Hanya Kamu Hidupku - Bab 107 Kerja Sama

"Kakek buyut, kalau kamu mau menungguku hanya agar masuk ke rumah bersama, langsung berkata begitu bisakah?" Ellen mengatakan dalam hatinya setelah mendengar perbicangan William dan Hansen.

"Takut hantu?" William menatap ke Hansen.

"Iya" Hansen mengangguk dengan serius.

Tiga garis kerutan muncul di dahi William, "Mengapa aku tidak tahu Ellen takut hantu?"

Hansen melirik kepada William, "Biasanya kamu hanya sibuk kerja, apakah kamu pernah memberikan perhatian kepada Ellen?"

William, "............"

"Masalah Ellen yang kamu tidak tahu masih sangat banyak" Hansen menatap ke William dengan tatapan yang tidak puas, seolah-olah William selalu menyiksa Ellen.

Nadi di sisi dahi William berdenyut dua kali, dia menjilat bibirnya dan berkata, "Kamu masuk dulu saja, aku menunggu di sini"

"Tidak perlu" Hansen mulai bersikap keras kepala.

William mengerutkan alisnya, menghadapi Hansen yang keras kepala, dia merasa tidak berdaya.

Setelah beberapa menit, William merisau Ellen merasa kedinginan kalau di luar terlalu lama, dia berkata dengan alis mengerut, "Kakek........"

"Kakek, Paman ketiga...."

Pada saat William baru bersuara, suara Ellen yang kaget mendenging dari arah luar.

Sudut mulut William bergetar, dia melihat ke arah Ellen.

Hansen mengira dirinya mulai mengkhayal.

Setelah melamun beberapa saat dan menatap ke arah kamar mandi, Hansen berkata, "Ellen bukannya kamu di kamar mandi kata Paman ketiga?"

"Aku sudah keluar dari kamar mandi" Ellen menjawab dengan natural.

"........." Hansen menatap Ellen dengan mata meragu, mengapa dia tidak melihat Ellen keluar?

Ellen menghampiri William dan Hansen, menatap ke Hansen yang memasang ekspresi ragu kemudian ke William, "Paman ketiga, tadi bukannya kamu berkata mau jalan-jalan di luar? Aku pergi mencari kamu setelah keluar dari kamar mandi. Sejak kapan kamu pulang? Mengapa aku tidak melihat kamu?"

Kata-kata Ellen sudah sangat jelas.

Dia keluar dari kamar mandi sebelum Hansen keluar, karena tahu William pergi jalan-jalan di luar, Ellen pun pergi mencarinya, tetapi tidak berhasil.

William menatap ke Ellen dengan tatapan lembut dan menjawab dengan kerja sama, "Mungkin arah kita berbeda"

"Aku berjalan ke arah kiri" Ellen berkata.

"Aku berjaalan ke arah kanan" William mengangkat alisnya.

"Oh" Ellen mengangguk, "Pantasan"

Sudut mulut William terangkat dengan jelas, dia menatap ke Ellen dengan ekspresi yang lucu.

Gadis kecil ini lumayan profesional dalam bidang akting!

Ellen berpura-pura tidak melihat ekspresi William, dia menyentuh hidungnya dan berkata kepada Hansen, "Kakek, di luar terlalu dingin, ayo kita masuk"

Setelah drama kecil dari William dan Ellen, Hansen jelas sudah percaya kepada kata-kata mereka.

Mendengar kata-kata Ellen, Hansen pun mengangguk dan membiarkan Ellen memegang lengannya sambil berjalan ke dalam rumah.

Sementara William berdiri di tempat dengan senyuman yang bahagia, setelah melihat Ellen dan Hansen berjalan jauh, William baru meletakkan kedua tangan ke dalam saku celana dan mengikuti di belakang mereka dengan santai.

..........

Jam 6 lebih, Louis dan Gerald pun bangun dan keramas sebelum turun ke bawah.

Mila dan Demian pun telah pulang.

Yang bangun terakhir adalah Vania, dia turun ke bawah pada jam 7.30.

Ellen memberikan salam tahun baru ke setiap orang, bahkan Gerald yang tidak menyukainya pun memberikan Ellen sebuah angpao besar.

Pagi ini, Ellen mendapat banyak angpao.

Pada saat mereka sedang makan bersama, tidak tahu mengapa juga, Vania tiba-tiba berkata kepada Ellen, "Ellen, kamu belum memberikan salam tahun baru kepadaku"

Pangsit yang berada di dalam tenggorokan Ellen hampir membuat dirinya tersedak.

Vania menatap Ellen dengan senyuman yang aneh.

Ellen tidak tahu harus berkata apa.

Ellen sekarang sudah mengerti, Vania itu bermaksud mau memasang gaya seperti orang tua dari waktu ke waktu!

William yang duduk di samping Ellen mengelus bagian belakang Ellen dengan lembut setelah melihat Ellen hampir tersedak.

Melihat William begitu perhatian dan baik terhadap Ellen, Vania merasa sangat tidak enak dan marah.

Akhirnya Vania menyipitkan matanya dan berkata kepada Ellen, "Ellen, aku mendengar kamu memberikan salam kepada setiap orang yang lebih tua dari kamu di rumah ini. Kalau mau menghitung, aku juga lebih tua dari kamu, kamu tidak boleh mengecualikanku begitu saja. Aku juga ada menyediakan angpao besar"

Setelah berkata, Vania mengeluarkan setumpuk uang..............

Mungkin tidak ada yang percaya.

Tetapi Vania benar-benar meletakkan setumpuk uang di atas meja makan.

Gerakan Vania ini membuat semua orang berhenti gerakan makan dan menatap kepadanya.

Vaina mengangkat kepalanya dengan sembong dan memasang gaya tinggi hati, "Berikan salam tahun baru"

William mengerutkan alisnya dan menoleh ke Ellen, "Sudah siap makan?"

Ellen mengedipkan matanya dan mengangguk.

"Ayo" William meletakkan sumpitnya dan menyeka mulutnya sebelum memegang tangan Ellen dan membawanya meninggalkan ruang makan.

"Abang ketiga, Ellen masih belum memberikan salam tahun baru kepadaku" Vania menatap ke William dengan keluhan.

William melirik kepada Vania dengan ekspresi yang tidak senang.

Karena mengingat hari ini adalah hari pertama tahun baru, William tidak memarahi Vania.

Akhirnya William memilih untuk membawa Ellen meninggalkan tempat.

"Ellen"

Melihat kondisi seperti ini, Vania langsung berdiri dari tempatnya dan memanggil Ellen dengan cemas.

Ellen menarik tangan William, memintanya untuk berhenti.

William menjilat bibirnya dan menoleh ke Ellen.

Sementara Ellen mengedipkan matanya dengan ekspresi aneh kepada William sebelum menoleh ke Vania.

Melihat William dan Ellen berhenti berjalan, Ellen menghela sebuah nafas dan melipat kedua tangannya di depan dada sebelum berkata kepada Ellen, "Kamu tidak mau memberikan salam tahun baru kepadaku itu karena kamu tidak menganggapku sebagai orang lebih tua darimu?"

"........." Ellen memang tidak pernah menganggap Vania adalah orang tua darinya, Ellen menganggap Vania itu tante-tante, hehe.

Ellen menatap ke Vania dengan tatapan terang, "Tante, selamat tahun baru"

Mendengar kata-kata Ellen, sebuah senyuman puas terpasang di wajah Vania, dagunya pun terangkat semakin tinggi, dia terlihat seperti seolah-olah telah mengalahkan Ellen.

Vania mengeluarkan sebuah batuk kecil sebelum mengambil setumpuk uang yang di atas meja itu dan berjalan ke hadapan Ellen, kemudian meletakkan uang itu ke telapak tangan Ellen, "Bagus, ini untuk kamu!"

"........." Ellen tertawa sampai matanya menyipit, dia melambaikan duit itu kepada Vania, "Terima kasih tante........"

Vania tertawa dan kembali ke tempat duduknya sendiri.

Melihat tingkah laku Vania, sudut mulut semua orang pun bergetar beberapa saat.

Vania berusia dua tahun lebih tua dari Ellen, tetapi pada usia mental, paling tidak Vania berusia lebih kecil lima tahun dari Ellen, memang terlalu kekanak-kanakan!

...............

Di dalam ruang tamu.

Ellen dan William duduk di atas sofa.

Sudut mulut William bergetar ketika dia melihat Ellen sibuk menghitung uang yang diberikan Vania.

Setelah menghitung, Ellen menatap ke William dengan tatapan terang yang berkedip, "Paman ketiga, coba tebak seberapa banyak uang di tanganku sekarang?"

Melihat ekspresi Ellen yang senang, William tidak tega menghancurkan kebahagiaannya, "Sepuluh ribu dollar?"

Ellen menggelengkan kepalanya dengan senyuman, "Dua puluh ribu dollar!"

Sudut mulut William terangkat.

"Paman ketiga, apakah aku mau pergi memberikan salam tahun baru lagi kepada tante?" Sambil menyimpan uang itu ke dalam tas, Vania membuat rancangan, "Kalau memberikan salam tahun baru 5x, berarti aku bisa mendapat sepuluh ribu dollar. Kalau dihitung per jam, aku bisa mendapat dua puluh ribu dollar lebih, kalau dihitung per detik, aku pasti kaya"

William, "........."

Waktu Ellen sedang berpikir tentang hal itu, Vania kebetulan keluar dari ruang makan.

Sudut mulut Ellen terangkat, dia langsung berdiri dan bergegas berjalan kepada Vania.

William, "......." Dia mengira Ellen hanya bercanda saja.

Melihat Elllen berlari kepadanya dengan senang, Vania merasa kaget.

Ellen berdiri di depan Vania dan berkata, "Tante selamat tahun baru! Semoga tante semakin cantik"

Vania merasa kaget dan menatap ke Ellen dengan wajah kaget, "Ellen, kamu sedang melakukan apa?"

"Memberikan salam tahun baru tante!" Ellen berkata.

"......Oh" Wajah kecil Vania tidak terlihat enak, dia menatap ke Ellen dengan tatapan aneh dan berjalan melewatinya.

"Tante , aku sudah memberikan salam tahun baru kepada kamu" Ellen berkata dengan nada suara natural sambil menghalang di hadapan Vania dan mengedipkan matanya dengan polos, "Angpao"

Vania, "......." Ellen, apakah kamu sedang mempermainkanku?!

"Tante selamat tahun baru!" Ellen menatap ke Vania dengan polos sambil senyum.

Vania melirik ke Ellen.

"Vania, aku sudah mendengar Ellen memberikan salam tahun baru kepada kamu"

Mila dan Demian keluar dari ruang makan, waktu berjalan melewati Vania dan Ellen, Demian menepuk bahu Vania dengan senyuman.

Sementara Mila berkata, "Cepat berikan dia angpao"

Vania mengerutkan alisnya dan menatap ke Mila dan Demian dengan wajah meragu.

"Aku juga bisa mendengarnya"

Gerald juga mendengar kata-kata Ellen dari ruang makan, sehingga dia meletakkan piringnya dan keluar membantu Ellen.

Wajah Vania terus bergetar dengan tidak senang.

Karena sudah tidak ada solusi lain, Vania berkata, "Aku sudah tidak memiliki uang cash!"

"Tante "

Ellen mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Vania dengan senyuman.

Vania tidak mengerti, "Buat, buat apa?"

Mila Dilsen yang duduk di atas sofa menoleh ke arah Ellen dengan senyuman, "Transfer lewat mobile banking!"

Vania, "..........." Dia menatap ke Ellen dengan wajah tidak percaya, Ellen benar-benar adalah wanita yang licik!

Ellen mengedipkan matanya kepada Vania.

Vania menarik nafas dan mengambil ponsel Ellen dengan kuat sebelum mengirim uang 40 juta rupiah sambil menggigit giginya.

"Angpao sudah kuberikan kepada kamu!" Vania mengembalikan ponsel Ellen dengan marah dan ingin meninggalkan tempat.

Ellen menjilat bibirnya dan mundur selangkah, sekali lagi menghalangi kepergian Vania yang sedang marah.

"Ellen, kamu masih mau apa?" Vania meliriknya.

"... Berikan salam tahun baru!" Ellen hampir tertawa ketika dia melihat ekspresi Vania yang seolah-olah ingin membunuh Ellen.

"Ellen......"

"Tante selamat tahun baru!" Ellen berkata dengan senyuman manis.

Vania, "......." Melihat Ellen memberikan ponselnya kepadanya lagi, wajah Vania langsung memerah.

"Tante............."

"Apakah aku meminta kamu memberikan salam tahun baru kepadaku?" Vania tiba-tiba menarik nafas dalam dan berkata dengan senyuman sambil melihat kedua tangan di depan dadanya.

Ellen menyimpan ponselnya, wajah putihnya memasang ekspresi yang sedang berpikir keras, setelah beberapa saat, Ellen berkata, "Kalau begitu, tante apakah kamu masih ingin aku memberikan salam tahun baru kepadamu?"

"Tidak perlu!" Vania berkata.

"Tidak perlu lagi ya, oke, aku sudah mengerti" Setelah berkata, Ellen langsung berputar balik tangannya.

Vania menatap bayangan belakang Ellen selama beberapa detik sebelum tiba-tiba menyadari dirinya telah dipermainkan oleh Ellen.

Ellen bukan sedang membohongi angpao, tetapi sedang sengaja mempermainkan Vania!

William yang duduk di atas sofa menatap ke Ellen yang sedang berjalan kepadanya dengan tatapan yang penuh dengan kasih sayang dan kelembutan.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu