Hanya Kamu Hidupku - Bab 134 Mengetahui Masalah Dia Dan Paman Ketiga

Sebelum Ellen sempat naik ke lantai atas, suara Rosa yang sengaja dikeraskan sudah berdering dari arah pintu.

Ellen, "........." Ellen memejamkan matanya dan menarik nafas panjang sebelum berputar balik badannya dan menoleh ke Rosa.

Setelah meminta Darmi mengambilkan sandal jepit yang bersih dan memakainya, Rosa langsung menghampiri Ellen, dia meletakkan tas yang dia pegang di atas sofa pada saat berjalan melewatinya, sementara satu tangannya lagi memegang sedikit buah.

"Ellen, aku ada membeli sedikit buah segar di perjalanan ke sini, ayo kita makan bersama" Rosa berkata sambil menarik tangan Ellen dan berjalan ke arah sofa.

"Bibi Rosa, aku masih harus naik ke lantai atas kerjakan PR" Ellen berkata.

"Pr tidak harus sekarang kok kerjanya" Rosa menatap ke Ellen sambil menjilat bibirnya sebelum bertambah, "Bibi Rosa sengaja datang untuk mengobrol bersamamu, aku baru saja datang, bagaimanapun kamu harus temani aku duduk sebentar kan?"

Sengaja datang mengobrol bersamaku? yakin?

Ellen melihat ke Darmi dengan alis mengerut.

Sementara Darmi juga menggelengkan kepalanya, memberi kode dia juga tidak tahu.

"Sini, duduk"

Rosa menarik Ellen duduk di atas sofa dan meletakkan buah yang dia pegang di atas meja, kemudian membuka kantongya dan mengeluarkan buah rambutan dan leci yang dia beli.

Setelah melihat ternyata yang Rosa beli adalah leci dan rambutan, ekspresi Darmi langsung berubah di tempat.

Pada saat Rosa mengupas kulit leci dan mau menyuapi Ellen dengan ramah, Darmi langsung menghampiri mereka dan mengambil leci yang dipegang Rosa.

Ellen merasa terkejut dan langsung menoleh ke Darmi.

Rosa bersikap lebih tenang dari Ellen, tatapannya mendalam dan dia melihat ke Darmi dengan tatapan yang berisi tidak senang, "bibi Darmi, kamu sedang melakukan apa?"

Pegangan leci mengerat, menghadapi pertanyaan Rosa, dia merasa agak panik.

Tetapi Darmi tetap tidak berkata apa pun, dia membuang leci yang dia pegang ke dalam kantong buah dengan cepat dan membawa kantong tersebut sambil berjalan ke arah dapur.

Elle, ".........." bibi Darmi ini kenapa? Terlalu aneh!

"Tant Darmi!"

Rosa akhirnya emosian, dia berdiri dari sofa dan menatap ke bayangan belakang Darmi yang bergegas ke dapur dengan tatapan tidak senang.

Darmi mengabaikan Rosa dan langsung masuk ke dalam dapur kemudian membuang kantong buah tersebut ke dalam tong sampah.

Mendengar suara dari dapur, ekspresi Rosa menjadi kaku dan dia pun memasuki dapur dengan marah.

Jantung Ellen mengerat, dia sibuk berdiri dan mengikuti di belakanag Rosa.

"bibi Darmi, apa maksud kamu ini?"

Sebelum tiba di dalam dapur, Ellen sudah mendengar suara marahan Rosa.

Ellen menarik nafas dan berjalan agak cepat.

Setelah maskuk ke dalam dapur, keraguan muncul di tatapan Ellen ketika dia melihat leci adn rambutan yang telah dibuang ke dalam tong sampah.

Dengan kedua tangan di perutnya, Ellen mengangkat kepalanya dan menatap ke Darmi yang memiliki ekspresi panik.

"bibi Darmi, sini adalah rumah keluarga Dilsen, bukan rumah di kampung kamu! Di sini, kamu adalah seorang pembantu, tolong ingat identitasmu sendiri! Jangan karena Ellen yang masih kecil bersikap baik dan toleransi kepada kamu, kamu melupakan identitas kamu sendiri dan sembarang bertindak di rumah ini!"

Rosa memerahi Darmi dengan wajah yang tidak senang.

Seolah-olah dia baru merupakan pemilik rumah ini!

Ellen mengerutkan alisnya.

"Maaf nona Manda, saya, saya tadi awalnya ingin membawa buah ke dalam dampur dan mencucinya, agar tangan anda tidak kotor waktu mengupas kulit buah" Darmi menjelaskan dengan nada suara bergetar.

"Cuci? Cuci sampai ke dalam tong sampah!" Rosa berkata dengan suara dingin dan melirik ke Darmi dengan tatapan emosi.

"Saya yang ceroboh tadi, maaf, maaf nona Manda" Darmi menundukkan kepalanya dan meminta maaf.

"Maaf? Kamu mengira satu kata maaf bisa selesaikan masalah ini begitu saja? Sekarang kamu membuang buah yang aku beli ke dalam tong sampah, aku dan Ellen makan apa? Apakah kamu bermaksud mengambil buah yang di tong sampah itu lagi dan berikan kepada kami? Kamu mengira kita itu sama dengan kamu........"

"Bibi Rosa"

Alis Ellen semakin mengerut, mendengar sampai sini, dia sudah tidak bisa menahan lagi.

Ellen berjalan ke depan Darmi dan menghalang di depan tubuh Darmi dengan tubuhnya yang kecil, wajahnya yang kekanakan itu terlihat serius pada saat ini, dia menatap ke Rosa dengan tatapan yang jernih, "Bibi Rosa, bibi Darmi sudah menjelaskan, dia bukan sengaja membuang buah yang anda beli, bolehkah masalah ini sampai di sini saja?"

Meskipun kata-kata Ellen terdengar seperti sedang berdiskusi, nada suar Ellen berisi keras kepala bahkan sediki tidak senang.

Pembantu apa? Pembantu juga merupakan manusia!

Di hati Ellen, Darmi memiliki posisi yang setara dengan semua orang, tidak ada yang lebih tinggi maupun rendah!

Ellen benar-benar tidak mengerti mengapa Rosa bisa bersikap begitu tinggi hati.

Kalaupun.

Bagaimana Darmi itu memang pembantu?

Apakah Darmi adalah pembantu keluarga Rosa?

Berkata yang agak tidak sopan.

Ellen saja tidak mengomel apa, Rosa sebagai orang luar memiliki hak apa untuk marah-marah di sini?!

Darmi memberikan penjelasannya kepadanya itu karena Darmi adalah orang dermawan yang memiliki sopan santun, bukan karena takut kepadanya!

Melihat ekspresi Ellen, Rosa melamun sejenak.

Dia menatap ke Ellen dengan mata membesar dan bibir bergetar, tetapi tidak ada satu kata pun yang dia katakan.

"Nona Manda, anda kalau merasa sayang dengan buah itu, nanti agak sore saya akan meminta orang untuk membeli buah dan mengantarnya ke rumah anda" Ellen berkata.

Rosa, "........" Dia mengigit giginya secara diam-diam.

Setelah tunggu beberapa saat, Rosa tetap tidak bersuara.

Melihat situasi ini, Ellen pun tentu saja tidak berkata apa-apa lagi.

Karena masalah hari ini memang merupakan kesalahan Darmi.

Ellen menjilat bibirnya dan memperlembut suaranya, "Bibi Rosa, di dalam kulkas ada buah segar yang baru saja dibeli hari ini, saya meminta bibi Darmi untuk menyucinya untuk anda, mau?"

Cahaya gelap memancar dari tatapan Rosa, dia melihat ke arah lantai dan menghela nafas secara diam-diam, kemudian sebuah senyuman terbentuk kembali di wajahnya, dia mengangkat kepalanya kembali dan menatap ke Ellen, "Tadi aku terlalu cemas, kamu tidak terkejut kan?"

"Tidak" Ellen menjawab, "Tingkah laku bibi Darmi memang agak mengejutkan, anda marah juga tidak salah"

Rosa senyum dan menarik tangan Ellen, "Sekantong buah saja kok. Walaupun bibi Darmi itu sengaja, sebenarnya juga tidak apa-apa. Reaksi aku yang berlebihan, ayo kita keluar saja"

Ellen mengangguk dan melihat ke Darmi sebelum ikut Rosa keluar.

Setelah melihat Ellen dan Rosa berjalan keluar, Darmi memejamkan matanya dan menghela sebuah nafas panjang.

.....

Rosa tidak berada di pavilion sangat lama, dalam waktu 30 menit dia sudah pulang.

Ellen mengantar Rosa sampai pintu gerbang dan melihat Rosa pergi dengan mobilnya sebelum kembali ke dalam rumah.

Setelah berdiri beberapa saat di ruang tamu, Ellen menjilat bibirnya dan berjalan ke arah dapur.

Ellen melihat Darmi sedang melamun sambil menatap ke buah yang berada di dalam tong sampah.

Mendengar suara langkah kaki, Darmi pun menoleh ke arah pintu dapur.

Ellen melihat ke buah yang berada di dalam tong sampah sebelum menatap ke Darmi dengan tatpan tidak mengerti, "bibi Darmi, hari ini anda kenapa?"

Darmi menatap ke Ellen dengan ekspresi bersalah, "Nona kecil, hari ini saya telah membuat anda kesusahan"

Ellen menggelengkan kepalanya, "Saya tahu anda tidak akan begitu tanpa alasan"

Darmi merasa terharu dengan kepercayaan Ellen terhadapnya, hal ini pun membuat dia tidak menyesal dengan kelakuan dirinya tadi.

Setelah menarik nafas, Darmi menarik Ellen dan menunjuk ke buah di dalam tong sampah, "Nona, anda baru saja hamil, sekarang masih di masa 3 bulan pertama, janin masih belum kuat, ada beberapa makanan itu dilarang makan, kalau salah makan, akibat yang akan terjadi adalah penguguran"

Kulit mata Ellen bergetar, ekspresinya menjadi panik, "Yang anda ingin katakan adalah, buah yang dibawa Bibi Rosa tadi bisa membuat aku menderita resiko penguguran kalau makan?"

Ellen tidak bodoh, setelah mendengar kata-kata Darmi, dia langsung bereaksi.

Darmi mengangguk, "rambutan dan leci yang dibawa nona Manda adalah makanan yang dilarang makan waktu baru saja hamil, dua jenis buah ini bisa menyebabkan pendarahan dan sakit perut, tidak hanya rambutan dan leci, hawthorns, almond dan kenari juga tidak boleh makan"

"........." Ellen menarik nafas dingin, dia memegang tangan Darmi dengan erat, "Pantasan tadi anda........."

Merasakan tangan Ellen sedang bergetar, Darmi tahu Ellen itu terkejut, dia sibuk mengelus lengan Ellen dan berkata dengan suara lembut, "Buah-buah itu bisa menyebabkan panas dalam, kalau makan terlalu banyak bisa menyebabkan rahim mengerut, pendarahan dan gejala penguguran yang lain. Saya juga merasa agak aneh, sekarang bukan masa pemetikan rambutan dan leci, mengapa nona Manda bisa membawa 2 jenis buah ini..........."

Mendengar kata-kata Darmi, tatapan Ellen langsung mengerat, dia menatap ke Darmi dengan gugup.

Melihat ekspresi Ellen, Darmi langsung mengerti apa yang sedang dirisau oleh Ellen, "Tidak kok nona kecil, nona Manda jarang datang ke sini, dari mana dia bisa tahu masalah kamu dan tuan. Saya berpikir mungkin semua ini hanya kebetulan. Nona Manda seharusnya tidak tahu masalah kamu hamil. Lagian, anda sendiri saja baru mengetahui anda hamil dalam waktu beberapa hari ini. Informasi nona Manda tidak secepat ini"

Meskipun tidak pasti apakah Rosa mengetahui masalah Ellen hamil, Darmi tetap menghibur Ellen dengan nada suara yang pasti agar Ellen tidak merisau.

Sementara Ellen hanya menatap ke Darmi dengan alis mengerut tanpa berkata apa pun.

...............

Setelah keluar dari Coral Pavilion, Rosa memparkir mobilnya di tepi jalan, ekspresinya terlihat sangat tidak bagus.

Dia memegang alat stir dengan erat, sampai kuku yang dia baru saja buat menjadi hancur.

Setelah mendengar Venus berkata Ellen dan William pergi ke rumah sakit, Rosa sudah mulai meragu, tetapi dia tidak bisa mencari tahu lewat rumah sakit karena pemilik rumah sakit Yihe adalah Grup Perusahaan Hunt.

Kalau Rosa mencari tahu lewat rumah sakit, William pasti akan menyadarinya dengan cepat.

Venus bertemu dengan Ellen dan William di rumah sakit masih belum cukup menjelaskan apakah Ellen itu hamil.

Tetapi tidak tahu mengapa, Rosa merasa risau.

Setelah berpisah dengan Venus dan Vania, Rosa tetap tidak bisa tenang, akhirnya dia mencari temannya yang menjadi dokter dan bertanya tentang pengetahuan hamil kepadanya, dari situ Rosa mengetahui orang yang baru saja hamil tidak boleh mengkonsumsi buah rambutan dan leci.

Akhirnya Rosa membawa kedua buah itu ke Coral Pavilion pada sore hari.

Tujuan Rosa adalah mengetes apakah Ellen benar-benar sudah hamil.

Sekarang hasilnya sudah keluar!

Bisa dibilang, 99% Ellen sudah pasti hamil.

Kalau tidak, reaksi Darmi tidak akan sebesar itu ketika melihat Rosa menyuap Ellen leci, bahkan Darmi sampai langsung membuang buah yang dia beli ke dalam tong sampah.

Darmi itu seberapa risau Ellen makan buah itu?

Dari hal ini saja Rosa sudah bisa pasti bahwa Ellen telah hamil!

Dan ayah dari anak di dalam perut Ellen itu pasti William.

"Ah!" Rasa iri dan dengki Rosa sudah sampai ke titik puncak, dia berteriak sambil memukul alat stirnya dengan wajah yang dipenuhi kebencian.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu