Hanya Kamu Hidupku - Bab 212 Benar-Benar Sakit

Saat waktu makan siang, selain pelayan, dia dan Tabita , dan juga Samir yang sedang duduk dekat jendela, tidak ada seorang pun di ruangan ini lagi...

Kedua mata Agnes terbuka besar, jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat.

Dia langsung menarik tangan Tabita , berbalik badan dan pergi.

Tapi hal yang tidak menyangka, adalah mereka baru saja berbalik badan, sosok bayangan langsung menutup jalan depan mereka.

Agnes menundukkan kepala, melihat sosok bayangan yang ada di lantai, hatinya semakin cemas.

“Ah.”

Terdengar suara jeritan Tabita , selanjutnya, telapak tangan Agnes terasa sakit.

Bulu mata Agnes menjadi kaku, melihat tangannya sendiri yang tidak sengaja ditusuk oleh Tabita .

Sosok bayangan itu perlahan-lahan maju dari lantai sampai pahanya, kemudian sedikit demi sedikit menghilang.

Segera.

Sisi depan Agnes, muncul dua kaki yang panjang, tetutup dengan celana pendek yang berwarna hitam, bentuk kakinya sangat lulus dan penuh dengan otot.

Tercium aroma pria yang tidak asing.

Agnes mengepal tangannya dengan erat, dia sepertinya kedinginan, kedua kakinya sedang gemetar.

“Bo, boss...”

Tabita terlihat sangat gugup, nada suaranya terdengar tidak stabil, kedua matanya berkedip dengan lemah, dia terus melirik Agnes, pria yang berwajah dingin.。

Dia merasa keberuntungan dirinya sangatlah baik, kemana pun bisa bertemu dengan pria perkasa yang hanya muncul di dalam legenda.

Jika beberapa kali bisa “Bertemu secara kebetulan” lagi, dia pun khawatir jatungnya sendiri bisa meledak.

Setiap bagian tulang di bagian atas dan bawah tubuh Agnes menegang sampai tingkat yang berbeda, sehingga hanya menggerakkan sedikit tubuhnya sudah dapat mendengar suara keretakan tulang.

“Boss...” Tabita menatap Agnes dengan tatapan tidak tenang.

Agnes menutup matanya, dalam waktu beberapa detik, dia baru membuka matanya, menundukkan kepala dan berkata, “Ayo makan di tempat lain.”

Tabita ,“……”

Setelah Agnes sekesai berkata, dia menarik Tabita dan berjalan keluar.

“Bukankan kamu yang menghalangiku di kamar mandi tadi malam, bersikeras ingin aku menerima wawancaramu?”

Pada saat ini, Samir menaikkan nada suaranya.

Agnes,“……”

Tabita menelan ludah, segera melihat Samir yang berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah mereka.

Setelah mendengar kalimat “Aku bukan”, Agnes terbengong dan tidak bisa mengatakan apa-apa.

Samir berjalan kemari, kemudian berdiri di sebelah Agnes yang berwajah dingin, kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, melihat Agnes dan berkata, “Sepertinya kita cukup ditakdirkan untuk bertemu.”

Takdir?

Agnes menurunkan alis, dia tidak merasa seperti itu.

“Karena kita cukup ditakdirkan untuk bertemu, maka aku akan menerima wawancaramu.” Samir berkata.

Agnes masih belum bicara.

Tabita sangat senang hingga menusuk telepak tangan Agnes lagi.

“Ish...”

Agnes kesakitan hingga tangannya gemetar, dia menarik napas panjang.

William menyipitkan mata, kemudian tatapannya tiba-tiba melirik ke arah Tabita .

Tabita hampir menangis, dia berbalik badan, dan bersembunyi di belakang Agnes .

Tapi karena seperti ini, tangannya yang menusuk telepak tangan Agnes pun semakin kuat,

Agnes kesakitan hingga telapak tangannya gemetar, mengigit giginy dan melihat ke arah Tabita , “ Tabita .”

“Ah?” Tabita mengeluarkan nada gemetar sambil melihat Agnes, penampilannua seperti seekor kelinci yang baru saja kaget.

Agnes membasahi sudut bibirnya dan berkata dengan nada polos, “Aku sama sekali tidak sakit.

Tabita ,“……”

Setelah beberapa menit menatap Agnes, Tabita baru menyadari, menundukkan kepala dan melihat tangannya sendiri yang sedang menusuk tangan Agnes .

Saat melihat tangan putih Agnes menjadi merah, Tabita ketakutan hingga melepaskan tangannya, kemudian dia segera meminta maaf pada Agnes .

Agnes mengedipkan mata, memegang tangan Tabita , menasehatinya, dan memberitahukannya bahwa dirinya baik-baik saja.

William melirik telapak tangan Agnes, mengerutkan alis, kemudian mengalihkan pandangannya dan melihaut kea rah Samir.

Setelah menyadari tatapan William, Samir terkejut, mengatur nada suaranya, mendongak dan berkata pada Agnes, “Wawancara, apakah kamu ingin melakukannya, mungkin kedepannya sudah tidak ada kesempatan seperti ini.”

Jari tangan Agnes sudah hampir dipatahkan oleh diri sendiri.

“Boss, tidak boleh kehilangan kesempatan ini.”

Tabita melirik William dan Samir, mengecilkan nada suaranya dan berbisik pada Agnes .

Agnes mengerutkan alis, bulu matanya terus gemetar, bola matanya berputar dengan cepat.

Setelah beberapa menit kemudian, Agnes tiba-tiba menarik napas panjang, dan berkata, “Wawancara.”

Setelah Agnes selesai berkata, tatapan gelap William berubah menjadi terang, dia berjalan melewati Agnes, kemudian berjalan ke arah tempat duduk Samir sebelumnya.

Mata Agnes melirik kaki panjang itu, sepasang mata yang jernih perlahan-lahan muncul sedikit lapisan khawatir.

……

Agnes : “Sutradara Samir, dalam beberapa tahun ini, karya-karyamu yang bertopik lucu dan cinta relatif tertekan, kedepannya, apakah kamu masih ingin membuat karya yang bertopik lucu seperti ini?

Samir: “Udang pedas yang ada di Wangi Sedap dengan udang pedas yang ada di Kota Tong restoran Mingyue, rasanya sangat beda.”

Tabita :“……”

Agnes : “Suradara Moral, ada yang mengatakan kamu adalah seseorang yang genius dalam dunia sutradara, bagaimana pendapatmu tentang kata-kata ini?”

Samir, “Ehm, ini Lafite tahun 82 kah, kok rasanya beda kali ya.”

Tabita :“……”

Agnes : “Kamu pernah mengatakan, kamu akan mengeluarkan satu film di setiap tahunnya, film untuk tahun ini, apakah kamu bisa menceritakan sedikit tentang kisah-kisah film ini?”

Samir: “Sup ayam ini cukup enak, William, cobalah.”

Tabita :“……”

Agnes menutup mata, kalau sampai sekarang ini Agnes masih belum tahu bahwa Samir sengaja memainkannya, pemikirannya benar-benar bermasalah!

Menarik napas dalam, Agnes mengambil buku catatan dan berkata, “Aku rasa setelah sutradara selesai makan, aku baru melakukan wawancara, aku pergi ke kamar mandi dulu.”

“Boss…”

Setelah mendengar Agnes ingin pergi ke kamar mandi, Tabita gugup.

Setelah Agnes pergi, Tabita harus menghadapi dua pria ini?

Hati Tabita sangat menolak.

Hanya saja, setelah selesai Agnes berkata, dia langsung berjalan ke arah kamar mandi, Tabita ingin mengikutinya pun sudah terlambat.

Tabita melihat punggung Agnes berjalan ke arah kamar mandi, hatinya diam-diam menetes air mata.

……

Kamar mandi.

Agnes duduk tegak di atas kloset kamar mandi, wajahnya terlihat pucat, mengerutkan alis, tatapannya terlihat tidak tenang dan khawatir.

Jantung kirinya yang berdetak cepat, sekarang masih belum tenang.

Suara langkah kaki…

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di kamar mandi.

Bulu mata Agnes gemetar, menarik napas dalam, mengangkat tangan dan mengusap wajahnya, kemudian berdiri.

Saat ini, suara langkah kaki itu malah berhenti, di luar pintu kamar mandi.

Agnes terbengong, menundukkan kepala dan melihat ke celah bawah pintu kamar mandi, dia melihat sepatu kulit pria yang berwarna hitam.

Agnes berhenti bernapas, punggungnya tiba-tiba muncul rasa dingin.

“Suka berada di dalam kamar mandi kah?”

Hal yang tidak menyangka.

Terdengar nada suara pria yang tegas.

Agnes, “…” Merinding, seluruh orangnya ketakutan, dia menatap pintu dengan wajah pucat, sama sekali tidak berani bernapas.

“Kesabaranku ada batasnya, ayo keluar.” Pria itu berkata lagi, nada suaranya semakin tegas.

Punggung Agnes mengerat, susut matanya mulai merah, ada… rasa putus asa karena terpaksa.

Sekarang… apa yang harus dilakukan?

“Tidak keluar kah?”

Pria itu berkata lagi.

Mata Agnes menyipit, sudut matanya terlihat sangat merah.

PENG…

“Ah…”

Dalam ketidaksiapan Agnes, pintu kamar mandi terbuka.

Agnes kaget hingga lompat dari kloset, mundur ke sudut kamar mandi, bahu yang gemetar, menahan napas, dan menatap pria yang berdiri di depannya.

Bahkan jarak keduanya masih sekitar satu meter, tapi udara dingin yang mengalir keluar dari pria itu seperti pisau tajam, perlahan-lahan menusuk tubuhnya

Agnes mengetatkan kedua tangannya, wajah pucat dan bibir yang merah, membentuk dampak yang sangat kuat.

Pria itu berdiri di sana, menatap Agnes dengan tatapan dingin, tatapan itu, itu… benci!

Keduanya saling bertatapan, satunya terlihat ketakutan, satunya lagi terlihat tegas.

Tiba-tiba.

Pria itu melompat ke dalam kamar mandi seperti singa, kemudian dalam waktu sekejap, dia mendekati Agnes .

Agnes terkejut, dia belum sadar, kemudian pria itu sudah menarik kerah bajunya dan membawanya keluar dari kamar mandi.

Tubuh Agnes benar-benar diangkat oleh pria itu, kedua kakinya melayang di atas udara.

Setelah keluar dari kamar mandi, pria itu langsung melepaskan Agnes, kemudian memegang lehernya dan mendorongnya ke wastafel.

Pria itu membuka kran air, saat ini, air dingin mengalir ke wajah Agnes .

“Ah…”

Agnes kedinginan hingga berteriak, seluruh tubuhnya terus gemetar.

Kedua tangannya memegang wastafel, dia terus berusaha memundurkan punggung, dan mencoba melarikan diri dari tangan pria itu.

Namun, tidak bisa.

Bahkan, memundurkan punggungnya, tapi pria itu menahannya dengan menggunakan tubuh bagian atas.

Agnes mengeluarkan nada suara serak, wajahnya penuh dengan air dingin, hingga tidak bisa membedakan apakah itu air dari kran atau air mata, dia berkata, “Sakit.”

Pria itu tidak peduli, satu tangannya memegang leher Agnes, satu tangannya membersihkan wajah Agnes dengan air dingin, telapak tangan pria itu sangat luas dan penuh dengan otot, tidak lama kemudian, Agnes tidak bisa menangan lagi, dia menangis, “Sakit, benar-benar sakit…”

“Heh.”

Pria itu mendengus dengan nada dingin, meski dia tidak membersihkan wajah Agnes lagi, dan tangan yang memegang leher Agnes juga dilepas, pria itu langsung melepaskan rambut palsu yang ada di kepala Agnes .

Tindakan itu, membuat Agnes kesakitan hingga menetes air mata, dengan marah menginjak kaki pria itu.

Tapi pria itu sama sekali tidak merasa sakit, tangan besar itu menarik rambut Agnes lagi.

Tiba-tiba, wajah Agnes yang penuh dengan air mata muncul di depan cermin wastafel.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu