Hanya Kamu Hidupku - Bab 319 Sini, Istriku

DIPERBAIKI 7/4/2020

Di depan pintu Ginza KTV, Ellen Nie melihat rekan-rekannya satu per satu pergi naik mobil, mulutnya menghembuskan nafas panjang, dia berjalan beberapa langkah kedepan menuju mobil sedan hitam yang terparkir tidak jauh, sesampainya dia membuka pintu bangku penumpang lalu duduk masuk, belum juga sabuk pengaman terpasang, dia berkata, “Nathanadalah anaknya kakak ketiga, ada apa sebenarnya? Jadi selama empat tahun aku tidak ada, kakak ketiga telah menikah?”

William Dilsen memiringkan badan memasangkan sabuk pengaman untuk Ellen Nie sembari dengan suara kecil berkata, “Tidak.”

Tidak?

“……Nathan bukan anak yang diadopsi mendadak olehkakak ketiga kan?” Kata Ellen Nie dengan terkejut penuh keraguan.

William Dilsen mengelus kepalanya, duduk menghadap depan, memasang sabuk pengaman, melajukan kendaraan, “Nathansangat mirip Ethan Hunt saat masih kecil seperti dipahat dengan cetakan. Menurutmu dari mana kakak ketiga bisa mengadopsi anak yang sangat mirip dengannya?”

Ellen sangat penasaran, dengan memelas menatap William Dilsen, berkata, “Sayang, kamu jangan bertele-tele denganku, langsung saja beritahuku, apa yang terjadi?”

Sudut mata William Dilsen menatap Ellen Nie, berkata, “Nathan adalah anak kandung Ethan Hunt, aku sendiri sudah memastikan hal ini, tidak perlu diragukan.”

“Anak kandung?” Ellen membelalakkan mata.

“Emm.”

“…..Kenapa aku tidak pernah mendengarnya, kakak ketiga pernah berpacaran? Apa selama empat tahun ini?” Kata Ellen Nie.

William Dilsen sedikit bergumam, mengangkat alisnya berkata, “Kakak ketigamu itu tidak suka bergaul, selain acara wajib, dan kumpul-kumpul bersama kami, dia hampir selalu di rumah, selain itu kamu juga tahu, kakak ketigamu itu tidak tertarik soal wanita, bahkan entah kenapa tidak menyukainya. Meskipun selama ini tidak sedikit wanita yang mengejar kakak ketigamu, tapi selama ini, aku tidak pernah melihat kakak ketiga berpacaran.”

Bahkan berpacaran dengan seorang wanita pun tidak pernah…..

Lalu bagaimanaNathanada? Tidak mungkin kakak ketiga sendiri yang melahirkannya kan? Hehe, baiklah, otak ini berpikiran terlalu jauh.

Ellen Nie mengerutkan alisnya, “Apa mungkin…..kontrak hamil?”

“Kontrak hamil lebih tidak mungkin.” Kata William Dilsen.

“Kalau begitu Nathantidak mungkin beneran kakak ketiga sendiri yang melahirkan bukan? Ini terlalu ajaib!” Ellen Nie meremas-remas rambutnya.

William Dilsen melihat Ellen Nie yang bingung sampai wajah kecilnya mengerut bulat, setelah hening beberapa detik, dia berkata,”Sebenarnya kakak ketigamu selama ini tidak tahu keberadaan Nathan. Tiga bulan yang lalu, Nathansendiri yang mencari Ayahnya!”

Ellen begitu terkejut sampai tidak tahu harus berkata apa.

Nathanterlihat seperti belum berumur lebih dari 3 atau 4 tahun, lebih kecil dibanding Nino dan Tino Nie, sendiri mencari ayahnya?

Apa benar bukan lelucon?

“Tidak terbayang bukan?” William Dilsen memicingkan matanya.

“Tidak hanya tidak terbayangkan, ini sangat mengejutkan!” Ellen Nie tidak dapat mengontrol ekspresinya.

Ellen Nie berpikir, bahkan hal seperti ini juga ada, kelak jika dia menemukan keajaiban, dia tidak akan menganggapnya sebagai keajaiban lagi!

Ellen menggelengkan kepalanya menghembuskan nafas menenangkan diri sejenak, lalu memiringkan kepalanya

menatap William, dengan tidak dapat menahan rasa penasaran berkata, “Siapa mamanyaNathan?”

William merapatkan bibirnya, menggelengkan kepala, “Tidak jelas.”

“Haha, sungguh sulit dibayangkan!” Ellen Nie tercengang.

Kondisi sekarang adalah, Ethan Hunt tidak pernah berpacaran dengan gadis, juga tidak tahu dengan jelas kapan “Kehilangan Diri”, tidak tahu siapa Ibu dari anaknya, tapi anak itu benar adalah anaknya!

Terlebih lagi, anak itu mencari sendiri Ayahnya!

Ellen Nie sepenuhnya tercengang, setelah tercengang, dia merasa miris.

Apa anak sekarang semua sudah memiliki pemikiran sendiri?

Ellen Nie tidak lanjut mempertanyakan permasalahan ini, meskipun dia merasa rasa terkejutnya saat ini akan bertahan lama.

Tapi juga jelas, jika Ethan Hunt sendri tidak jelas dengan permasalahan ini, mempertanyakannya pun mereka juga tidak akan tahu jawabannya!

“Tidak disangka kakak ketiga sangat imut saat masih kecil”

Ellen Nie tiba-tiba mengutarakannya.

William Dilsen: (⊙﹏⊙)

……

Sudah lewat jam 9, Ellen Nie menyempatkan untuk menelepon rumah, Darmi memberitahunya, Hansen Dilsen menemani Nino dan Tino Nie, dia tidak perlu khawatir.

Jam 10, dia membawa Nino dan Tino Nie bersitirahat.

William Dilsen membawa Ellen Nie pulang ke rumah, Hansen Dilsen, Nino dan Tino Nie sudah tertidur.

Ellen membuka kamar Nino dan Tino Nie juga kamar Hansen Dilsen, mereka sudah tertidur lelap, dia lalu kembali ke kamarnya.

William Dilsen sudah pergi ke kamar mandi untuk mandi.

Ellen galau sejenak, sambil memegang baju tidur masuk ke kamar mandi.

Dia membulatkan tekad masuk kedalam, Ellen tetap mempertahankan posisi menundukkan kepala, tidak memperdulikan sinar mata membara seseorang yang lekas menatapnya

Dengan cepat dia membuka pakaiannya, dengan wajah memerah Ellen Nie berjalan masuk ke bilik mandi, dengan malu-malu memeluk William Dilsen, sebenarnya tidak ada maksud lain, hanya meminjam tubuhnya untuk menaungi sejenak.

William terpaku dalam-dalam oleh tubuh wanita putih mulus bagaikan salju di depanya, jakun kerasnya bergerak naik turun, tidak ada percakapan, dia lalu menaikkan sedikit suhu air shower, mengambilnya, dengan lembut menyemprotkan ke atas tubuh Ellen Nie.

Air hangat mengalir membasahi dari pundak dan dadanya lalu mengalir ke bawah, Ellen Nie menghirup nafas, perlahan menjulurkan tangannya memeluk punggung William Dilsen, mencium dadanya.

William Dilsen menaruh sabun mandi di telapak tangannya, mengusapkannya ke atas tubuh Ellen, kelip mata hitamnya, dalam dan tenang bagai lautan menatap bulu mata sayu Ellen.

Ellen menciumnya sejenaknya, William Dilsen tidak bereaksi sama sekali.

Ellen Nie menghela lembut, dengan kecewa mengangkat kepalanya, sepasang mata basahnya menatap William Dilsen.

Dalam kegelapan Ellen Nie mengerlipkan matanya, tubuhnya inci demi inci bergerak ke atas William Dilsen.

William Dilsen berbaring mencondong, menunggu Ellen Nie bergerak masuk, lalu memeluknya dalam pelukan, dia menunduk mencium bibir Ellen, dengan suara dalam bertanya,

“Mau?”

Nafas Ellen Nie memanas, dia tersipu, setelah beberapa detik, baru bertanya, “Kamu mau?”

“Uhm.” William Dilsen tersenyum diatas bibir Ellen Nie,“Em.”

Bulu mata panjang Ellen mengebas malu, dengan lembut dia berkata, “Kalau begitu tunggu apa lagi.”

William Dilsen menatap Ellen Nie, dalam kegelapan tatapan kedua matanya menghipnotis orang.

Ellen Nie menunggu sejenak, tanpa menunggu pergerakan seseorang, menggigit bibirnya, perlahan menggerakan tangannya ke bagian bawah perut orang didepannya.

William Dilsen mengencangkan perutnya, memeluk erat Ellen Nie.

Oleh karena itu, tangan Ellen Nie terapit di antara dada mereka tidak dapat bergerak.

Ellen Nie memutar alisnya, menatap William Dilsen dengan bingung.

“Inisiatif sekali, tidak ada maksud lain kan?” William Dilsen bertanya dengan nada menggoda sambil menatap Ellen Nie.

Punggung Ellen Nie tiba-tiba menegang, matanya melebar, nafasnya tertahan, “Tidak, tidak.”

Tubuh William Dilsen perlahan bergerak maju, Ellen Nie bergerak mundur, “Paman, Paman Ketiga……”

“Panggil suamiku.” William Dilsen menundukan kepala, dengan nafas terengah berkata.

Ellen Nie menghembuskan nafas dari bibirnya,”Su, suamiku, sudah larut malam, kita sebaiknya tidur saja.”

“Bagaimana bisa? Istriku sangat hangat malam ini, aku tidak tahan tidur seperti ini. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan yang mungkin tidak akan datang lagi, aku mengerti!" William Dilsen mematuk bibir Ellen Nie, dan suaranya terdengar jahat.

Ellen Nie tersipu mendengar dia memanggilnya dengan sebutan “Istri”, sehingga dia berkata dengan kesal, “Jangan membuat masalah, haha….”

“Sini istriku.”

William Dilsen tiba-tiba memeluk Ellen Nie dan berbalik, membuat Ellen berada dibawah tubuhnya, bibirnya yang tipis jatuh tajam ke bibir Ellen.

Ellen Nie menjerit kaget, kedua tangannya berusaha menghentikan pinggang William Dilsen, dengan gemetar berkata, “Suamiku, aku salah, beneran salah….”

Kedua tangan William Dilsen menahan tubuh Ellen Nie di kedua sisi, mendengarnya, dia menarik bibirnya sedikit menjauh dari bibir Ellen Nie, bola matanya mengerlip menatap Ellen Nie, “Salah? Kamu salah apa?”

“Aku, aku sebenarnya…..”

“Sebenarnya apa?” Tubuh William bergerak ke bawah.

Ellen Nie bergidik, berkata, “Aku ingin kamu berjanji satu hal padaku.”

William Dilsen menatap Ellen Nie, aura tubuhnya menjadi dingin.

Ellen seperti membeku, dia mengangkat pundak kurusnya, menahan kegelisahan dalam hati, dengan lembut berkata, “Aku ingin ke rumah sakit menjenguk Ibu.”

Mata hitam William Dilsen berkedip, “Dia sekarang sudah tidak ada masalah, besok sudah bisa keluar rumah sakit.”

“Kalaupun begitu, aku juga seharusnya pergi menjenguk. Ibu adalah orang tua, terjadi masalah seperti ini, tidak apa kalau aku tidak tahu, tapi permasalahannya aku tahu. Aku tahu dengan jelas, tapi tidak menunjukan wajah, aku tidak dapat menahannya.” Ellen berkata dengan sungguh-sungguh.

“Kamu berkeinginan untuk menjenguk sudah baik.” Kata William Dilsen.

“……Suamiku, kenapa kamu tidak mengijinkanku untuk menemuinya? Sekarang banyak orang sudah tahu aku masih hidup, aku tidak perlu ngumpet lagi, pergi ke rumah sakit mengunjunginya tidak ada masalah bukan? Kenapa tidak boleh?”

Ellen Nie tidak dapat memahaminya.

William Dilsen turun dari atas tubuhnya, berbaring di samping tubuh Ellen Nie, bibir tipisnya mengerucut.

Ellen Nie memutar badan, berbaring menghadapnya, mendesak ingin tahu alasannya.

“Tunggu sampai Ibu keluar rumah sakit, aku akan membawamu mengunjunginya.”

Selang beberapa waktu, William Dilsen baru membuka mulut dengan datar.

Kenapa menunggu keluar rumah sakit?

Selama Ibu di rumah sakit, pergi mengunjunginya, bukankah lebih menunjukan niat baik?

Ellen Nie bertanya-tanya dalam hati, tapi kali ini dia tidak lanjut terus bertanya.

Keinginannya adalah pergi menjenguk Louis Birming.

Sekarang keinginannya telah tercapai, dia takut jika terus bertanya, dia takut, bagaimana jika seseorang akan menarik perkataanya tidak mengijikannya pergi?

Hati Ellen Nie ditekan lembut oleh sesuatu, membuatnya merasa gelisah, dia hanya berdeham, lalu membaringkantubuhnya ke posisi lurus.

Dua orang yang berhubungan dekat, perubahan emosional masing-masing akan dirasakan oleh pasangannya dengan cepat.

Seperti saat ini.

William Dilsen juga merasakan dengan jelas perubahan emosi Ellen Nie.

William Dilsen memutar alisnya, menatap langit-langit sejenak, lalu memiringkan badan menghadap Ellen Nie, dia mengulurkan tangan menariknya ke dalam pelukan. Bibir tipisnya menutupi telinga Ellen Nie, menghela nafas lalu berkata, “Baiklah, kita pergi kapan pun kamu ingin pergi menjenguknya. Aku akan menemanimu.”

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu