Hanya Kamu Hidupku - Bab 442 Catatan Kehilangan Perhatian

Saat Ellen meninggalkan rumah sakit tempat pemulihan sehabis melahirkan selama sebulan, sangat terasa sekali ada semacam perasaan “lepas dari tahanan” saja, udara di luar terasa segar, bebas, angin berhembus melewati pundaknya, bahkan juga ingin sekali berteriak.

Selama hamil sampai sekarang setelah sebulan proses pemulihan, Ellen sungguh hidup seperti wanita rumahan saja.

Tentu saja, juga bukan dia yang menginginkannya, tapi terpaksa dan tak berdaya. Siapa suruh pengurus rumah mereka sangat ketat sekali! Seakan sekali dia keluar rumah, dia dan anak bisa berbahaya saja.

William membawa Ellen dan si ndut kembali ke Coral Pavillion, karena tidak terlebih dahulu memberitahu ketiga anak kecil yang ada di rumah.

Jadi saat dari sekolah pulang ke rumah kelihatan William dan Ellen, ketiga anak kecil sangat terkejut gembira sekali.

Nino, Tino umurnya lebih kecil dari Keyhan, lebih cuek, dengan gembira berlari ke Ellen, bersandar ke dalam pelukan wanita itu meminta untuk dimanja.

Keyhan lebih lambat selangkah, tunggu saat dia ke sana, dalam pelukan Ellen sudah tidak ada tempat untuknya.

Keyhan merapatkan bibir, melihat Ellen, juga melihat ke William yang tidak dihiraukan di samping, menghela dalam hati, “dengan terpaksa” berjalan ke arah William.

Meski William kebanyakan bersikap serius di depan anak-anak, tapi terkadang juga bisa memberi mereka pelukan sayang dan semacamnya.

Kali ini melihat Keyhan lebih baik hati dibanding si kecil, masih ingat akan dia ayahnya ini, dan sebagai hadiah penghargaan dia memeluk putra sulungnya.

Akar telinga Keyhan memerah, di saat William melepaskannya, berpura-pura tenang melihat pria itu, “Mana Si Ndut ?”

“Dimana Si Ndut ?”

“Dimana Si Ndut ?”

Mendengar William bertanya, Nino dan Tino satu per satu menjulurkan kepala keluar dari dalam pelukan Ellen, beruntun bertanya.

William mengerutkan dahi, memandang Nino sekilas, dengan sangat serius sekali berkata, “Apa tidak bisa memanggilnya adik?”

Kedua ujung mata Nino tertarik ke bawah, mengangkat pundak tak berdaya, dengan cepat menyesuaikan diri berkata, “Dimana adik?”

Ellen melihat Nino yang cuek bebek, tak bisa menahan tawa.

Namun William sudah puas, “Putriku sudah tidur, di kamar puteri di atas, jangan ganggu dia!”

Putriku?

Apa?!

Keyhan, Tino, Nino dan Ellen diam-diam melihat ke William.

William dengan satu pandangan mata yang dingin menyoroti.

Delapan mata langsung saja mengibas beralih ke tempat lain—— Sama-sama kehilangan perhatian!

….

Semenjak di rumah bertambah satu Bohai , hiburan bagi Keyhan, Tino dan Nino selain bermain, adalah membuat adik perempuan tertawa.

Keyhan dan Tino sungguh ingin membuat Bohai tertawa dan gembira, Nino hanya sebatas untuk menyenangkan diri sendiri, juga sering sekali sengaja membuat paras muka yang aneh menakuti si ndut , dan setiap kali berhasil menakuti adiknya.

Hal apa yang paling mengesalkan?

Nino bertanggung jawab menakuti si ndut sampai menangis, sama sekali tidak bertanggung jawab untuk menghiburnya.

Dan tugas untuk menghibur adik perempuan diserahkan ke Keyhan dan Tino.

Em, lebih tepat dibilang diserahkan ke Keyhan, dan Tino pergi membantu si ndut untuk membalas, memberi Nino pelajaran!

Juga karena Nino selalu membuat si ndut menangis, membuat Nino dengan sangat “terhormat” menjadi orang yang paling “dikucilkan” oleh ketiga pria lainnya di rumah, jadi sering sekali, Nino selalu “sendirian” saja.

Nino bisa ke ruang baca di lantai 2 mencari Ellen saat “dikucilkan” dengan segala macam gaya berpura-pura lemah dan kasihan untuk minta dihibur.

Setiap kali di saat seperti ini, Ellen selalu tersenyum kecil, dan berharap mendengar “keluhan” Nino, setiap kali di saat Nino mengira Ellen mau menghiburnya, Ellen selalu akan bertanya dengan lembut ke dia sepatah “Apa sudah selesai mengerjakan PR”. Hasilnya adalah, tidak jadi dihibur, sebaliknya malah lebih terpukul lagi!

Satu kata: Tragis!

……

Jam 10 malam, Ellen selesai mandi dan pergi ke kamar si ndut , awalnya mengira Darmi menemani si ndut , tidak disangka sekali masuk yang kelihatan malah Keyhan telungkup di ranjang kecil menjaga si ndut yang sudah tertidur, dilihat dari samping, ekspresi wajah anak laki-laki itu sangat lemah lembut sekali, dan ujung mulut yang tipis juga agak tersenyum.

Ellen kelihatan selapis sinar di atas tubuh Keyhan, sinar itu memuat hatinya menjadi hangat.

Sebenarnya Keyhan sifatnya sangat tertutup, meski terhadap keluarga, dia bisa berusaha menunjukkan kepedulian dan rasa sayangnya terhadap keluarga, tapi anak itu sungguh adalah orang yang tidak ahli dalam menyatakan perasaan, jadi setiap kali dia tersenyum, juga sangat kecil, kecil sampai hampir tidak kelihatan kalau tidak melihat dengan seksama.

Tapi sekarang, wanita itu benar-benar kelihatan Keyhan tersenyum melihat si ndut .

Yang dipikirkan oleh Ellen saat ini adalah, tidak sia-sia Keyhan adalah kakak tertua yang ramah.

Ellen dengan gerakan tangan dan kaki yang pelan berjalan masuk, baru saja berjalan ke samping Keyhan, tubuh Keyhan tiba-tiba tersentak.

Ellen terkejut, menunduk melihat Keyhan.

Wajah kecil Keyhan yang mendongak merah sekali, melihat mata hitam Ellen mengandung seuntaian rasa malu dan panik.

Ellen,”….” Apa mungkin suara jalannya terlalu ringan, dia tidak kedengaran, jadi dia tiba-tiba berjalan masuk, membuatnya terkejut?

Berpikir seperti ini, Ellen agak merasa bersalah dan menjongkok di depan Keyhan, menjulurkan tangan mengelus kepala kecil anak itu, “Maaf sayang, aku seharusnya pelan-pelan mengetuk pintu mengingatkan kamu, dengan seperti ini kamu baru tidak akan terkejut .”

“…..” Keyhan melihat wajah lemah lembut Ellen, tubuh kecil itu perlahan jadi rileks, memutar pandangan melihat si ndut yang tertidur dengan nyenyak di ranjang kecil, dengan suara kecil berkata, “小芽 anak manis benar, tidak?”

“Benar.” Ellen menarik tangan Keyhan, duduk di karpet di samping ranjang kecil, dengan pandangan mata yang lembut melihat si ndut , “Dia tidak pernah menangis… selain dikejutkan oleh Nino. Setiap kali asal tepat waktu memberinya susu, dia bisa bermain sendirian dengan baik, sama sekali tidak menyusahkan orang.”

Keyhan melihat sepasang bulu mata yang sangat panjang menutupi si ndut , lalu dengan sangat cepat menggerakkan ujung mulut tersenyum sebentar, “Hanya agak sedikit gemuk.”

“Heh…..”

Ellen takut dirinya sendiri tidak bisa menahan suara tawa, segera menggunakan tangan satunya menutup mulutnya sendiri, dalam mata besar itu dipenuhi senyuman, menunduk melihat Keyhan berkata, “Sayangku, ibu harus mengingatkan kamu, jangan pernah mengatakan perkataan ini di depan ayah, ayah selalu ingin melindungi keluarga, tidak bisa mendengar kata si gemuk ini. Adalagi…. Apa si ndut agak gemuk? Jelas-jelas sangat gemuk.”

Ellen mengira Keyhan akan dengan semangat mendiskusikan “kegemukan” si ndut .

Siapa sangka Ellen baru saja selesai mengatakan, Keyhan dengan serius mendongak, melihat Ellen dengan serius berkata, “Bu, kamu bilang Bohai seperti ini, Bohai bisa sedih. Besok-besok jangan bilang lagi.”

Ellen, “….” Terkejut sekali!

Padahal dia dulu yang bilang si ndut!

Keyhan dari lantai berdiri, menjulurkan tangan menepuk pundak Ellen, “Kamu adalah seorang ibu yang baik.”

Apaaaa?!

Ujung mata Ellen kejang, melihat Keyhan.

Terakhir Keyhan melihat si ndut sebentar, lalu pergi.

Ellen menggigit bibir, agak bersedih ada apa ini?

….

si ndut sekarang masih kecil, pagi hari ada Darmi dan Nurima yang mengasuhnya, tapi malam hari Ellen yang menggendongnya tidur ke ranjang bayi di kamar utama, memudahkan dia untuk menjaganya.

Mengingat Darmi dan Nurima sudah tua, bagaimana mungkin Ellen bisa tega membiarkan mereka malam hari juga mengasuh si ndut .

Ellen menenangkan suasana hati, saat sedang berhati-hati menggendong si ndut kembali ke kamar utama, William sudah dari ruang baca kembali ke kamar utama, baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi.

Kelihatan Ellen menggendong si ndut , lalu sembarangan saja membuang handuk yang digunakan untuk mengeringkan air di tubuhnya, lalu maju, langsung menggendong dan membawa pergi si ndut dari dalam pelukan Ellen.

Ellen memoncongkan mulut, melihat William yang besar dan tinggi menggendong anak kecil yang gemuk berjalan dengan pelan di dalam kamar, samar-samar merasakan depresi setelah melahirkan pada dirinya mungkin sudah mau kumat.

Karena wanita itu sungguh merasa, dia sudah kehilangan perhatian.

Keyhan dulu sangat baik sekali terhadapnya, sekarang gimana?

Lalu melihat lagi pria tua yang menggendong putrinya seperti kesayangan saja….. dulu bukannya selalu memeluk dia?

Seperti yang dibilang 30 tahun arus sungai bisa berganti arah!

Ini belum sampai 30 tahun!

Ellen terpatung seperti pentungan, mulutnya memoncong sampai seperti mulut teko, kedua matanya melebar besar, dengan sangat tidak senang melototi William.

William yang menggendong si ndut juga merasakan pandangan mata Ellen yang disorotkan ke sana, pria itu juga melihatnya beberapa kali, tapi juga tidak membuka mulut menunjukkan perhatian.

Perasaan Ellen akan “kehilangan perhatian” langsung saja naik sampai ke titik puncak, oleh karenanya, dia sengaja pergi sambil dengan kuat menginjakkan kaki ke lantai.

“Kecilan sedikit suaranya, putriku sudah tertidur.” William berkata.

Ellen, “…” Apa boleh memecat suami!?

Ellen menoleh balik dan melototi William dengan ganas, tapi langkah kakinya juga sudah menjadi lebih ringan. Mengingat, putri ini juga adalah miliknya!

William mengerutkan dahi yang dalam, melihat Ellen berjalan ke samping ranjang, menghempaskan sandal dan baring membelakangi pria itu di ranjang besar, dua bibir tipisnya lebih merapat dengan erat lagi.

…….

Saat Ellen marah sampai hampir tertidur, William baru meletakkan si ndut dengan hati-hati ke ranjang bayi, dengan teliti menyelimuti putrinya, baru menoleh melihat sekilas Ellen yang baring di atas ranjang, berjalan ke samping ranjang, baring di sebelah Ellen, mengangkat tangan dan mematikan lampu.

William terbaring datar hampir 1 menit, lalu menyampingkan tubuhnya, menjulurkan tangan memeluk pinggang Ellen yang ramping, menggaet wanita itu ke dalam pelukkannya.

Ellen juga sudah memberontak, tapi sedikitpun juga tidak berguna!

Ellen melebarkan mata, emosinya semakin bergejolak, masih ngambek.

“Ai.”

Suara helaan nafas jelas terdengar dari belakang melintas masuk ke telinga.

Ellen agak mengerutkan dahi, menahan diri tidak menoleh melihat pria itu, juga tidak membuka mulut.

“Kamu ini jadi ibu, apa tidak malu cemburu dengan putri sendiri?” William mencium telinga wanita itu, berkata dengan suara kecil.

Muka Ellen tergesek sampai memanas, diam-diam menghelakan nafas, tak bersuara.

Anak itu juga miliknya, tentu saja dia juga sayang. Tapi sayang dengan anak perempuan di saat bersamaan, dia juga tidak mengabaikan mereka.

Tapi mereka, hatinya semua berpindah hati!

Yang pasti, Ellen merasa posisinya di rumah ini, tidak terlalu baik!

Ciuman William perlahan meluncur dari telinga Ellen sampai ke leher kecilnya.

Ellen mencemooh, bergerak maju yah. Tapi tubuhnya dijepit oleh William, dia tertegun sama sekali tidak bisa lepas.

“Jangan menyia-yiakan tenaga, juga tidak pikir, kamu kapan pernah berhasil memberontak keluar dari telapak tanganku?”

Ellen sudah sangat kesal sekali, di saat seperti ini William malah sengaja melontarkan perkataan yang memancingnya.

Ellen langsung saja menjadi seperti angin puyuh sajah, sengaja dengan gerakan yang besar membalikkan badan, mendongak dan melototi pria itu, “Kamu…”

Setelah kata “kamu” dari Ellen ini tak bersuara lagi.

Mengapa?

Mulutnya sudah tersumbat!

William satu tangan merangkul pinggang Ellen, satu tangan menggenggam satu pergelangan tangan wanita itu, mencium dengan sangat gagah bertenaga.

Dan saat mencium wanita itu, William juga tidak memejamkan mata, tapi langsung melototi bola mata Ellen yang terkejut itu, menyalurkan perasaan yang berapi-api di dalam mata ke Ellen.

Detak jantung Ellen tanpa terkendali menjadi bertambah cepat, bertambah sampai nafas menjadi terhambat, tubuhnya juga ikut jadi bertambah lemas, dengan lunak bernaung di dada William yang kuat dan lebar.

Terasa nafas Ellen menjadi sangat sulit, baru melepaskannya, wanita itu sudah seperti hampir kekurangan oksigen saja.

William baru dengan perlahan bergeser dari bibir wanita itu, dengan satu tangan membelai muka wanita itu, sepasang mata yang lembut seperti pusaran air menyedot Ellen dengan dalam, suara yang seksi dan juga gagah berkata, “Kepedulianku terhadapmu, apa kamu merasakannya?”

“……”

Sampai saat ini, Ellen mutlak dikuasai!

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu