Hanya Kamu Hidupku - Bab 103 Dia.......... Sudah Dinikahi!

Dua tangan yang berada di bawah selimut membentuk tinju yang erat, Ellen merasa sangat marah dan benci, dia duduk dari tempat tidurnya dan melirik ke William dengan mata memerah, "William Dilsen, aku ingin menuntut kamu!"

Tatapan William yang dingin memancarkan sebuah kekagetan, dia menghampiri Ellen dan memegang dagunya dengan erat, "Katakan satu kali lagi!"

"Aku mau menuntut kamu! Kamu itu GJ!" Kemarahan sudah memenuhi seluruh pikiran Ellen, melihat ekspresi William yang begitu kasar dan jahat, Ellen merasa semakin sedih!

***(GJ = Gap Junction)***

Sekali, dua kali, tiga kali......

Benar-benar sudah cukup!

William menunjukkan kemarahannya dengan tertawa, tidak menyangka anak yang dia mengasuh dengan tangan sendiri sekarang malah mau menuntutnya!

"Bagus, Ellen Nie, kamu benar-benar hebat!"

William mengangguk dengan ekspresi gelap sebelum melepaskan dagu Ellen dan berjalan keluar dengan cepat.

Pong---------

Suara pintu tertutup yang keras itu membuat kepala Ellen merasa sakit.

Ellen duduk di atas tempat tidur sambil melamun, kedua matanya yang melirik ke arah pintu saja menjadi semakin merah.

Tetapi, dalam waktu kurang dari dua menit, pintu terbuka lagi dari luar, ada seseorang berjalan masuk dengan aura kuat.

Ellen menegakkan tubuhnya secara tegas dan menatap ke William dengan tatapan waspada.

Tiba-tiba ada sesuatu yang terlempar ke tubuh Ellen.

Ellen, ".............”

Dia merasa bingung dan menatap ke pria yang dari tadi melihat dia dengan tatapan dingin.

Tenggorokan Ellen bergerak naik turun, secara perlahan Ellen menundukkan kepalanya dan menatap ke barang yang terlempar ke tubuhnya.

Tatapan Ellen menjadi semakin bingung ketika dia melihat dua buku kecil yang berwarna merah.

Setelah melamun beberapa saat, Ellen mengulurkan tangannya dan mengambil dua buku itu, kemudian membuka buku dengan jarinya yang sudah pucat.

Dua foto yang berukuran kecil dengan latar belakang warna merah menusuk tatapan Ellen.

Ellen tiba-tiba merasa panik.

Dia menutup kembali buku itu dan menatap ke sampul buku merah itu.

Di atas sampul buku memiliki dua kata yang membuat Ellen merasa matanya sangat tertusuk.

Sertifikat Pernikahan!

Tubuh Ellen langsung gemetaran, dia membuka buku itu lagi dan menatap ke dua foto yang terdapat di dalam.

Dua foto itu jelas adalah dia dan William....

Kepanikan Ellen berubah menjadi kebingunan!

Kedua matanya terus menatap ke foto yang berada di buku itu.

Tiba-tiba ada sebuah tangan besar memegang bahu Ellen.

Bulu mata Ellen bergetar dua kali, kemudian Ellen di tekan ke tempat tidur yang luas dan lembut itu untuk sekali lagi.

Lapisan yang memisahkan kedua orang ditarik terbuka dengan kuat, sentuhan yang panas mendekati Ellen dengan bahaya, rasa kesakitan yang disebabkan oleh tubuh terbela dari tengah membuat saraf otak Ellen terasa lemah.

Ellen memegang buku merah itu dengan erat dan menatap ke William dengan mata membesar dan ekspresi takut.

Karena nafsu, wajah William menjadi sangat merah, "Aku melakukan hal yang aku ingin buat di atas tempat tidur rumahku bersama wanita milikku, siapa berani menuntut?"

William memaksa Ellen dengan kuat.

Ellen merasa sangat kesakitan, geraham giginya bahkan bergetaran, pada saat yang sama hati Ellen juga mengalami ketakutan yang besar.

Di tengah rasa kesakitan yang membuat dia menjadi bingung, Ellen tiba-tiba menyadari satu hal.

Dirinya.... sudah dinikahi!

Walaupun karena hal ini terlalu 'mengagetkan' untuk Ellen, dia tidak pingsan lagi walaupun merasa sangat kesakitan.

Setelah William akhirnya melepaskan Ellen, Ellen baru merasa dirinya seperti baru diangkat dari laut, seluruh tubuhnya menjadi basah, termasuk rambutnya yang panjang juga menjadi basah, cairan yang lengket di wajahnya yang pucat dan lehernya yang panjang.

Setelah selesai, William langsung pergi ke kamar mandi tanpa melihat ke Ellen.

Ellen melihat William masuk ke dalam kamar mandi dengan tatapan yang lemah, meskipun merasa sedih dan sakit hati, Ellen tidak sempat menangis, dia mengangkat buku merah itu dengan tangan bergetar dan terus menatap kepadanya.

Setelah melihat berulang kali, foto di dalam buku itu tetap adalah dia dan William, bukan orang lain.

Selain itu, matrai yang tertempel di dalam buku itu begitu jelas, kemungkinan memalsukan sangatlah rendah.

Jadi, dirinya benar-benar dinikahi dan sudah mengambiil buku bukti nikah?

Setelah menyadari hal ini.

Ellen tiba-tiba merasa dirinya sudah dikalahkan sampai runtuh secara total.

Ellen baru saja berusia 18 tahun, SMA saja belum tamat!

Masa pubertas saja belum melewati habis, sekarang langsung menjadi istri orang?

Ellen tidak akan bisa menerima!

Yang semakin susah diterima adalah, Ellen tiba-tiba menjadi seorang istri tanpa pengetahuan dirinya.

Mereka berpacaran secara resmi saja belum sampai beberapa hari, proposal tidak ada, semuanya tidak ada, dan tiba-tiba dirinya sudah menikah?

Sama sekali tidak romantis!

Ellen menatap ke buku yang berada di tangannya, akhirnya dia tidak bisa menahan dan mulai menangis dengan sedih.

Apa sih yang sedang terjadi?

Tangan William yang sedang mandi tiba-tiba bergetar ketika dia mendengar suara tangisan.

Tanpa sempat mematikan air, William langsung mengambil handuk dan membungkus bagian pinggangnya sebelum berjalan keluar.

Membuka pintu kamar mandi, William menatap ke wanita kecil yang sedang menangis dengan sedih di atas tempat tidur, nafasnya menjadi agak berat, dia langsung berjalan ke sisi Ellen dan duduk di sampinnya kemudian menatap ke wajah Ellen yang sudah dibasahi air mata.

"Uwaaaa............"

Ellen memejamkan matanya dan terus menangis, penampilan dia benar-benar terlihat seperti orang yang baru mengalami kesedihan dan kegagalan terbesar di dalam hidupnya.

Ekspresi William yang dari tadi sudah tegang menjadi semakin tegang, dia membungkukkan badannya dan mengulurkan tangannya untuk mengendong Ellen ke pahanya.

Ellen membuka salah satu matanya dan menangis semakin sedih ketika dia melihat ekspresi William yang dingin, dia menoleh wajahnya ke samping dan menangis sampai tubuhnya mulai bergetaran.

William menarik nafas sebelum memegang wajah Ellen dengan tangannya yang masih basah, William membuat Ellen menghadapi dia dan manatapnya dengan tatapan dingin dan dalam yang menyembunyikan kasih sayang, "Sakit ya?"

Ellen mengangkat tangannya menutupi matanya sendiri.

Untuk sekarang Ellen sama sekali tidak ingin berbicara dengannya, dia hanya ingin diam sendiri!

Ellen sudah menangis sampai begini, tentu saja William tidak akan membiarkannya sendiri.

William memeluk tubuh Ellen yang gemataran dengan erat, kemudian mengulurkan tangannya ke dalam selimut untuk mengelus kaki Ellen.

Suara tangisan Ellen akhirnya berhenti sejenak, tetapi kedua kakinya malah menjadi tegang dan tertutup rapat, Ellen menatap ke William dengan tatapan yang takut dan membantah.

Merasakan ketegangannya, William mengerutkan alisnya dan berkata : "Apakah kamu mengira aku itu binatang?"

Ellen sudah menangis sampai begini, William masih bisa melakukan apa terhadapnya?

Apakah William bukan binatang?

Dia tidak melihat bagaimana dia memperlakukan Ellen tadi?

Mau bagaimanapun Ellen meminta tolong, William tetap tidak mau berhenti dan bersikap lembut, bahkan Ellen kesakitan sampai pingsan saja William tidak berhenti.

Sekarang malahan berpura-pura baik hati datang menunjukkan kepeduliannya terhadap Ellen? Munafik!

Ellen menjilat bibirnya dan mengomel di dalam hati.

William menatap ke Ellen, "Aku membantu kamu mengoles obat"

William meletakkan Ellen di atas tempat tidur dan pergi mengambil obat.

Ellen sama sekali tidak menghargai usaha William.

Bukannya tingkah laku Ellen sekarang sama saja dengan menampar dia kemudian memberikan dia sebutir permen manis?

Selain itu, Ellen sudah menikah! Sudah, menikah............

Berpikir sampai sini, Ellen merasa 'sedih' lagi dan mulai menangis.

William yang membawa obat masuk ke dalam ruangan mengerutkan alisnya ketika dia melihat Ellen mulai menangis lagi, William duduk di samping Ellen dengan diam dan menarik selimut Ellen agar bisa mengoles obat kepadanya.

Tidak menyangka, setelah menarik selimut, William melihat kedua kaki Ellen memiliki bekas hijau dan ungu, seolah-olah dia baru saja mengalami kekerasan keluarga.

William menarik nafas dengan dalam dengan ekspresi tenggelam.

Setelah selimut tertarik secara total, bibir William bergetar ketika dia melihat bekas jari yang berada di pinggang Ellen.

Pegangan obat di tangannya saja menjadi mengerat, William menatap ke Ellen yang masih menangis dengan alis mengerut, pantasan dia menangis sampai begitu, pasti sangat sakit.

Tatapan William memancarkan penyesalan, dia mendekatkan dirinya dengan Ellen dan mencium bulu mata Ellen yang basah.

Ciuman ini mencakupi perasaan bersalah dan sakit hati William.

Karena merasa terlalu malu, Ellan berhenti menangis ketika William mengoles obat kepadanya, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan bibirnya tertutup dengan rapat tanpa menghasilkan suara apa pun.

Wajah Ellen dari pucat menjadi sangat merah, kemerahan itu bahkan beredar sampai ke telinga dan lehernya.

Setelah sekitar 20 menit, William akhirnya selesai mengoles obat ke seluruh tubuh Ellen, William menutupi tubuh Ellen dengan selimut lagi dan mencium bibirnya, kemudian meletakkan obat kembali pada tempatnya sebelum duduk di atas tempat tidur lagi.

Ellen saja segera menarik sudut selimut dan menutupi seluruh wajahnya ke dalam selimut.

William yang melihat adegan ini menjilat bibirnya sebelum mengulurkan tangannya dan mengendong Ellen sekali lagi.

Ellen membantah beberapa saat, karena tidak berhasil, akhirnya William berhasil membuat Ellen duduk di atas pahanya yang berotot.

Menatap ke Ellen yang masih membungkus dirinya dalam selimut, William berkata dengan suara kecil, "Kamu tidak takut sesak ya"

Ellen memasang wajah tidak peduli di dalam selimut, kedua tangannya masih memegang buku bukti nikah.

William menggerakan alisnya dan menarik selimut ke bawah sepanjang 1 inch.

William melihat kepala dan mata besar Ellen yang bengkak.

Ellen melamun sejenak, alisnya langsung mengerut dan dia mengulurkan tangan untuk menarik selimut ke atas lagi.

"Kamu harus membuat aku marah?" William menatap kepadanya dengan ekspresi serius.

Tangan Ellen saja menjadi tegang karena begitu saja, dia bahkan tidak berani menyentuh selimut lagi.

Bagaimana pun, Ellen benar-benar tidak ingin mengalami pemaksaan seperti ini untuk ke 4 kali!

Menatap ke mata Ellen yang sedih dan merah, William menarik selimut ke bawah lagi, akhirnya dia melihat hidung dan bibir Ellen.

Ellen menjilat bibirnya dan menoleh ke samping.

William tidak peduli, dia menatap ke wajah Ellen yang pucat dengan tatapan dingin dan berkata dengan nada suara kejam dan jahat, "Ellen Nie, hari ini aku akan memberi tahu kamu secara jelas, aku tidak peduli kamu melakukan apa saja di luar, kalaupun langit jatuh nanti, ada aku yang menanggungnya, aku memanjakan kamu dan sayang kepada kamu, tetapi, kalau kamu masih berani bersikap licik dan berkencan dengan pria lai di belakang aku, aku akan membunuh pria itu sebelum menghabiskan kamu!"

Tubuh Ellen bergerak, pupil matanya yang hitam bergerak sana sini.

Ellen sudah mengerti kata-kata William.

William bisa membiarkan Ellen melakukan apa saja kecuali pengkhiatannnya, William tidak akan menyetujui Ellen memiliki hubungan yang tidak jelas dengan siapa saja kecuali dirinya, kalau kondisi seperti ini terjadi, maka Ellen Nie, kamu akan dihancurkan!

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu