Hanya Kamu Hidupku - Bab 409 Tapi Aku Sudah Suka padamu, Sudah Cinta padamu

Venus yang berdiri di depan jendela, tangan yang disebelah badannya, bergetar hebat.

Setelahnya Venus berputar pergi ke ruang bajunya.

Saat keluar, dia sudah berganti pakaian, memakai setelan jas putih tak berlengan yang elegan dan berkarisma, rambutnya yang sebahu terurai di tulang selangkanya, saat melangkah pelan keluar dari ruang bajunya, tampak sedikit aura peseni yang malas dan elegan.

Sedangkan dia baru keluar dari ruang bajunya, terdengar ketukan dari luar pintu kamar.

Venus berdiri tenang, mata yang dingin tapi tidak marah menatap pintu ruangan kamarnya.

"Venus, apa kamu sudah bangun?"

Sampai terdengar suara Vima dari luar, Venus baru menarik pelan sudut bibirnya, berkata, "Ma, aku barusan mendengar suara mobil, siapa yang datang sepagi ini?"

Di luar pintu.

Vima terdiam beberapa detik, tenggorokannya yang bersuara lagi jelas sekali lebih tercekat, "Venus, kalau kamu sudah bangun cepat beres-beres dulu dan keluar sebentar, kami menunggumu diluar."

Venus menundukkan pandangannya, berjalan ke meja dandannya dan mengambil jam tangan dari sana, berhenti hampir 2 menit, dengan cepat memakai jam tangan sambil berjalan cepat ke arah pintu.

Pada saat pintu terbuka, jam tangan Venus masih belum terpakai, dengan bingung melihat Vima yang menunggunya di luar, "Ma, siapa yang datang?"

Mata Vima yang melihat Venus tidak tenang.

Mata Venus menyipit, pandangannya melewati Vima, melihat kebawah.

Saat melihat Bintang yang dengan marah berdiri di ruang tamu dan juga melihatnya dengan tajam, meskipun Venus yang sudah membuat persiapan mental, masih tetap tidak bisa melompati angin dingin yang melewati ujung hatinya dengan kuat, membuat punggungnya membeku sampai bergetar hebat.

.......

"Bintang, sebenarnya ada apa? Kamu bilang mau bawa Venus ke sebuah tempat, kemana?"

Vima menarik Pluto buru-buru mengejar, Bintang dengan wajah yang suram mengatakan mau membawa Venus pergi ke sebuah tempat langsung menarik lengannya keluar dari vila.

Venus juga dengan terkejut melihat Bintang, di dalam matanya terdapat kebingungan dan ketidak tenangan yang sama dengan Vima.

Bintang tidak melihat Venus, juga tidak melihat Vima.

Menarik Venus berjalan ke sebelah mobil, membuka pintu mobil, dengan cara yang kasar yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, langsung memaksa Venus masuk ke kursi penumpang.

Tidak menunggu Vima dan Pluto datang, Bintang dengan wajah suram membanting pintu dengan kuat.

Venus yang duduk di kursi penumpang gemetar hebat, mengepalkan telapak tangannya, melihat keluar jendela mobil, Bintang yang memutari mobilnya dan dihalang oleh Vima dan Pluto, tenggorokannya berdenyut.

"Bintang, kamu bicara dong! Kamu seperti ini, aku dan pamanmu kebingungan." Vima menarik tangan Bintang sambil melihat Venus yang didalam mobil, suaranya panik.

"Bintang, kamu datang pagi-pagi, wajahmu tidak bersahabat. Kamu beritahu paman, apa yang terjadi sebenarnya?" Pluto kepanikan sampai seluruh tubuhnya sedang bergerak.

Tatapan Bintang dingin dan gelap, berbeda sekali dengan Bintang yang hangat di dalam hati Vima dan Pluto, bagaikan dua orang yang berbeda.

Vima dan Pluto sedang menghadapi Bintang yang sekarang dipenuhi dengan aura gelap, hatinya bahkan sedikit terdiam.

"Bintang......."

"Bibi, paman, bukan aku tidak mau memberitahu kalian, sebenarnya apa yang terjadi, sedangkan aku sekarang juga tidak tau. Sekarang aku mau membawa kakak sepupu pergi, karena ingin tau apa yang terjadi. Jadi, kalau kalian mau tau, tunggu aku mencaritau semuanya, aku baru datang memberitahumu." Wajah Bintang dingin dan kaku, nada bicaranya tidak mengizinkan orang lain berbicara.

Vima dan Pluto melihat Bintang, kedua mata orang ini tidak hanya kebingungan, tapi juga ada kepanikan yang tak beralasan.

Bintang tidak mengatakan apa-apa lagi kepada Vima dan Pluto, hanya mengangguk pelan kepada mereka, lalu melewati mereka, berjalan ke kursi supir, membuka pintu mobil dan masuk.

Dibawah penglihatan Vima dan Pluto yang khawatir, wajahnya masih suram, dengan cepat melajukan mobilnya meninggalkan vila keluarga Rinoa.

.......

Setelah mobil dihidupkan, mobil ini terus berlaju dengan cepat.

Setidaknya ada 20 menit, Venus duduk meringkuk dan bersandar pada jendela mobil, dengan kebingungan dan ketakutan melihat Bintang yang wajahnya masih serius.

Seluruh orangnya tampak sangat tidak bersalah, ketakutkan yang membingungkan itu terpampang jelas di wajahnya.

Ckitttt------

Tiba-tiba.

Mobil berhenti di tepi jalan.

Jantung Venus yang tiba-tiba tersentak lalu dengan cepat masuk ke dalam perutnya lagi.

Tempat Bintang memberhentikan mobilnya adalah pinggir jalan yang ramai dilintasi mobil, banyak orang yang berlalu lalang di luar jendela, ramai sekali.

Venus menelan ludahnya, kedua matanya bergetar, dengan hati-hatu berbalik pada pejalan kaki diluar jendela dan Bintang.

Suasana seperti ini.

Venus membuka mulutnya, suaranya tanpa sadar tertekan, "Bintang, tempat yang kamu mau bawa aku datang, apakah disini tempatnya? Kalau, kalau begitu apakah kita mau turun?"

Bintang mengerutkan keningnya, belum 23 tahun, tapi gurat wajahnya tidak terlihat energik, malah lebih dewasa dan dingin daripada pria berumur 30an tahun.

Dingin itu seperti sudah masuk ke dalam tulangnya.

Wajah yang berumur 20an tahun, dengan aura pria berumur 30an tahun yang sukses dan pemikiran matang, bahkan membuat wanita lebih terpesona.

Pupil Venus yang bergetar diam-diam melihat wajahnya, di detik itu, semua emosi yang disembunyikan, bahkan sudah berusaha sekuat tenaga, juga terpapar keluar dengan pelan.

Tatapan Venus, pelan-pelan menjadi bucin, dipenuhi cinta dan........intens.

Disaat ini.

Bintang tiba-tiba berputar, dengan dingin dan tajam melihat Venus.

Nafas Venus tercekat, kelopak matanya yang berdenyut, dan juga ekspresi wajahnya tidak jelas karena kejang yang tak bisa dikontrol.

"Jangan melihatku seperti itu!" Suara Bintang tercekat dan juga marah besar.

Venus memejamkan matanya, kedua tangannya mengepal erat.

Tapi, hanya lewat beberapa detik, Venus melepaskan tangannya dengan pelan, kedua mata yang terpejam juga terbuka dengan pelan, bibirnya terkatup rapat, mata yang bergetar terangkat dan melihat Bintang, matanya sedikit merah dan basah, dan juga menderita.

Bintang yang melihatnya dengan kesal seperti akan menelannya, "Kakak sepupuku, kamu tau tidak seberapa percayanya aku padamu?"

Dagu Venus yang bergetar pelan terangkat sedikit, di detik itu seperti dengan kuat menahan sesuatu.

Sedangkan matanya sudah dipenuhi dengan air mata yang sedih.

"Aku tidak pernah membohongimu, bahkan bisa dibilang, kamu ada orang yang paling mengenalku di dunia ini. Hal yang orang lain tidak tau, kamu tau, hal yang orang tuaku tidak tau, kamu juga tau, hal yang Renji tidak tau, kamu juga tau! Aku percaya sekali padamu!"

Mata Bintang yang menatap Venus pelan-pelan menjadi merah.

Tenggorokan Venus bergetar, dia mengepalkan tangannya dengan erat, dengan kuat membesarkan matanya, mencegah air mata yang akan keluar, dengan buru-buru menarik nafas sambil melihat Bintang, "Bintang, kamu kenapa hari ini? Apaah kamu bisa memberitahuku? Kalau tidak, aku tidak tau harus bagaimana menjawabmu?"

"Pura-pura!"

Bintang tertawa, tapi bukan tertawa yang sungguhan, di dalam tawa itu tersembunyi kekesalan, kemarahan dan juga kekecewaannya.

"Bintang........"

"Baik!"

Bintang menarik tatapannya dengan cepat, melepaskan setir, mengeluarkan sebatang rokok, dengan kuat menghisapnya.

Membiarkan siapapun membukanya..

Bintang berusaha kuat sekali menahan emosinya yang hampir di titik kritis.

Jantung Venus terenyuh, "Bintang, kamu, kamu jangan seperti ini, aku tidak tega........"

"Diam!"

Bintang menggeram pelan, bagaikan singa yang marah dengan tajam melihat Venus.

Akhirnya air mata Venus tidak bisa tertahan lagi, langsung terjatuh.

Dia tidak menjulurkan tangan mengusapnya, dengan sedih dan sambil menangis melihat Bintang, tenggorokan tersendat, "Aku harus bagaimana, agar kamu tidak semenderita ini?"

"Apakah kamu ingin tau bagaimana?"

Bintang mengangguk, wajahnya berputar ke sisi lain, memasukkan rokok ke bibirnya, sesekali mengambilnya, lalu memutarkan kepalanya, pupil yang sehitam tinta melihat Venus, bibir tipisnya berkata, "Beritahu padaku, masalah Vania, kamu yang melakukannya bukan?"

"Bukan aku." Venus menatap Bintang lurus, tanpa berpikir langsung mengatakannya.

Kehitaman di mata Bintang, bertambah pekat, melihat Venus yang seperti jantungnya tak berdetak, tidak bisa menahan tawa dinginnya berkata, "Bukan kamu?"

Venus melihat Bintang, tetap dengan kukuh berkata, "Bukan!"

Bintang melihat wajah Venus, "Apa kamu menyukaiku?"

Airmata di dalam mata Venus, tiba-tiba mengalir deras, derita dan kerendahan memenuhi matanya, menumpuk di wajahnya.

Bintang mengepal erat tangannya, "Suka?"

"Wu........"

Venus menundukkan kepalanya, dengan cepat menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menahan tangisannya.

Bintang melihat Venus, di dalam hatinya muncul kesedihan yang tidak bisa ia jelaskan.

Kesedihan itu membuatnya sedikit sulit bernafas.

Setidaknya 5 menit, di dalam mobil hanya ada suara tangis Venus.

Bintang bersandar pada kursi mobil, dia menarik dasi yang tergantung di lehernya, dengan longgar menggantung disana.

Kemarahan dan kekesalan di wajahnya, digantikan dengan kedinginan, kedua bibir tipisnya dengan kejam terkatup, suaranya datar dan pelan, "Aku suka kamu, percaya kamu, karena kita sama-sama besar dari kecil, berasal dari keluarga. Aku tidak membedakan kamu dan aku, dekat denganmu, juga karena ini.

Venus terisak, dengan pelan menurunkan kedua tangan yang menutupi wajah, kedua mata yang merah dan bengkak melihat Bintang, "Karena tau aku menyukaimu, jadi tadi kamu marah besar seperti tadi?"

"Kamu merasa karena itu saja?" Bintang menatap Venus dengan dingin.

Venus dengan masam melihatnya, "Kamu juga sama dengan presdir Dilsen dan kakek Dilsen, mengira aku menyukaimu, jadi menculik Vania ?"

Wajah Bintang tak berekspresi, "Kamu masih mau membantah?"

"Bintang, sejak kamu lahir, aku selalu menemanimu. Orang lain tidak mengertiku, makanya salah paham kepadaku, apa kamu juga tidak mengerti sifatku? Apakah di dalam hatimu, aku adalah wanita yang menggunakan segala cara dan kejam?"

Venus menatap Bintang, matanya penuh derita dan tidak adil, bertanya.

Bintang melihat Venus, tidak membiarkan emosinya keluar sedikitpun, "Kalau aku tidak ada bukti konkrit, pagi ini aku tidak akan pergi ke villa mencarimu."

"He......."

Venus menatap matanya, wajahnya penuh kasihan dan mengejek diri sendii, "Bukti? Bukti yang kamu katakan adalah aku menyukaimu bukan? Tapi apa salahnya aku menyukaimu? Aku hanya menyukaimu, apakah aku harus dituduh sebagai wanita yang kejam dan jahat?"

Bintang mengerutkan keningnya, melihat Venus lekat.

Venus memejamkan kedua matanya, air matanya masih terjatuh, "Kalau aku bisa mengontrol hatiku, aku mana mungkin membiarkan diriku menyukaimu? Aku jelas-jelas tau tidak boleh menyukaimu, tidak boleh.......tapi aku tidak bisa mengendalikannya, aku bisa apa?"

"Aku juga tidak ingin menyukaimu, mencintaimu, tapi aku sudah menyukaimu, mencintaimu! Atas dasar apa aku menjadi harus dicurigai sebagai wanita kejam karena menyukaimu? Bintang, beritahu padaku, atas dasar apa?"

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu