menutup matanya, berusaha untuk tidak merasakan tatapan terpaksa yang tertuju padanya.

Menarik tangannya yang berada di lengan Hansen dengan perlahan, dan melepaskan tangan Pani yang menggandengnya.

Ellen menurunkan bulu matanya yang panjang dan hitam, melangkah dan berjalan ke samping Bintang.

Melihat gerakan Ellen, hati Pani seperti akan melompat keluar dari tenggorokannya, dan Pani melihatnya dengan sepasang mata yang lebar.

Tangan William yang ada di dalam celananya terkepal sangat kuat, dan dengan ekspresi yang tidak berubah dia melihat mata Ellen yang dingin, dan justru dia merasa hampa.

Namun ketika Ellen mendekati Bintang, jantung Bintang berdetak kencang, telingannya memerah, dia menundukkan kepalanya dan melihat kedua mata Ellen bersemangat, bahagia, gugup, dan bercampur jadi satu.

Ketika Sumi dan Ethan melihat Ellen yang berjalan kearah Bintang, mereka menaikkan alisnya, dan tampang mereka tampak tidak setuju.

Dia seperti ini, hanya akan mengganggu seseorang!

Dan konsekuensi atas menganggu seseorang itu……..

Sumi menghela napas di dalam hatinya.

“Ellen.” Hansen sedikit terkejut melihat Ellen.

Ellen menaikkan dagunya sedikit, matanya yang seperti menghitam seketika menunjukkan ketegasan.

Beralih untuk melihat sekeliling Bintang, Ellen mengerutkan bibir bawahnya, mengulurkan tangan dan memegang tangan Bintang.

Melihat sekeliling dan melihat Bintang yang ada disampingnya, Ellen mengerutkan bibir bawahnya, mengulurkan tangannya dan menggandeng tangan Bintang.

“……….” Wajah tampan Bintang memerah, merasakan kelembutan dan kehangatan di telapak tangannya, tangannya gemetaran tak terkendali, dan seperti ada listrik yang mengalir di tubuhnya.

Bintang melihat Ellen, dan di dalam matanya ada perasaan sedikit terkejut, dan juga ada getaran yang tak terkendali.

Melihat itu, Pani sedikit mengigit bibir bawahnya, sambil menarik napasnya, dan tidak dapat menahan untuk melihat William.

Ketika melihat wajah William saat ini, Pani segera menyesal karna melihatnya.

Wajah William, penuh dengan kegelapan, kedua bibir tipisnya ditekan seperti pisau tipis yang tajam, garis wajahnya dingin dan keras, mata dingin yang melihat tangan Ellen yang sedang memegang tangan Bintang, menjadi lebih dingin.

Sumi dan Ethan melihatnya.

Khawatir dia akan melakukan sesuatu yang gegabah saat ini, mereka bergegas maju, dan berdiri di samping kanan dan kirinya.

Sekali dia bergerak, mereka berdua dapat segera menahannya.

Dibandingan emosi dengan seseorang, emosi William lebih terasa ketika melihat Ellen memegang tangan Bintang.

Terkejut, terpana, dan bingung…….

Telapak tangan Ellen semuanya basah.

Rasa desakan dan ketegangan yang sangat hebat, membuatnya ingin menyerah.

Namun tidak bisa!

Ellen menaikkan suaranya, sambil menarik Bintang berjalan dua langkah kearah William dan Hansen.

Berdiri tepat di depan mereka berdua, Ellen mengangkat dagunya lebih tinggi, sepasang matanya yang bersih melihat William dan Hansen, dan berkata dengan perlahan, “Kakek buyut, paman ketiga, kenalkan, dia adalah Bintang Hamid, pacarku.”

“ah”

Setelah Ellen memperkenalkannya, William tiba-tiba tersenyum.

Sebenarnya senyum itu tidak menunjukkan perasaannya, namun Ellen tiba-tiba menjadi takut, sepasang mata lebarnya melihat William merasa panik.

William menyipitkan mata dan tersenyum kepada Ellen, senyuman itu tidak sampai ke dasar mata, sebaliknya senyuman itu membuat orang merinding.

Ellen menarik napas, dan hanya merasa bahwa hatinya akan meledak!

Pani sudah tidak berani melihat William lagi, ketika tatapannya berpindah, tatapannya tidak sengaja menabrak sebuah pandangan yang dalam.

Pani sedikit panik, ia mengerutkan alis dan curiga melihat pemilik pandangan mata itu.

Sumi…………

Dulu kadang-kadang melihatnya menjemput Ellen, jadi dia sedikit memiliki kesan terhadapnya.

Namun, mereka berdua tidak pernah menyapa satu sama lain, dan tidak pernah berbicara satu kalimat pun.

Dan dia melihatnya seperti itu, maksudnya apa?

Sumi hanya melihat Pani, dengan pandangan mata yang dalam, ekspresi wajahnya, sulit ditebak.

Dua orang itu saling melihat selama kurang lebih satu sampai dua menit.

Akhirnya.

Pani mengalah!

Pipi itu berkedut, dan dia mengalihkan pandangannya dengan emosi.

Karena sekarang dia sedikit curiga, dia mungkin sedang menjulingkan mata, mungkin orang yang dilihatnya tadi adalah Ellen sama sekali bukan dia. (Sumi: aku menjulingkan mata?haha!)

Melihat wajah Pani yang memerah dan mengalihkan pandangannya, senyum di wajah Sumi semakin kuat.

“a apa?” walaupun dia sudah menebak apa yang akan dikatakan Ellen, namun ketika benar-benar mendengar kata-kata Ellen, hati Hansen masih agak sulit menerimanya, dan dia terkejut!

Lagipula, Ellen hari ini baru saja pas 18 tahun……..

Ellen dibuat tidak nyaman oleh suara tertawa William.

Sampai-sampai dia tidak mendengar apa yang dikatakan Hansen.

“kakek buyut, aku benar-benar menyukai Ellen, semoga Anda bisa merestui.” Mata bintang yang tertuju pada Hansen, dan nada suaranya tegas.

Hansen, “…..”

Dia tidak dapat menahan untuk menarik napas, dan melihat William.

Ellen baru saja berumur 18 tahun, baru beranjak dewasa, sekarang dia juga duduk dibangku kelas 3 SMA, waktu yang paling sulit dalam pembelajaran.

Meskipun dia tidak peduli dengan masalah nilai Ellen, lagipula, jika Ellen tidak lulus ujian, atau lebih buruknya lagi jika Ellen berhenti sekolah, dia juga tidak mempermasalahkannya.

Jika hal buruk terjadi, dia mengirimnya ke luar negeri untuk mempelajari hal yang dia sukai saja.

Namun dia baru berumur 18 tahun, dia selalu merasa masih awal untuk dia berpacaran.

Baiklah.

Sebenarnya sudah tidak dapat menahannya.

Karena dia merasa, sekali Ellen berpacaran, sebentar lagi dia akan meninggalkan keluarga Dilsen.

Dan dia tidak rela.

“Tuan Hamid.” William tiba-tiba membuka mulutnya, dan nada suaranya dingin.

Ellen melihat William merasa takut.

William setengah menyipitkan matanya, bulu matanya gelap dan lembut menutupi emosi yang ada di bawah matanya, yang tidak jelas.

“paman ketiga, panggil aku Bintang saja.” Bintang melihat William dengan malu dan berkata.

Bibir Ellen terangkat, melihat bibir William yang membentuk satu garis, ketidaknyamanan di dalam hatinya semakan terasa.

William melihat Bintang, dan kemudian tertawa lagi.

Akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa, berbalik dan berjalan pergi.

Bintang mengerutkan kening merasa bingung, dan melihat Ellen sedikit merasakan kekhawatiran, “Ellen….”

Namun , ketika dia baru membuka mulut, Ellen sudah melepaskan tangannya, dan lari untuk mengejar William.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu