Hanya Kamu Hidupku - Bab 298 Sangat Enak

Ellen bahkan tidak melarang William pada saat dia melepaskan gaun tidurnya, wajah Ellen memerah seperti sedang mengalami demam.

William membiarkan gaun tidur Ellen mengantung di pahanya yang putih, "Melarang aku merokok, sekarang masih mau melarang aku makan yang lain?"

Wajah Ellen sudah memerah sampai titik puncak, dia hanya memeluk William tanpa bersuara.

William melepaskan bibir Ellen dan menatap ke wajah Ellen yang merah dua detik sebelum menurunkan kepalanya.

Ellen menarik nafas panjang dan menarik rambut William yang pendek dengan bahu bergetar.

Setelah 5 6 menit, William baru mengangkat kepalanya, dia mendenkati bibirnya yang tipis terlihat agak basah dan tipis ke telinga Ellen, "Benar-benar sangat enak"

Ellen malu sampai jari kakinya terasa tegang, dia hanya menundukkan kepalanya dan mengigit bahu William dengna kuat.

William mengendong Ellen dari meja dengan satu tangan kemudian mencium dahinya yang agak panas, "Hari ini buat apa aja?"

Ellen mengedipkan matanya untuk menghilangkan uap di matanya, kemudian melingkari bahu William dengan lembut, "Tidak buat apa-apa, aku cuman pergi jalan-jalan aja"

"Pergi mana?" William berkata dan mengarahkan tubuhnya ke depan.

Ellen langsung mengedipkan matanya dengan alis mengerut.

"Iya?"

Nada suara William terdengar seperti sedang berbicara dengan Ellen seperti biasa.

Ellen ingin menjawab William, siapa tahu teriakan yang lembut malah berdering setelah dia membuka mulutnya.

Mata Ellen langsung membesar, seluruh kulitnya terasa seperti dinyala api!

Ellen tidak akan mengaku suara tadi adalah suaranya sendiri!

"Hehe......"

Suara tertawa serak yang dipenuhi oleh kebahagiaan yang berdering.

Ellen menyembunyikan wajahnya di eleher William, dia mengigit bibir bawahnya dengan erat, mau William bagaimana 'memaksa' Ellen pun, dia tidak bersuara lagi.

Pada saat hampir subuh jam 1.

William mengendong Ellen yang disiksa sampai sesak nafas keramas di kamar mandi.

Dalam waktu beberapa menit, setelah William mengendong Ellen keluar dari kamar mandi, Ellen sudah tertidur di pelukan William.

Melihat adegan ini, gerakan William meletakkan Ellen di tempat tidur pun menjadi agak lembut.

Setelah menutupi tubuh Ellen di selimut, William baru duduk di atas tempat tidur dan menatapnya dengan tatapan lembut.

Orang-orang pada berkata melihat barang dan hal yang cantik terlalu lama akan membuat penatapan orang terasa capek dan bosan.

Sudut bibir William terangkat, dia mengelus wajah Ellen dengan lembut dan mengomel, "Kenapa aku merasa kamu malah menjadi semakin cantik, setan kecil?"

......

Dalam waktu tiga hari berturut-turut, Ellen akan mengemudi ke Mall Taman Bunga setiap sore untuk melihat apakah Hansen ada datang.

Tetapi dalam tiga hari ini, Hansen tidak datang sekali pun.

Karena merasa risau dengan Hansen, Ellen pun pergi ke rumah lama secara diam-diam, pada saat melewati gerbang, Ellen melihat Hansen sedang bermain catur dengan Sobri, dia kelihatan lumayan semangat.

Hati Ellen yang risau pun terasa agak lega.

Pada saat Ellen mengemudi kembali ke rumah, dia menerima sebuah pemberitahuan wawancara.

Dari sebuah pusat majalah yang lumayan terkenal, nama perusahaannya adalah Yuk Gosip.

Yuk Gosip adalah perusahaan yang memiliki penjualan tertinggi di bidang mempublikasi dan menjual majalah.

Perekrutan Yuk Gosip kali ini adalah mencari seorang editor yang bertanggung jawab untuk menulis draf dan tata letak majalah bidang hiburan.

Menjadi editor bukanlah hobi Ellen, hanya saja pekerjaan Ellen di kota Rong beberapa tahun ini semuanya berhubungan dengan editor, makanya Ellen bermaksud mau mencari kerja sebegai editor juga di kota Tong.

Petugas administrasi Yuk Gosip meminta Ellen untuk hadir ke kantor Yuk Gosip besok pada jam 10.30 untuk melakukan wawancara.

Pada hari kedua, Ellen jarang-jarang bisa bangun pagi dan merapikan dirinya, dia hadir di Yuk Gosip tepat waktu.

Yuk Gosip hanya ingin merekrut satu orang editor, tetapi orang yang diminta untuk datang wawancara ada 5 orang.

Iya, persentase 1 banding 5!

Sebenarnya Ellen sudah siap-siap wawancara ini akan memiliki beberapa sesi.

Pada saat Ellen baru mulai wawancara, dia memberikan lamarannya kepada karyawan Yuk Gosip.

Sebelum Ellen memperkenalkan dirinya, salah satu karyawan Yuk Gosip bertanya kepada Ellen apakah dia adalah penulis majalah wawancara sutradara Samir Moral?

Setelah Ellen menjawab iya, dia langsung direkrut di tempat!

Dua orang yang masih menunggu di belakang Ellen semuanya merasa terkejut.

Karena besok adalah akhir pekan, Ellen diminta untuk masuk kerja secara resmi pada hari senin!

Ellen, "...." Semua ini berjlana terlalu lancar, sampai keluar dari ruang wawancara pun Ellen merasa agak bingung.

Ellen berdiri di depan pintu beberapa detik, tidak tahu apakah karena semua ini berjalan terlalu lancar, setelah menyadari dirinya telah mendapat pekerjaan, Ellen merasa sangat tenang, sama sekali tidak terasa senang.

Ellen menarik nafas dan merapikan tasnya sebelum berjalan ke arah elevator.

Berdiri di depan elevator, Ellen menekan tombol dan menunggu sambil menundukkan kepalanya.

"Nona Rinoa, terima kasih telah menerima wawancara dari kami"

Setelah sebuah suara wanita berdering, dua orang pun muncul di sisi Ellen.

Ellen menoleh ke samping.

"Ketua editor Yu benar-benar terlalu ramah. Yuk Gosip adalah pusat majalah terbaik di dalam negeri sekarang, aku merasa sangat bersyukur bisa diwawancara oleh kalian"

Suara Venus berkata.

"Sisi personalitas maupun penampilan nona Rinoa membuat aku sebagai wanita pun merasa malu, benar-benar terlalu luar biasa" Ketua editor Yu tertawa.

"Ketua editor Yu terlalu suka memuji aku" Venus berkata dengan malu.

"Nona Rinoa pantas dipuji" pada saat Ketua editor Yu berkata, elevator sudah tiba di lantai dasar, setelah pintu terbuka, Ketua editor Yu berkata terhadap Venus, "Nona Rinoa silahkan"

"aku turun sendiri saja, Ketua editor Yu cukup antar sampai sini" Venus mengangguk terhadap Ketua editor Yu sebelum masuk ke dalam elevator.

Ketua editor Yu berdiri di luar elevator, "Nona Rinoa, kerja sama dengan anda kali ini sangat menyenangkan! Semoga lain kali masih ada kesempatan seperti ini, selemat jalan"

Venus tertawa sebelum menatap ke Ellen yang sedang menundukkan kepalanya, "Nona, apakah anda tidak mau masuk?"

Ellen menggelengkan kepalanya.

Venus Roni mengerutkan alisnya, ekspresinya terlihat seperti tidak percaya, "Bukannya kamu sedang menunggu elevator?"

Ellen mengigit bibirnya, akhirnya dia masuk ke dalam elevator.

Venus berdiri ke agak samping.

"Nona Rinoa, hati-hati di jalan" Ketua editor Yu berkata lagi.

Venus tertawa.

Setelah itu pintu elevator pun tertutup.

Pusat majalah berada di lantai 24, untuk turun ke bawah butuh beberapa saat.

Venus yang berdiri di tengah elevator melihat ke Ellen yang sedang menundukkan kepalanya di sudut melewati pantulan dinding.

Demi menghadiri wawancara hari ini, Ellen sengaja mengikat rambut panjangnya, kulitnya yang putih dan bersih pun terlihat.

Sementara pakaian yang dikenakan Ellen juga agak sederhana, penampilan ini membuat dia susah menyembunyikan diri.

Mungkin tidak ada hal lain yang menarik perhatian, tatapan Venus teurs berhenti di Ellen tanpa mengedip mata.

Venus melihat dari dahi, bulu matanya yang panjang dan tebal, kemudian hidungnya yang kecil dan mancung.....

Melihat sampai sini, tatapan Venia langsung mengerut, dia tiba-tiba menoleh ke belakang dan menatap ke Ellen dengan terkejut.

Ellen mempertahankan posisinya seolah-olah tidak menyadari apa-apa.

"Nona, kamu adalah karyawan pusat majalah ya?"

Venus menahan nafasnya sambil menatap ke Ellen, berkata dengan nada suara bergetar.

Ellen mengerutkan suaranya dan tidak bersuara.

Ekspresi Venus menjadi tegang, dia terus menatap ke sisi wajah Ellen sambil mendekatinya, ".....Nona, aku tidak ada maksud lain, aku hanya merasa takdir yang membuat kita naik satu elevator yang sama, makanya ingin kenalan dengan kamu, kita bisa jadi teman, ahhhhh......."

Ellen tiba-tiba menutupi mulutnya dengan kaget dan mundur ke belakang sampai tubuhnya menyentuh dinding elevator, dia menatap ke Ellen dengan tatapan yang kaget dan wajah yang pucat.

Teriakan yang menakutkan dan suara sesak nafas terus keluar dari mulut Venus.

Ting------

Elevator tiba di tempat parkir lantai satu, pintu pun terbuka.

Ellen melihat ke Venus yang ketakutan dengan tenang, dia menjilat bibirnya dan bermaksud untuk langsung keluar dari elevator tanpa berkata apa pun.

Sementara mau keluar dari elevator, Ellen harus melewati Venus.

Pada saat melewatinya, teriakan Venus pun menjadi semakin kuat.

Ekspresi Venus pada saat ini berbeda seperti langit dan tanah dengan ekspresinya pada saat menghadapi ketua editor tadi!

Ellen tidak berhenti dan keluar dari elevator, kemudian meninggalkan tempat parkir dengan mengemudi mobilnya.

.........

Di depan rumah Rosa.

Rosa memparkir mobil merahnya di depan rumah dan bergegas melepaskan sabuk pengaman sebelum turun dari mobil dan memeluk Venus yang bergemetaran, "Venus, kamu kenapa? Apa yang terjadi?"

Venus mengangkat kepalanya dan memperlihatkan wajah pucatnya kepada Rosa.

Tatapan Rosa mengerat, dia menatap ke Venus dengan bingung, "Venus, apakah kamu baik-baik saja? Kenapa, wajahmu kenapa pucat sampai begitu?"

Mata Venus memerah seperti darah, giginya juga bergemetaran.

Meskipun sekarang masih siang, penampilan ini tetap lumayan menakutkan.

Rosa menelan air liurnya dengan bibir bergetar, "Venus, kalau tidak, kalau tidak kita masuk ke dalam dulu?"

Venus mengangguk.

Ekspresi Rosa dipenuhi oleh kebingunan yang dalam, dia menjilat bibirnya dan berjalan ke atas tangga, membelakangi Venus sambil menekan kata sandi pintu.

Venus berjalan ke belakang Rosa dengan perlahan.

Gerakan tangan Rosa berhenti, dia menoleh ke Venus dengan wajah gemetaran.

Seolah-olah diikuti oleh sesuatu, Venus memeluk dirinya dengan erat dan menatap ke Rosa tanpa mengedipkan matanya.

Wajah Rosa menjadi tegang, dia menjilat bibirnya dan menoleh kembali ke pintunya untuk lanjut memasukkan kata sandi.

Pada saat itu, Venus yang berada di belakangnya tiba-tiba berkata, "Aku melihatnya"

Rosa berhenti bergerak dan menoleh ke Venus, "Kamu, kamu melihat siapa?"

Venus menatap ke Rosa dengan bibir yang sangat pucat, "Ellen, Nie!"

"........"

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu