Hanya Kamu Hidupku - Bab 357 Kamu Bukan Hanya Kurang Cerdas, Bahkan Buta

Secepat ini….

Eric refkeks langsung bergerak ke belakang Ellen.

Ellen hanya mendengar suara ‘sraakk’ lalu sebuah benda yang dingin sudah melintang di lehernya.

Disaat bersamaan, ia melihat bayangan pria bertubuh tinggi dan tegap muncul didepan pintu kamar.

“Ellen….”

Suara tegang pria terdengar didepannya.

Nafas langsung menjalar di tenggorokan Ellen, mengangkat kepala dan menoleh dengan cepat.

Ketika melihat yang muncul adalah William dan rombongan Frans, airmata Ellen hampir mengalir turun, “Suamiku, aaa…………”

“Bosan hidup!”

ketika melihat kulit leher Ellen yang putih dan bersih tergores, mata William langsung memerah, melihat kearah Eric dengan tatapan penuh hawa membunuh, berpikir untuk segera maju.

“Will, kusarankan jangan gegabah, pisau ditanganku ini tidak punya mata!” Eric menggertakkan giginya, menatap William dengan jahat.

William hanya bisa memaku, urat di pelipisnya sampai timbul, menatap Ellen dengan wajah tertahan, lalu beralih kearah Eric, “Sekarang lepaskan dia, aku masih akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup!”

Eric mangangkat tinggi wajahnya dan tertawa jahat, “William, aku rasa kamu masih tidak tahu situasi ya, wanitamu sekarang berada ditanganku, asalkan pisau ini menggores lehernya yang halus ini sedikit lebih dalam lagi, maka nyawanya akan segera berakhir ditanganku!”

Kedua tangan William mengepal sampai mengertak, menatap Eric sambil menggertakkan giginya, “Kamu lepaskan dia, aku akan menganggap tidak ada masalah ini!”

“Jangan.” Satu tangan Eric mengangkat dagu Ellen, memperlihatkan lehernya yang mulus dan jenjang ke hadapan William, satu tangan lainnya mendekatkan pisau ke depan leher Ellen, lalu bergerak dengan perlahan.

Darah William seolah membeku, darah yang memuncak sampai matanya menjadi merah hampir saja tumpah, tubuhnya yang tinggi besar mempertahankan posisi semula, menatap Eric dengan penuh waspada.

Eric merasa sangat puas melihat wajah rombongan William yang tegang dan kebingungan, tersenyum bak iblis, “Presdir William yang suka mengamuk sudah menjadi rahasia umum di Kota Tong. Dan sekarang aku malah menawan wanita yang paling dicintai oleh Presdir William, mungkin Presdir William ingin membunuh dan mencabik-cabikku sekarang, bagaimana mungkin menganggap hal ini tidak pernah terjadi. Apakah Presdir William sedang membohongi anak kecil?”

“Eric, kamu sudah gila ya?”

Samir memelototi Eric dengan mata yang memerah, “Ellen mengganggumu sampai kamu harus memperlakukannya seperti itu? Sudah bosan hidup ya?”

Eric menyipitkan mata kearah Samir, setelah terdiam sesaat, ia tersenyum penuh cibiran dan berkata, “Kalau aku berani menyentuhnya, maka itu artinya aku memang sudah tidak berniat untuk hidup lagi.”

Samir bernafas dengan cepat, rasanya emosinya hampir akan menyembur dari ubun-ubunnya, “Kamu mati, sana jauh-jauh! Jangan mengajak Ellen!”

“Eric, sebenarnya apa yang membuatmu melakukan ini? Pasti ada alasannya bukan?”

Tangan Sumi diam-diam mengepal, namun wajahnya terlihat begitu tenang.

Eric tersenyum, menundukkan wajahnya melihat Ellen, lalu mengangkat kepalanya melihat kearah William yang wajahnya begitu tegang sejak tadi, berkata dengan rahang mengetat, “Dimana kuranganya Rosa?”

Rosa?

William mengangkat alisnya, melihat kearah Eric.

Rombongan Frans lebih bingung lagi melihat kearah Eric.

“Maksud, maksudnya Rosa.” Ellen mengangkat dagunya tinggi, berkata pada William dengan tubuh gemetar.

Begitu William mendengar nama ini, tatapannya menjadi semakin dingin, lali tersenyum penuh selidik, “Rosa yang menyuruhmu melakukan ini?”

“Dia tidak pernah memintaku melakukan apapun, semua ini kulakukan dengan suka rela deminya!” apa Eric katakan pada William, sama dengan apa yang ia katakan pada Ellen.

“Brengsek!” Samir tidak dapat menahan diri untuk mengumpat!

Frans hanya tersenyum dengan sinis, “Kemampuan Rosa mengendalikan pria sungguh luar biasa!”

Eric mendengar apa yang Frans katakan, mengetatkan bibir dan melihatnya dengan wajah tidak senang.

“Untuk apa melihatku?” Frans tersenyum dingin, “Melihatmu bekerja di sisi Thomas, aku mengira kamu cukup cerdas, namun kelihatannya aku salah menilaimu, kamu Eric hanya seorang idiot!”

“Frans…….”

“Namaku bukan untuk dipanggil sembarangan olehmu!” Frans membentak dengan suara tertahan.

Wajah Eric langsung menjadi pucat, menatap Frans dengan tatapan begitu tajam.

William yang melihat tangan Eric yang bergetar bisa menebak kalau dia pasti sangat marah.

Karena takut dia melukai Ellen, berkata, “Kamu suka Rosa, kejar saja dia, pikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan hatinya, agar kalian berdua bisa bersama selamanya!”

Eric mengkerutkan alis, lalu menundukkan kepala melihat kearah Ellen.

Mungkin karena merasa ucapan William dan Ellen yang bisa begitu mirip.

“aku ingin bersama dengannya. Namun aku tahu, orang yang ingin ia nikahi adalah kamu! Hanya dengan menikah denganmu, tugasnya akan bisa terwujud, dia juga akan merasa senang. Sehingga demi dia, aku rela melakukan apapun untuknya!” Eric berkata dengan yakin.

“Berdasarkan apa yang kamu katakan, Rosa sama sekali tidak tahu apa yang kamu lakukan bukan?” Sumi berkata.

“Benar, dia tidak tahu! Termasuk empat tahun lalu aku menculik Ellen, dia juga tidak tahu sama sekali!” Eric sengaja membicarakan penculikan empat tahun yang lalu.

“Kamu bilang penculikan empat tahun yang lalu kamu pelakunya?” Samir maju dua langkah, membelalakkan mata dan berkata pada Eric.

Eric melihat wajah Samir yang begitu terkejut dan marah, malah tidak menyadari dia melangkah maju dua langkah, lalu berkata, “Benar sekali, akulah pelakunya!”

“Eric, hebat kamu ya! Kamu sungguh orang gila yan menjijikkan!” Samir memaki Eric sambil menunjuknya.

Setelah Eric menggertakkan rahangnya, ia melihat kearah William, “Dimana kuranganya Rosa? Dia adalah wanita paling terkenal, merupakan wanita tercantik yang diakui oleh Kota Tong, sangat serasi untuk bersanding denganmu! Demi menikah denganmu, dia merasakan berbagai penderitaan dan siksaan! Dan kamu William? Kamu malah merendahkannya, mencampakkannya bagai sampah!”

“Kamu bukan hanya tidak cerdas, bahkan buta, apakah kamu menyadarinya?”

Frans menatap wajah Eric yang merasa cintanya paling mulia dan setia.

“Frans, orang sepertimu sama sekali tidak mengerti cinta! Kamu tidak pantas mengkritikku!” Eric menatap Frans dengan wajah yang merendahkan, berkata dengan dingin.

Frans hampir tertawa, tangan dimasukkan kedalam kantung dan memandang Eric dengan tatapan yang begitu santai, “Kalau cinta bisa membuat orang menjadi idiot dan buta, maka aku tidak butuh memahaminya! Eric, coba lihat wajahmu yang seolah cintamu paling murni dan abadi? Aku hampir mati tertawa karena melihatnya! Wanita seperti Rosa digamparkan dengan kata sempurna saja aku sudah sangat tidak setuju. Kamu malah menambahkan kata sempurna ini dengan penuh penegasan, aku sungguh jijik sampai ingin muntah!”

“Aaa………..”

Eric dibuat emosi oleh ucapan Frans, begitu pisau ditangannya bergetar, langsung menggores leher Ellen.

Ellen meringis sampai alis mengkerut erat.

“Ellen!” William terperanjat.

Bibir Frans langsung mengkerut, menutup mulutnya dengan rapat!

Samir melempar tatapan penuh maksud kearah Frans dengan wajah speechless : yakin manusia satu ini bukan mata-mata yang diutus oleh Rosa?! ( Frans : Jangan sembarangan kamu! )

Sumi juga melirik Frans.

Dia berpikir, kalau Frans berdiri di tengah jalan mengajak orang untuk lomba memaki orang, dia pasti tidak akan terkalahkan!

Ellen sungguh ingin menangis!

Adik keempat oh adik keempat, kamu harus bertahan!

“Rosa adalah wanita paling baik didunia! Siapa yang berani menjelekkannya, aku akan membunuh Ellen sekarang ju……………”

“Eric.”

Eric belum menyelesaikan perkataannya, terdengar suara pria yang begitu lembut dan jernih dari ambang pintu.

Ekspresi wajah Eric langsung berubah drastic, nafasnya sampai terhenti ketika melihat kearah pintu.

Rombongan William melihat perubahan situasi ini, langsung menyipitkan mata dan menoleh kearah pintu.

Seorang pria yang mengenakan sweater hitam V neck dipadukan dengan celana panjang casual dengan nada senada berdiri didepan pintu entah sejak kapan.

Rambut hitamnya pendek disisir rapi kebelakang, tinggi tubuh sekitar 188 cm, wajahnya yang sempurna bak lukisan, setiap bagian wajah yang begitu tegas namun memiliki ekspresi yang hangat, kelihatan sangat muda, namun kenyataannya usianya jauh lebih tua dari Sumi.

“Paman Thomas…..”

Ellen mleihat pria ini, langsung memanggil dengan suara lirih.

Thomas tersenyum hangat pada Ellen, perlahan melangkah maju, membuat dirinya terlihat begitu tampan dan sempurna, sama sekali tidak bercelah.

Namun kalau diperhatikan dengan jelas, kakinya sedikit pincang.

“Sudah beberapa tahun tidak bertemu, tidak menyangka kamu masih ingat padaku.” Thomas berkata dengan lembut.

Ellen menatap Thomas, matanya berkaca-kaca, suaranya terasa tercekat, “Apa yang Paman Thomas katakan? Sepertinya paman yang sudah melupakanku!”

Thomas menghela ringan, perlahan mengkat wajahnya kearah Eric, tidak ada perubahan di ekspresinya, tetap begitu kharismatik, “Tidak lihat Ellen sudah hampir menangis, cepat lepaskan dia.”

Kelopak mata Eric agak memerah, menatap Thomas, “Kak.”

“Hm.” Thomas hanya tersenyum.

Eric mengerjapkan mata dengan sekuat tenaga, seolah berusaha menelan kembali air mata yang ada dimatanya.

Thomas hanya tersenyum tipis menatap Eric, “Yang ada disini, selain Ellen, semuanya adalah orang yang dikenal, bahkan pernah minum bersama. Mereka juga William sangat mengagumimu, sudah lupa?”

Eric mengkerutkan alis, ekspresinya terlihat sangat tersiksa, “Kak, maaf! Aku harus mengecewakan semua didikkanmu selama ini.”

“Jangan membicarakan ini.” Thomas berkata.

“Tapi, aku tidak bisa melepaskannya.” Eric berkata.

Thomas tetap tenang seperti biasa, menatap Eric sesaat, “Eric, kamu harus tahu hubungan William dan yang lainnya denganku. Aku juga melihat Ellen tumbuh dewasa, dulu aku menganggapnya sebagai keponakanku, sekarang, dia adalah adik kandungku. Kamu memperlakukannya seperti ini sekarang, apa yang harus kulakukan?”

“Kak, demi dia, aku hanya bisa melakukan ini saja!” namun tatapan Eric malah menjadi begitu kejam, menatap lurus kearah wajah Thomas yang tetap begitu hangat, “Didunia ini, bagiku dirinya adalah yang terpenting! Merupakan orang yang pantas kulindungi bahkan dengan nyawa sekali pun!”

“Hm, kalau kamu berkata demikian, maka aku juga tidak akan menutupinya darimu lagi.” Thomas berkata, “Sebelum aku datang, aku sudah menyuruh Nona Rosa untuk bertamu ke rumahku.”

Eric merasa panic, “Kak………”

Thomas mengulurkan satu tangan, membuat isyarat yang menyuruhnya menghentikan ucapannya, “Tempatku itu jarang didatangi orang, karena takut orang yang masuk tidak akan bisa keluar lagi. Dan ini semua biasanya berkeliaran diluar. Beberapa hewan liar yang kukurung disana…… oh iya, membicarakan binatang buas disana, pagi ini ketika aku memeberi makan mereka, sepertinya lupa menutup pintu. Aku keluar begitu lama, entah mereka akan berkeliaran atau tidak.”

Thomas berkata demikian sambil mengangkat kepala melihat kearah Eric, “Kalau sampai mereka membuat Nona Rosa kaget maka akan gawat.”

Ekspresi Eric langsung berubah pucat.

Samir yang melihat Eric kehilangan konsentrasinya, segera melirik William.

Samir memicingkan mata lalu melompat kedepan dengan cepat, lalu membekuk tangan Eric dengan cepat dan merampas pisaunya.

Eric berdesis, namun sama sekali tidak melawan.

Tangannya yang dibekuk oleh Samir di dinding, lehernya dicengkram.

Dan Ellen yang terduduk diatas kursi dan belum sadar apa yang terjadi, sudah berpindah ke pelukan seseorang yang hangat.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu