Hanya Kamu Hidupku - Bab 406 Terbiasa Sekali Berkata Manis Untuk Membujukku.

Ahmad mengulurkan tangan dan mencubit hidungnya sendiri, wajahnya juga penuh kesal. Dia berkata dengan suara yang berat, "Apakah menurutmu, aku ingin Bintang menikahi Vania sekarang? Tetapi maksud Kakek keluarga Dilsen tetap memaksa dan menyuruh Bintang untuk menikahi Vania!”

“Kalau begitu bagaimana ini? kamu ini ayahnya Bintang, kamu harus cari cara!” Mars panik.

Ahmad memejamkan matanya lalu menarik napas panjang, lalu nada bicaranya kembali lembut, "Sekarang Vania berada di unit perawatan intensif, takutnya pernikahannya dengan Bintang tidak akan bisa dijadwalkan untuk sementara waktu ini. Sedangkan kedepannya, mari kita bicarakan nanti-nanti saja!"

Mars masih ingin mengatakan sesuatu.

Ahmad membuka matanya dan tampak tatapan tegasnya untuk menghentikan Mars melanjutkan ucapannya, "Sekarang yang jadi prioritasnya adalah menemukan pelaku kejahatan yang telah menyakiti Vania dengan begitu kejamnya sesegera mungkin!"

Dengan kata-kata ini, Ahmad juga mengingatkan Mars.

Vania telah menderita masalah dan bencana seperti itu. Jadi benar-benar tidak pantas untuk membicarakan hal ini sekarang.

Bagaimanapun, dia juga seorang wanita. Dia tahu seberapa besar luka yang akan dirasakan pada seorang wanita jika hal seperti itu terjadi!

Mars masih khawatir, tetapi dia tetap tidak melanjutkan ucapannya.

……

Hilangnya Vania tidak dipublikasikan secara besar-besaran

Jadi tidak banyak orang tahu kalau Vania hilang.

Tidak peduli demi kebaikan Vania ataupun kebaikan Keluarga Dilsen dan Keluarga Hamid, Masalah buruk yang menimpa Vania ini tidak boleh sampai menyebar dan didengar oleh orang luar.

Oleh sebab itu.

Keluarga Dilsen dan Keluarga Hamid telah melakukan pekerjaan kerahasiaan lengkap untuk mencegah penyebaran informasi ini.

Bahkan hanya sedikit kabar mengenai Vania yang diketahui oleh Ellen.

Jadi, ketika Dorvo menelepon Ellen. Dia tidak menanyakan apapun, malah membahas masalah hilangnya Vania, Ellen cukup tekejut dan tidak menyangka.

Tapi seketika Ellen pun menemukan jawabannya.

Dorvo tahu masalah Vania yang hilang pasti Eldora yang memberitahunya.

“Adik ipar akhir-akhir ini sedang menyelidiki hilangnya nona Viana. Aku ada informasi di sini, mungkin bisa membantu sedikit.” Kata Dorvo.

“Informasi apa?” tanya Ellen yang duduk pun meluruskan tubuhnya.

“Venus diadopsi oleh Pluto dan pindah ke Kota Tong setelah kejahatan di panti asuhan Kota Rong terekspos. Pluto hanya tahu kalau Venus adalah anak yang terluka dalam insiden itu. Tapi dia tidak tahu kalau Venus adalah anak kandung dari kepala panti asuhan, Damar .”

Suara Dorvo terdengar sangat tenang.

Ellen sangat terkejut, “Venus ternyata adalah anak kandung kepala panti asuhan?”

“Tidak hanya itu Damar juga masih punya anak perempuan satu lagi. Lebih tua dua tahun dari Venus. Dia juga sama dengan Venus, diadopsi oleh suami istri dan tinggal di Kota Tong. Jika aku menyebutkan nama anak perempuan Damar ini, kamu harusnya tidak asing dengannya.” Kata Dorvo.

“Apa aku mengenalnya? Siapa?” tanya Ellen penasaran.

“Zaenab!”

“Zaenab?” Ellen terkejut dan mulutnya langsung ternganga.

“Aku sudah bilang kalau kamu tidak akan asing dengan orang ini.” kara Dorvo pelan.

Ellen....memang tidak asing dengan orang ini.

“ Damar belum lama ini dibebaskan bersyarat dari penjara. Orangku memeriksa ketika Damar keluar dari penjara, ada Venus dan Zaenab yang datang ke Kota Rong. Harusnya khusus datang ke Kota Rong untuk menjemput Damar .” Kata Dorvo.

“..... Damar sudah melakukan perbuatan bejat kepada anak-anak tidak bersalah dan polos itu, kenapa polisi tidak mengurungnya seumur hidup, dan malah membiarkannya keluar?” kata Ellen sangat marah dan kesal.

Dorvo diam sejenak, dia tidak berniat membicarakan masalah ini, dia berkata, “Adikku, ketika kamu memberitahu adik ipar informasi ini, tolong sampaikan pesan kakak untuk adik ipar.”

Ellen bingung, “Pesan apa?”

“Terakhir kali belum sempat bicara dengan adik ipar. Dulu ketika membawa Samsu pergi, aku yang tidak terlalu mempertimbangkannya dulu. Kali ini...anggap saja aku membayar kesalahanku waktu itu.” kata Dorvo. Ketika mengatakan ini, suara Dorvo terdengar dingin dan datar.

Mendengar ucapan Dorvo ini, mata Ellen bersinar lalu melengkungkan sudut bibirnya dan berkata dengan suara yang sangat pelan, “Kakak, itu semua kan sudah lama berlalu. Untuk apa juga membahasnya lagi? Paman ketiga bukan pemarah seperti anak kecil. Dia tidak akan ambil hati atas ini.”

Dalam hati, William mempermasalahkan ini atau tidak, Ellen lah yang lebih tahu jelas tentang ini.

Tapi menghadapi Dorvo, Ellen mana mungkin mengatakannya dengan jelas?

Memang sudah seharusnya mengatakan kalau William tidak ambil hati dan tidak peduli sengan itu!

Dorvo tersenyum.

Senyum itu terdengar di telinga Ellen. Membuat wajah Ellen langsung memerah.

.....

Hari itu, setibanya William di rumah. Ellen langsung menariknya ke ruang kerja dan memberitahunya semua informasi yang diberitahu oleh Dorvo.

Setelah mendengar itu, tatapan mata hitam William jadi lebih dalam.

Mengenai hal yang terjadi di Kota Rong, jauh lebih mudah bagi Dorvo yang berasal dari Kota Rong untuk menyelidikinya secara menyeluruh.

Informasi seperti hubungan darah yang begitu dalam antara Damar dan Venus ini, takutnya hanya Dorvo yang ada di Kota Rong yang bisa mengetahuinya secepat ini.

Ellen memandang mata hitam William yang menggelap, menuliskan sebuah konsep dalam benaknya, lalu baru berkata, “Selain ini, kakakku juga memintaku menyampaikan pesannya untukmu.”

William mengerutkan kening menatap Ellen.

Ellen menjilat bawah bibirnya, “Kakakku masalah terakhir kali merasa kalau dia lah yang salah. Dia tidak mempertimbangkan perasaanmu. Setelah pulang ke Kota Rong semakin lama dia merasa tidak enak keapdamu. Awalnya sudah lama dia mau mengungkapkan maafnya ini kepadamu tapi selalu saja tidak menemukan kesempatan yang cocok. Jadi ketika tahu kalau kamu menyelidiki kasus hilangnya Vania, Kakak pun berusaha sebisa mungkin menemukan latar belakang kehidupan Venus. Dia pun menemukan informasi rahasia ini, dia pikir mungkin ini bisa membantumu. Dia telepon sekalian memintaku memberitahumu informasi ini. juga untuk menunjukkan kepadamu niatnya meminta maaf. Dia berharap kamu jangan ambil hati lagi mengenai masalah dia yang membawa Samsu pergi.

Tak ada gelombang atau gejolak dalam mata William, suaranya begitu samar dan dingin, “Pesan kakakmu ini, cukup panjang ya.”

Ellen, “....” tiba-tiba merasa canggung!

William melihat ke wajah Ellen yang tidak wajar lalu bergumam, “Masalah terakhir kali itu sudah berlalu, aku tidak berniat menyelidikinya. Karena kamu, menurutmu apa mungkin aku bisa melakukan sesuatu dengan kakakmu? Jadi, permintaan maaf kakakmu yang hanya formalitas itu tsebenarnya tidak perlu dia lakukan.”

Ellen menggigit bibirnya lalu mengulurkan tangan memegang ujung baju William dan menggoyang-goyangkannya, lalu menatap William dengan mata dilebarkan, “Aku tentu saja tahu kalau kamu tidak akan melakukan sesuatu kepada kakakku. Tapi permintaan maaf kakakku ini, tidak seperti yang kamu ucapkan hanya formalitas saja. Dia itu tulus.”

“Terserah.” Kata William dengan angkuhnya. Mata hitamnya terlihat cemburu menatap Ellen, “Pokoknya di antara aku dan keluargamu di Kota Rong, yang kamu bantu setiap kali selalu saja bukan aku!”

“Fitnah!”

Ellen menempel dan memeluk William, menjulurkan wajah kecilnya dengan begitu tulus memandang ke William, "Di hatiku, kamu selalu yang pertama. Dan bukankah keluargaku juga adalah keluargamu? Paman ketiga, kamu kenapa begitu membeda-bedakan sih, aku jadi sedih.”

William menggertakkan giginya, “Kamu masih saja menolak tapi malah menuduhku.”

Ellen melengkungkan bibirnya lalu berjinjit dan mencium dagu William, mata besar dan jernihnya menatap William, lalu berkata dengan lembutnya, “Aku bilang kakakku itu tulus. Aku bukan mau membantunya bicara. Apalagi, menurutku kakakku memang tulus mau menunjukkan permintaan maafnya. Aku bilang kalau kamu orang terpenting dalam hatiku, aku selalu menempatkanmu di posisi pertama. Itu benar-benar tulus dari lubuk hatiku, tidak ada yang palsu. Paman ketiga, kamu adalah kamu, saudara adalah saudara, kamu tidak boleh membandingkan seperti itu. Karena bagaimana pun, kalian adalah orang yang aku sayangi dan pedulikan.”

Ellen mengedipkan matanya menyerang William, “Paman ketiga, kamu juga tidak mau kan kalau aku merasa bingung memilih antara kamu dan keluargamu?”

William mengerutkan keningnya, lalu meremas dagu Ellen dan mengangkatnya ke atas. Mata hitamnya masih tampak emosi, tapi suara yang keluar dari mulutnya malah terdengar lembut, “Mulut kecilmu ini ya, terbiasa sekali berkata manis untuk membujukku."

Sudut bibir Ellen bergetar, memandang mata William yang jadi tampak semakin tak bersalah.

William mengangkatnya, menundukkann kepala lalu menciumnya dengan sekuat tenaga, lalu berkata dengan sedikit terengah-engah, “Aku masih saja terus masuk dalam jebakanmu ini! Apa ini yang dibilang dengan babak belur untuk mengelabui musuh jadi rela-rela saja dipukuli?”

Lengan Ellen yang ramping dilingkarkan di leher William. Lalu berkata di antara gigi dan bibir William yang panas, “Tidak kok. Karena aku dan kamu selamanya akan berdiri di sisi yang sama.”

“Heh.”

Kata-kata manis Ellen ini adalah obat yang bagus untuk menyembuhkan ketidaksenangan William.

Beberapa ucapan Ellen saja, hati William yang penuh dendam dan keluhan berubah jadi melembut dan puas. Dia pun merangkul Ellen lalu menciumnya dengan hangat dan lembutnya serta penuh kasih sayang.

....

Sejak Venus menyuruh Damar melepaskan Vania. Venus sama sekali belum mendengar kabar selamat Vania.

Ini membuat Venus merasa aneh!

Setelah menunggu dengan sabar selama dua hari, Venus pun sudah tidak bisa diam saja. Dia pun buru-buru mempersiapkan diri untuk pergi ke Keluarga Hamid.

Hanya ada Mars di dalam apartemen.

Ketika melihat Venus, Mars teringat dengan masalah terakhir kali dan merasa iba.

Ya, begitu Venus duduk, Mars langsung menggenggam tangan Venus lalu menepuk-nepuk pelan punggung tangannya, “Venus, kamu pasti merasa sedih.”

Venus mengerti apa yang dimaksud oleh Mars dengan kata ‘sedih’ tapi dia menggelengkan kepala lalu berkata, “bibi muda, tidak sedih sama sekali. Kalau aku bilang yang sedih itu ya kakek Dilsen dan Presdir William. Mereka terlalu panik karena Vania hilang sehingga mereka jadi mudah sekali percaya dengan rumor itu.”

“Kamu ini terlalu memikirkan perasaan orang lain saja. Padahal jelas kamu yang sedih dan tersakiti, tapi masih saja selalu punya alasan membersihkan nama orang lain. Justru karena kamu yang begini membuat bibi muda jadi semakin kasian melihatmu.” Kata Mars penuh kasih sayang ke Venus.

Mars menyayangi Venus, pertama karena latar belakang Venus, kedua karena setelah diadopsi oleh Pluto, Mars sudah menganggap Venus seperti keponakan kandungnya sendiri. Jadi maka dari itu dia merasa sedih dan kasian ketika melihat Venus sedih!

“Aku tidak berniat membersihkan nama kakek Dilsen dan Presdir William. bibi muda, Vania adalah cucu dari kakek Dilsen, dia juga adalah adik Presidr William. Cucu dan adiknya hilang, hati mereka jelas panik dan cemas. bibi muda, coba bayangkan kalau aku yang hilang, apa kamu tidak cemas?” kata Venus menarik sudut bibirnya memperlihatkan seolah tidak peduli.

“Jangan bicara sembarangan.”

Tiba-tiba respon Mars sangat berlebihan lalu memelototi Venus.

Venus mengerutkan kening jantungnya berdegup kencang, dia pun menatap Mars, “bibi muda, ini hanyalah contoh saja. Kamu tidak usah gerogi begitu.”

Mars menghela napas dan menggelengkan kepalanya, “Bukannya bibi muda gerogi, tapi hati orang itu sangat menyeramkan sampai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan. bibi muda sampai tidak berani membayangkan, jika kamu....Jadi Venus, kedepannya kamu lebih berhati-hati lagi kalau keluar ya. Di masyarakat sekarang ini, sungguh sangat mengerikan dan kita sendiri saka tidak sampai hati membayangkan hal itu!”

Mata Venus bersinar lalu menatap Mars, “bibi muda, kamu tiba-tiba kenapa? Apa ketakutan karena Vania hilang? bibi muda, kamu jangan khawatir. Aku percaya Vania sangat beruntung dan selalu dilindungi oleh Tuhan......”

“Jangan bicara lagi...”

Belum selesai Venus menyelesaikan ucapannya, Mars memejamkan matanya lalu berkata wajah sangat gelisah, “Terlalu menyedihkan, Vania, terlalu sangat menyedihkan.”

“....”

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu