Hanya Kamu Hidupku - Bab 588 Yang Paling Dicintai Sepanjang Hidup Ini

Sejak pulang dari rumah sakit, Sumi tidak mengatakakan apa-apa.

Pani tidak tahu apakah dia menemukan suatu ketidaknormalan atau menemukan sesuatu namun dia tidak menunjukkkannya sedikitpun, ketika pulang ke rumah dia lapar dan meminta Sumi untuk pergi membuat mie untuk dia makan.

Sumi menurutinya dan pergi ke bawah untuk membuat mie dan menyajikan di ruang tamu untuk Pani makan.

Pani menatap malu-malu Sumi yang membantunya mengaduk mie di dalam mangkok ini," Aku bisa makan sendiri."

"Aku ingin menyuapimu," kata Sumi.

“Aduh.” Pani merasa tidak nyaman dan menolak membuka mulut.

Sumi mengangkat alisnya, "Kalau begitu tidak usah makan mie lagi."

Pani menatapnya dengan telinga yang memerah dan hanya bisa membuka mulutunya untuk makan.

Dia merasa level mie yang dibuat oleh Sumi cukup bagus, secara objektif cukup, tidak terlalu enak namun tidak bisa dikatakan tidak enak juga, intinya cukup.

“Aku akan memanggil bibi kembali besok untuk menjaga pola makan dan keseharianmu,” kata Sumi.

"Tidak perlu." Pani berkata sambil mengunyah, "Aku bisa menjaga diriku sendiri. Selain itu kan ada kamu."

Sumi mengulurkan tangan dan menyeka kuah dari sudut mulut Pani . "Kamu sekarang sudah hamil tua dan sulit untuk bergerak kemana-mana dan tidak dapat dipungkiri, aku tidak bisa bersamamu ketika ada sesuatu yang harus dikerjakan. Selain itu, aku tidak terlalu mahir memasak. Tidak baik jika aku terus menerus memberimu makan dengan memesan diluar. "

Mendengar apa yang dia katakan, Pani tidak membalas dan berkata, "Oke."

Setelah makan kurang dari separuh mie, Pani pun mendorongnya, "Aku sudah kenyang."

Sumi melirik singkat ke arah mangkuk mienya, bibir tipisnya menjadi sedikit lurus dan dalam pandangannya diselimuti kekhawatiran.

Pani juga melihatnya, matanya berkedip cepat dan dengan tersenyum berkata , "Ini hanya bisa dianggap sebagai makanan tambahan setelah makan siang, bukan makan malam formal, nanti masih harus makan malam kan."

Alis Sumi naik sebanyak satu inci, dia bangkit mengangkat mangkuk dan pergi ke dapur.

Pani menggigit bibirnya dengan ringan dan mengangkat pandangannya untuk melihat bayangan punggung Sumi yang berjalan ke dapur. Baru setelah Sumi masuk ke dapur, Pani mengalihkan pandangannya kembali dan melihat ke arah perutnya. Dia menggerakkan bibirnya dengan ringan seakan sedang mengatakan sesuatu dalam diam.

...

Rumah keluarga Zhao.

Kecuali Liaoran, Vimaya dan Pataya bahkan Remon pun duduk di sofa sambil menangis.

“Apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dilakukan !?” Remon bergumam dan terus menggumamkan kalimat ini.

Pataya menangis dengan pelan dan menatap Vimaya dengan pandangan yang dipenuhi air mata, "Bu, apakah keluarga kita benar-benar bangkrut? Bukankah kemarin masih baik-baik saja?"

Vimaya terlihat sangat terpukul dan hatinya hancur, "Seseorang dengan sengaja menargetkan keluarga Zhao kita, berniat untuk menghancurkan keluarga Zhao kita!"

Pataya meraih tangannya dengan Pani k dan berkata, “Ini Pak Nulu, pasti Pak Nulu. Untuk menghukum aku, dia memberi tahu Bibi Nulu bahwa Pani mengandung janin dari orang lain, jadi dia menggerakkan jarinya dan membuat keluarga kita bangkrut. "

“Kami sudah membuat salah kepada Tuan Nulu dan di masa depan kita sudah tidak akan memiliki pijakan di Kota Tong! Bahkan rumah kita ini akan dilelang satu minggu lagi, pada saat itu bahkan tempat untuk kita menapak di tanah pun sudah tidak ada.” Remon sambil menepuk sofa dan dengan kecemasan yang hampir di luar kendali.

"Huh!"

Liaoran, yang hinggga saat ini tidak merespon apapun akhirnya mendengus dengan dingin.

Vimaya Pataya ketiga orang itupun tercengang dan melihat ke arah Liaoran pada saat yang bersamaan.

Liaoran duduk dengan punggung tegak di sofa dan pandangan matanya melintas ke arah ketiga orang itu dan berkata, "Apa yang membuatmu Pani k? Unta yang kurus masih lebih besar dari kuda! Walaupun Keluarga Zhao kita hancur dan bangkrut namun tidak akan sampai pada tahap hidup di jalanan. "

Liaoran berkata sambil menatap Remon dengan tajam, "Aku hanya tidak suka dengan ekspresimu yang seakan tidak mempunyai harapan lagi! Lihatlah diri sendiri, mana terlihat seperti seorang pria sejati!"

Remon adalah menantu di keluarga ini, sudah menikah bertahun-tahun dengan Vimaya dan terus ditekan oleh Liaoran dan Vimaya.

Di rumah Zhao, Remon tidak diragukan lagi adalah tingkat terendah dalam piramida makanan dan siapa pun bisa mengkritiknya.

Setelah teguran keras dari Liaoran, Remon secara naluriah seperti beberapa tahun belakangan ini, menundukkan bahunya, berhenti berbicara dan tidak berani berbicara lagi.

Bahkan Vimaya dan Pataya memandang Remon dengan jijik.

Remon menundukkan kepala dan diam-diam mengertakkan giginya.

“Bu, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Kata Vimaya dengan cemas.

“Iya nek, aku tidak ingin terus menjadi miskin, aku akan gila.” Pataya bangkit, berjalan ke arah Liaoran dan duduk sambil memegang tangan Liaoran dan menangis.

Liaoran mengerutkan kening dan memandang Pataya, setelah merenung selama beberapa detik, dia kemudian memandang Remon dan berkata, "Yang terpenting sekarang adalah cepat menemukan tempat tinggal yang baru, keluarga kita akan pindah kesana. Masalah ini aku serahkan kepadamu."

Remon memandang Liaoran dengan lemah, "Bu, aku tidak punya uang."

"Tentu saja aku tahu kamu tidak punya uang! Saat ini kamu cari rumah terlebih dahu, ketika sudah menemukannya aku akan mengirimkan uang kepadamu." Liaoran memelototinya.

"... Ooo." Remon menyanggupi, "Kalau begitu apakah kita akan membeli rumah atau menyewa rumah?"

Liaoran memandangi rumah yang sudah ditinggalinya selama berpuluh-puluh tahun, dan akhirnya berkata, "Untuk kondisi saat ini hanya bisa menyewa rumah, sisa uang harus disimpan untuk berjaga-jaga."

"Baik, aku sekarang akan pergi mencari rumah."

Remon pergi.

Pataya meraih tangan Liaoran dan menggenggamnya, "Nenek, apakah kita akan terus tinggal di rumah orang lain selamanya?Jika temanku tahu aku tinggal di rumah sewa, mereka pasti akan menertawakanku! Nenek, aku tidak mau nenek, tidak mau ...… "

"Diam! Mau sampai kapan kamu mau memperhitungkan hal seperti ini?" Liaoran memaki dan menepis tangan Pataya.

Pataya menutup mulutnya, menangis sambil terus memperhatikan Liaoran, "Nenek, semua ini kesalahan Pani sialan itu, semua salah dia!"

“Keluarga Zhao kita harus benar-benar membalas dendam dengan Pani !” Vimaya berkata sambil mengertakkan gigi!

Liaoran mengerutkan kening dan berpikir sejenak, melirik Pataya singkat dan berkata, "Kita terlalu merendahkan posisi Pani di dalam hati Tuan Nulu."

"Posisi apa? walauun dia memiliki tempat di hati Tuan Nulu, apakah bisa mengalahkan tempat Kak Linsan di dalam hati Tuan Nulu? Jika Kak Linsan tidak menikah dengan orang lain, tidak mungkin Pani mendapatkan tempat! Aku pasti memiliki dendam dengan Pani di kehidupan yang lama!" kata Pataya dengan marah.

“Untuk masalah ini, aku rasa lebih baik kita mencari Bos besar Nulu dan Nyonya Nulu!" kata Vimaya, “Pataya demi Tuan Nulu, dengan berbaik hati memberitahu Nyonya Nulu wajah Pani yang sebenarnya. Hal ini membuat marah Tuan Nulu, sehingga hasilnya seperti ini. Bagaimanapun juga, Nyonya dan Bos Besar Nulu tidak bisa diam saja kan? "

Kedua mata Pataya terkunci, dia menganggukan kepala dan berkata, "Ya, cari Bibi Nulu dan minta bantuan darinya! Aku mengatakan yang sebenarnya demi Tuan Nulu. Sekarang ketika Tuan Nulu turun tangan menghukum keluarga kita, Bibi Nulu tidak bisa diam begitu saja!"

Liaoran menyipitkan matanya dan memandang Pataya, "Bukankah kamu mempunyai nomor Nyonya Nulu? Sekarang kamu hubungi dia, dengarkan bagaimana jawabannya?"

"Baik!"

Pataya dengan cepat mengeluarkan telepon dan menghubungi nomor Siera.

Telepon terhubung namun tidak dijawab oleh Siera.

Pataya menarik nafas dan menelponnya beberapa kali, namun setiap kali hasilnya berakhir dengan Siera yang tidak menjawab teleponnya.

Pataya meremas telepon dan memandang wajah serius Liaoran dan Vimaya dan berkata, "Mungkin, mungkin Bibi Nulu tidak melihat ..."

Liaoran menggelengkan kepalanya dan mencibir, "Tidak mungkin! Sepertinya Nyonya Nulu tidak mau membantu kita menghadapi putranya sendiri!"

“Tapi, tapi aku benar-benar memberitahunya demi membantu Tuan Nulu… Bagaimana dia bisa tidak peduli?” Pataya benar-benar terpukul, menyembunyikan wajahnya dan menangis.

"Ck."

Liaoran cemberut, "Sudahlah, apa gunanya menangis! Jangan menangis!"

Vimaya menatap Liaoran dengan sedih dan berkata dengan ragu-ragu, "... Bu, bagaimana jika kita pergi memohon kepada Pani ..."

"Tidak boleh! Sama sekali tidak boleh!"

Sebelum Vimaya selesai berbicara, Pataya bereaksi keras dengan tiba-tiba berdiri, seakan berbicara dengan hampir melompat.

Baik Liaoran maupun Vimaya mengernyitkan wajah dan memandang Pataya tanpa mengatakan apapun.

"Kalian tidak boleh pergi ke rumah si jalang Pani itu! Dialah yang menyebabkan kita seperti ini. sekarang kita sebagai korban harus meminta pertolongan kepada pelaku? Kenapa? Aku tidak akan berlutut di hadapan Pani ! Dia tidak layak!" teriak Pataya.

“Menurutmu apa yang harus kita lakukan jika tidak boleh meminta tolong kepada Pani ?” tanya Vimaya dengan tidak sabar.

“Intinya adalah tidak boleh pergi memohon kepada Pani ! Jika kamu sekarang pergi memohon kepadanya, Lihat aku akan menenggelamkan kalian! Lihat saja kalau berani!” selesai Pataya mengatakan ini, dia langsung berlari ke arah lantai dua!

Wajah Liaoran yang menua itu mengernyit, menatap tajam ke arah lantai dua," Tidak tahu seberapa seriusnya ini!"

"Aduh ~"

Vimaya memegangi dahinya dan bersandar di sofa karena sakit kepala dan menghela nafas.

Hanya saja saat ini Liaoran ketiganya belum tahu, ada masalah yang lebih merepotkan akan terjadi di belakang.

.......

Tepat setelah pukul sembilan malam, Sumi membawa suplemen nutrisi kepada Pani , keduanya mematikan lampu dan saling berpelukan di ranjang yang empuk.

Pada masa Pani hamil, dia jarang tidur sepagi ini karena sibuk bekerja dan magang.

Sambil menyandarkan separuh tubuhnya ke atas tubuhnya, Pani menyandarkan kepalanya di pundak Sumi, menutup matanya dan merasakan kadang kala Sumi mencium kepala dan keningnya, ketenangan yang sudah tidak pernah dirasakan pada hatinya.

“Paman Nulu, apakah kamu bisa tidur sepagi ini?” Pani bertanya dengan berbisik.

Sumi tidak menanggapi.

Pani membuka matanya dan menatapnya, "Apakah sudah tidur?"

Sumi masih tidak berbicara.

Pani meringkuk dengan bosan dan kembali memejamkan mata.

Mungkin karena terasa damai di hatinya atau mungkin karena ada pria ini di sampingnya, sehingga kali ini, Pani bisa dengan cepat masuk ke dalam mimpi..

Suara napas yang teratur pun mulai terdengar.

Sumi perlahan membuka kelopak matanya dan menatap Pani yang sedang tidur nyenyak di atas tubuhnya.

Pani saat ini jauh lebih kurus dibanding terakhir kali dia datang ke Kota Tong.

Wajahnya yang awalnya hanya sebesar telapak tangan, seakan sudah berkurang dua putaran.

Setiap kali dia pulang dan memeluknya, dia seakan sedang memeluk bola kapas yang sangat ringan..

Sumi perlahan menundukkan kepalanya, bibirnya yang sedikit gemetar tergantung di atas pelipisnya. Di malam hari ini, dia menatap ke arah mata Pani dan dipenuhi rasa tertekan dan rasa bersalah.

Suasana hatinya saat ini, seakan terdapat ribuan pedang yang mengarah di atas hatinya, jika tidak berhati-hati, pedang itu akan menusuk hatinya!

Sumi menatap Pani cukup lama dan merasakan dia sudah memasuki tidur yang lelap, dia pun dengan hati-hati mengangkatnya menjauh darinya, bangkit duduk di atas tempat tidur dan perlahan bergerak turun ke bawah, wajahnya perlahan bersandar ke arah perut Pani .

Dia mengulurkan tangannya dan dengan lembut mengelus perut Pani , bibir tipisnya mendekat , "Sayang, ibu adalah orang yang ayah paling cintai sepanjang hidup ini. Ayah akan berdiskusi denganmu, kamu harus patuh, kamu harus dengan sehat dan lancar keluar dari perut ibu, tunggu kamu sudah tumbuh besar, kita bersama-sama menjaga ibu ya? "

Beberapa detik kemudian, Sumi mencium lembut perut Pani dan berkata, "Kita sepakat ya."

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu