Hanya Kamu Hidupku - Bab 466 Buat Apa Kamu Melompat Ke Sini

Sumi melihat demikian, terbengong sejenak dan mengerutkan alis, lalu buru-buru menangkap orangnya, “Sudah begitu besar, kenapa masih tidak hati-hati !”

Pani yang tertangkap oleh Sumi juga terbengong langsung, dia membuka lebar kedua matanya, wajahnya telah merona merah, dia terus menatap wajah Sumi yang penuh dengan kecemasan dan teguran.

Tubuh Pani menjadi kaku, apa yang dia lakukan ?

Sumi melirik reaksi Pani yang sudah terbengong kaku, lalu membisik ringan, “Sudah terlanjur buat, apa gunanya juga menyesal sekarang ?”

Wajah Pani menjadi semakin merah, dia menunduk kepala dan ingin mundur dari pelukan Sumi.

“Pergi begitu saja ya ?” Sumi tersenyum tidak jelas, lalu mengulur tangan dan memeluk erat pada pinggang Pani, membuat tubuh Pani semakin melekat ke dalam pelukannya.

Pani merasa malu dan juga emosi, dia menggigit bibir bawahnya dengan erat, lalu berbisik ringan, “Kamu, lepaskan.”

“Tidak boleh lepas !” Sumi sedikit memejamkan matanya dan berkata, “Kamu masih belum kasih tahu lagi, buat apa kamu melompat ke sini, aku mana boleh lepas dengan begitu saja ? Bilang saja, mau buat apa ?”

Pani berpikir di dalam hati, dirinya mau buat apa ?

Pani bahkan tidak ingat lagi mengapa dirinya harus melompat ke dalam pelukan Sumi ?

Sumi memundurkan badan dan menyandar pada kursi, satu tangannya sedang memeluk erat pada pinggang Pani, satu tangannya lagi sedang mengelus pada rambut panjang Pani yang terurai di belakang punggung, Sumi menatap Pani dengan tatapan lembut, lalu berkata dengan nada ringan, “Pelan-pelan saja berpikir, tidak buru-buru. Kalau kamu sudah kepikiran jawabannya, aku baru melepaskanmu.”

Wajah Pani menempel pada bagian dada Sumi, matanya terbuka lebar pada seketika, tangan Pani sedang menyeret kemeja yang berada di bagian pinggang Sumi, pinggul Pani yang duduk di atas paha Sumi sedikit melengkung ke atas, seperti seekor kucing tidak tenang yang sedang terjatuh ke dalam pelukan Sumi.

“Tenang.”

Bibir Sumi yang menghembuskan nafas hangat terus melekat pada telinga Pani, suara yang dilontarkan dari bibirnya bagaikan air jernih yang mengalir deras pada pertengahan gunung.

Sementara pada saat berbicara, tangan besarnya yang berada di pinggang Pani semakin beralih ke bawah, akhirnya berhenti pada bagian pinggul Pani, lalu mencubitnya dengan erat.

Hati Pani ketakutan sejenak, pinggang kecilnya terus gemetaran, kemerahan pada wajahnya terus beralih hingga bagian leher.

Tatapan Sumi beralih turun dari punggung Pani, mata yang penuh dengan tatapan kegairahan.

“Aku mesti pulang.”

Sejenak kemudian, Pani berbisik ringan di dalam pelukannya.

Setelah itu Sumi menyimpan kembali tatapannya, lalu menatap lagi kepala yang berada di atas dadanya.

Pani mengangkat wajah kecilnya, wajah yang telah merona bagaikan senja di sore hari, mata yang sedang menatap Sumi sangat jernih dan penuh dengan ketabahan, “Paman Nulu, aku tidak menyalahmu yang membawa aku pergi secara paksa, tetapi sekarang aku mesti pulang, aku butuh pekerjaan itu.”

Sumi menatap Pani dengan tatapan datar, lalu mengelus pada wajah kecilnya, “Tidak dingin ya ?”

Pani terbengong, mata yang sedang menatap Sumi sedikit gemetaran.

Pada seketika.

Pani seolah-olah telah mengerti, alasan Sumi yang muncul secara tiba-tiba dan alasan dia membawa dirinya pergi secara paksa.

Pani tiba-tiba mendekatkan diri lagi ke dalam pelukan Sumi, dia tidak bermaksud lain, hanya ingin menekan perasaan asing yang mulai bergenang di dalam hatinya.

Sumi terus menatapnya dengan tatapan dalam, lalu berkata dengan lembut, “Jangan kerja lagi.”

Pani mengerut bibirnya dengan erat, lalu menggeleng kepala.

Pani mesti kerja, karena dia membutuhkan uang !

Sumi menunduk, bibir tipisnya melekat ringan pada telinga Pani, “Pekerjaan itu, berapa bayarannya ?”

Pani juga balik menatapnya, tatapannya membawa kesan penasaran, “Satu setengah juta.”

“Perlu kerja berapa hari ?” Sumi mencium lagi pada telinga Pani.

“…” Telinga Pani merona merah, matanya mulai menjadi kabur, akhinya dia menjawab, “Tiga hari.”

“Baik.” Sumi mengelus rambut Pani, lalu memeluk kepala Pani ke dalam pelukannya, “Aku terima satu kasus yang perlu perjalanan dinas ke luar kota, kamu jadi asistenku, aku tetap membayarmu satu setengah juta untuk satu hari, bagaimana ?”

Pani mendengarnya, hanya berusaha memberontak kepalanya dari tangan Sumi, setelah selesai meloloskan kepalanya, dia mengangkat kepala dan menatap Sumi, “Asisten ?”

Sumi menatap mata Pani yang berbinar-binar, lalu berkata, “Asistenku sedang cuti tahunan, orang yang memiliki identitas seperti aku, pastinya harus membawa asisten kalau keluar, iya kan ?”

“Ya ?”

Pani tertawa.

Sumi juga bersenang ria, lalu mencubit pipi Pani dan bertanya lagi, “Bagaimana ? Mau terima ?”

Pani menatap sejenak pada wajahnya, lalu menggeleng kepala sendiri, “Tidak mau.”

Sumi sedikit memejamkan matanya dan bertanya, “Alasannya ?”

“Tidak ada alasan !” Pani menggerakkan pundak sendiri.

Sumi terus menatapnya, “Merasa bayarannya terlalu sedikit ?”

Pani hanya melototnya dan menjawab, “Bukan.”

“Jadi kenapa ?” Sumi bertanya lagi.

Pani menunduk kepala, sejenak kemudian dia memainkan jari tangan sendiri sambil menjelaskannya, “Aku tahu kamu mau membantuku. Tetapi aku seorang siswi sekolah menengah, sama sekali tidak mengerti tentang profesi pengacara, kalau menjadi asisten kamu, hasilnya malah menambah pekerjaan kamu.”

Sumi mengulur satu jari dan menopang pada dagu Pani, lalu menatapnya dengan tatapan senyum, “Tidak percaya diri ya ?”

Pani mencibir bibir dan menangkap jari yang menopang dagunya, “Ini namanya ada kesadaran diri. Meskipun aku menyukai uang, tetapi aku ada prinsip, orang bermoral akan mencari uang dengan cara yang baik, tahu kan ? Aku ada prinsip sendiri dalam mencari uang. Apabila bayaran setara dengan hasil kerja, aku baru bisa menerima dengan tenang hati.”

“Orang bermoral ?” Sumi menatapnya dan terus tersenyum.

Pani mengejeknya, “Kelihatan sekali saat kecil tidak belajar dengan baik.”

Sumi mengangkat alis, tidak melanjutkan topik pembicaraan ini lagi, “Bermain, kamu bisa kan ?”

“… Apa maksudnya ?” Pani tidak mengerti.

“Kamu merasa tidak sanggup menjadi asisten, kalau begitu temani aku bermain saja.” Sumi berkata.

“Temani… main ?” Pani mengangkat tinggi kedua alisnya.

Sumi mengeluh sinis, lalu menjentik kepala Pani dengan tanpa segan, “Sembarang berpikir apaan ? Aku sendirian ke luar kota, pasti juga mau berjalan-jalan selagi tidak sibuk. Aku tidak suka kesepian, apalagi pada saat makan, jadi lebih bagus kalau ada yang bisa menemaniku pada saat-saat seperti ini.”

Pani mengelus kepala sendiri, lalu memperlihatkan tampang kekanakan dan berkata, “Maksudnya seperti ini ya, aku masih mengira… hehe.” Maaf sekali, dia barusan memang telah berpikir berlebihan !

Sumi menggeleng kepala, “Umurnya masih kecil, tetapi otaknya sudah terisi hal-hal aneh, sembrono sekali !”

“Aku…” Pani ingin membantah, namun dia tidak ada keberanian, bagaimanapun pemikiran dirinya pada barusan memang sedikit memalukan !

“Bagaimana ? Mau kerja ?” Sumi bertanya.

Pani menggerakkan sepasang bola mata hitam, “Kapan berangkat ?”

“Besok.” Sumi menjawab.

“… Pergi berapa lama ?”

“Belum pasti. Tetapi bisa pulang sebelum tahun baru.”

“Aku coba berpikir dulu.” Pani mengangkat kepala dengan reaksi sombong.

Sumi hanya tersenyum lembut.

….

Pada akhirnya, Pani tetap pulang ke lokasi pekerjaannya.

Namun dia tidak bermaksud untuk lanjut bekerja, malahan ingin mengganti kembali bajunya. Dia mengundurkan diri dari pekerjaan ini secara tiba-tiba, bagaimanapun harus menjelaskan terlebih dahulu kepada pimpinan hotel, tidak bertanggung jawab sekali apabila dirinya pergi tanpa pamit, kesannya juga tidak bermoral !

Pani mengganti bajunya dan menjelaskan kepada pimpinan, meskipun pimpinan tersebut tidak terlalu senang, namun dia tetap saja tidak memaksa Pani.

Setelah itu, Pani pergi meninggalkan hotel.

Ketika dia baru keluar dari pintu belakang hotel, Gerda yang mengenakan seragam pelayan hotel berlari mengejarnya, “Pani.”

Pani menghentikan langkahnya setelah mendengar jeritan ini, lalu berbalik badan dan menoleh ke arahnya.

Melihat orang yang mendatanginya adalah Gerda, Pani merasa sedikit segan, “Maaf ya Gerda, mengecewakan niat baikmu.”

Gerda mengerutkan bibir, wajah yang tampan sedikit kaku, “Pani, kamu, kamu tidak enak badan ya ?”

Pani menggeleng kepala dan menjawab, “Bukan.”

“Kalau begitu kenapa, kenapa tiba-tiba tidak mau bekerja lagi ?” Gerda sudah mengepal tangannya ketika mulai berbicara, kedua matanya terus menatap pada Pani.

“Ada sedikit urusan.” Pani menjawab dengan sederhana.

“Urusan apa ?” Gerda bertanya.

Pani terbengong langsung, lalu menatap Gerda .

Apakah Gerda tidak merasa pertanyaan dirinya terlalu berlebihan ?

Namun pemikiran ini hanya muncul sekilas dalam otak Pani, setelah itu langsung memudar seketika.

Bagaimanapun Gerda yang mengenalkan pekerjaan ini kepada dirinya.

Dirinya tiba-tiba tidak mau bekerja lagi, wajar saja kalau Gerda merasa tidak senang dan tidak terima.

Pani berpikir demikian.

Akhirnya Pani tetap tersenyum segan kepada Gerda, “Kali ini maaf sekali, lain kali aku traktir kamu makan sebagai tanda permintaan maaf, boleh ?”

Gerda bukannya tidak menyadari kecanggungan Pani pada saat ini, namun wajah dirinya juga kemerahan karena terlalu panik, “Pani, kamu, sudah punya pacar ya ?”

Apa ?

Pani terbengong kaku, lalu terus melotot Gerda .

Dalam hati Pani berpikir, jangan-jangan Gerda menyadari kalau dirinya sering berkaitan dengan paman Nulu ya ?

“Aku barusan mendengar pelayan lainnya mengatakan bahwa, kamu dipeluk pergi oleh seorang lelaki yang sangat tampan. Dia, bukan pacarmu ya ?” Gerda terus menatap Pani, bahkan nafasnya juga menjadi berat karena terlalu panik.

Mendengar dari orang ya.

Pani mengangkat kedua alisnya, reaksinya menjadi tenang kembali.

Dikarenakan berdasarkan bahasa Gerda barusan, seharusnya Gerda tidak mengetahui bahwa, orang yang memeluk dirinya di depan hotel adalah Sumi.

“Dia, itu, bukan pacarku.” Pani berkata.

Sebenarnya tidak ada salahnya juga Pani menjawab demikian.

Bagaimanapun sejak awal hingga saat ini, Pani sama sekali tidak menjanjikan apapun terhadap Sumi.

“Benarkah ?” Gerda langsung menjadi semangat, reaksi tegang di wajahnya juga hilang seketika, dan akhirnya menggantikan dengan wajah yang penuh kesenangan.

Pani melihat demikian, reaksi wajahnya malahan muncul rasa tidak nyaman.

Gerda melihat reaksi wajah Pani yang tidak tenang, hanya menggaruk kepala sendiri dengan tampang polos, lalu berkata, “Aku kiranya dia pacarmu, kelihatannya aku yang salah paham.”

Pani menarik sudut bibirnya secara paksa.

“Pani, aku tidak boleh keluar lama…”

“Aku mengerti, kamu cepat pulang saja.” Gerda belum selesai bicara, Pani sudah buru-buru mengusirnya.

“Baik.” Gerda mengangguk dan tersenyum polos, dia melangkahi kakinya sambil berkata, “Jangan lupa kamu sudah janji mau traktir aku makan, aku tunggu ya.”

Gerda selesai mengatakan hal ini, baru membalik badan dan berlarian dengan langkah ringan ke arah pintu belakang hotel.

Pani melihat Gerda yang telah masuk ke hotel, langsung mengerutkan alis.

Maksud Gerda sudah begitu jelas, seandainya Pani tidak menyadari lagi, tandanya dia memang berlagak bodoh !

Pani mengerutkan bibir, dia perlahan-lahan membalikkan badannya sambil merenung, sepertinya dirinya telah salah karena berjanji terhadap Gerda pada barusan.

“Aa…” Pani baru saja membalikkan badan, hadapannya langsung muncul sebuah ‘dinding putih’, Pani yang terkejut langsung menjerit ringan, dan memundurkan langkah dengan kaki yang gemetaran.

Akan tetapi Pani baru mundur satu langkah, pinggangnya telah tertahan oleh seseorang, dan badannya ditarik oleh orang tersebut.

“Aa…” Pani teriak lagi karena terkejut, lalu mengangkat kepalanya dengan panik.

Ketika melihat wajah tampan yang berada di atas kepalanya, Pani hanya mengerutkan alis dengan tidak berdaya, dan akhirnya menghela nafas lega.

Alhasil, Pani masih belum selesai menghela nafas, orang tersebut telah mengangkat tubuhnya dengan satu tangan dan berjalan menghampiri dinding di sampingnya, setelah itu orang tersebut langsung menghimpit tubuhnya pada dinding tersebut.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu