Hanya Kamu Hidupku - Bab 367 Ellen, Kamu Sangat Hebat!

Louis mengatakan tiga kata terakhir dengan tangisan dan emosi yang sangat tinggi dan sakit hati yang sangat ekstrim!

Meskipun begitu, William tetap meminta orang untuk mengantar Marlin pulang.

Setelah Marlin pergi, dua orang yang sedang 'menonton keramaian' di lantai dua juga masing-masing kembali ke ruang baca dan kamar tidur.

William menatap ke lantai dua dengan mata menyipit sebelum menoleh ke Louis yang sedang menangis dengan sedih sambil menundukkan kepalanya, "Aku akan meminta Darmi untuk menyiapkan kamar tidur, malam ini anda istirahat di sini saja"

Louis langsung menyeka air matanya dan menoleh ke William dengan mata memerah, "Iya"

William menghela nafas panjang secara diam-diam sebelum pergi mencari Darmi.

Setelah William pergi, Louis langsung memegang tangan Ellen dan berkata sambil menangis, "Ellen, maaf, ibu benar-benar tidak mengetahui semua ini. Maaf, benar-benar sangat maaf"

Ellen mengulurkan tangannya dan menyeka air mata Louis sambil berkata dengan suara lembut, "Tidak apa-apa bu, semuanya sudah berlalu"

"Hidup sampai usia setua ini, aku benar-benar menjalani semuanya dengan sia-sia. Aku menjalani setengah kehidupanku dengan dibodohi" Louis berakta dengan sedih.

Ellen mengerutkan alisnya dan merasa tidak enak di dalam hati.

"Kamu dan William seharusnya tidak ingin bertemu dengan siapa pun yang berhubungan dengan Rosa, malam ini seharusnya aku tidak membawa dia datang" Louis merasa sangat nyesal.

"Anda sudah berteman dengannya selama puluhan tahun, anda juga sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi di masa lalu, dia datang meminta tolong kepada anda dan anda menjadikan kesusahan dia sebagai kesusahan anda sendiri, merasa cemas dan khawatir untuknya, aku mengerti semua itu, pemana ketiga juga mengerti" Ellen berkata dengan lembut.

Mendengar kata-kata Ellen, Louis malahan merasa semakin bersalah.

Berpikir dalam beberapa tahun ini bagaimana Rosa berpenampilan baik dan pengertian kepadanya, hati Louis merasa sangat pahit!

Jelas, Rosa mempergunakan Louis seperti orang bodoh dalam beberapa tahun ini.

Rosa mencari segala cara untuk membuat Louis memberikan obat kepada William, setelah kecelakaan, Rosa bahkan berpura-pura tidak sengaja menceritakan kelahiran Vania yang sebenarnya....

Dari semua hal ini, bisa melihat seberapa licik dan kejamnya!

Louis sendiri yang terlalu bodoh, dalam waktu begitu banyak tahun, Louis tidak pernah menyadari penampilan Rosa yang sebenarnya!

Untungnya malam itu William berhasil mengontrol dirinya, kalau William dan Rosa benar-benar....

Louis tidak akan memiliki wajah untuk bertemu dengan Ellen, William dan cucunya!

Louis menutupi kedua matanya, hatinya terasa dingin dan bersalah.

.....

Setelah Darmi selesai menyiapkan kamar tidur, Louis pun masuk ke dalam kamar sambil melamun dengan wajah sedih.

Sementara William dan Ellen duduk di sofa dengan sunyi beberapa saat.

Setelah itu, William baru berdiri dan mengendong Ellen ke kamar tidur di lantai dua.

William mengendong Ellen ke dalam kamar mandi, setelah mandi, mereka berdua saling berpelukan di atas tempat tidur.

William mengelus rambut Ellen yang panjang dengan lembut dan berkata, "Ayo tidur"

Ellen menyandarkan kepalanya di dada William, setelah hening beberapa saat, dia baru berkata dengan suara kecil, "Aku agak khawatir dengan ibu"

Tangan William berhenti bergerak.

William menoleh ke William sebelum menatap ke bawah lagi, "Baru-baru ini dia mengalami terlalu banyak masalah, semua masalah itu menyebabkan sakit hati yang ekstrim untuknya, suami, anak, teman..... percintaan, kekeluargaan dan persahabatan semuanya melukai dia"

William meletakkan dagunya di dahi Ellen, "Semuanya akan menjadi agak baikan seiring waktu berlalu"

"Mana mungkin begitu mudah" Ellen mengerutkan alisnya.

"Harus secepatnya melupakan semua hal yang menyakitkan itu baru bisa menikmati keindahan hidup di masa depan" William berkata.

Ellen memejamkan matanya, "Semoga semua ini bisa berlalu dengan cepat"

Baru-baru ini keluarga Dilsen mengalami terlalu banyak hal yang tidak bagus, setiap hari terasa abu-abu.

Semoga semuanya bisa cepat berlalu!

Kalau sudah berlalu, semuanya pasti akan menjadi baikan!

William memeluk Ellen dengan erat dan mencium hidung Ellen, "Ayo tidur"

"Selamat malam, sayang"

"Iya"

.....

Besok harinya, berita Perusahaan Manda menghadapi resiko bangkrupt tersebar kemana-mana, hampir semua media mempublikasikan masalah ini, semua topik utama di sosial media adalah berita Perusahaan Manda menjadi bangkrut!

Louis tidak tidur selama satu malam, di tambah usianya sudah tua, dia terlihat sangat sedih dan kuyu.

Nurima jarang-jarang datang ke kota Tong, Ellen dan William berencana mau membawa Nurima mengunjungi tempat-tempat wisata dan bersejarah. Oleh karena itu, mereka pun mengambil cuti sehari untuk Tino dan Nino agar mereka sekeluarga bisa jalan-jalan bersama.

Louis awalnya tidak ingin pergi, tetapi di bawah bujukan Ellen, Tino dan Nino, Louis akhirnya setuju mau pergi bersama mereka.

Untuk mempertunjukkan ketulusannya, William tentu saja sudah menyiapkan peta perjalanan hari ini dan mengatur semua lokasi makan dan istirihat sebelum berangkat.

Louis sudah banyak tahun tidak mengelilingi kota Tong, perjalanan kali ini membuat dia sadar kota Tong telah mengalami perubahan yang lumayan besar, hal ini juga berhasil membuat Louis melepaskan beban di dalam hatinya dan fokus pada perjalanan kali ini.

Pada saat menjaga Nurima, Ellen juga tidak lupa memperhatikan Louis, pada saat melihat sebuah senyuman tulus membentuk di wajah Louis, hati Ellen yang berat baru terasa agak lega.

Berangkat pada pagi hari, mereka kembali ke rumah pada malam hari jam 10 lebih.

Setelah pulang, Nino dan Tino yang kecapekan langsung berbaring di sofa tanpa bergerak.

William dan Darmi menarik mereka ke lantai atas dan memandikannya sebelum mengurus mereka tidur.

Nurima menyandar di sofa dengan malas, melihat Ellen turun dari lantai bawah dengan celana dan kemeja yang basah, senyuman Nurima pun menjadi semakin dalam.

Nurima merasa Ellen benar-benar telah menikahi pria yang baik.

"Nenek, bu, hari ini kalian telah berjalan seharian, pasti sangat capek, ingat tidur lebih awal" William yang turun dari lantai atas duduk di samping Ellen sebelum berkata kepada Nurima dan Louis.

Akhirnya.

Louis dan Nurima pun kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat.

Di ruang tamu hanya sisa para pemuda.

William menjilat bibirnya dan menatap ke Dorvi Nie dan Samsu Ming tanpa berkata apa pun.

"Sayang, ini"

Ellen mengambil sebutir stroberi dan menyuapi ke mulut William.

William yang tidak sempat menghindari membiarkan Ellen memasukkan stroberi tersebut ke dalam mulutnya begitu saja.

"Hehe" Ellen menatap kepadanya sambil tertawa dengan kepala miring.

William mengerutkan alisnya dan menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya.

Melihat William makan stroberi itu, Ellen mengambil sebutir anggur dan menyuapinya lagi.

"Jangan ribut!" William mendorong tangannya.

"Enak loh!" Ellen berkata dengan mata membesar yang tulus.

Sudut bibir William bergetar, "Kalau enak, kamu makan lebih banyak saja!"

"Kamu coba satu juga" Ellen mencoba untuk menyuapinya lagi.

"Pei!" William menghentikan Ellen dengan tegas.

Sementara Ellen malah bereaksi dengan bahagia, keinginan bermain dia memuncak, sehingga dia terus ingin menyuapi William.

William menatap ke Ellen dengan wajah tidak tahu harus berkata apa, dia sangat ingin menganggu Ellen sekarang, agar dia tidak berani bermain dengannya lagi!

"Makan satu saja" Ellen setengah menyandar ke William dan menatapnya dengan mata berkilau yang manja.

William terus menatap kepadanya.

"Oke?" Ellen memasukkan satu butir anggur ke dalam mulut William.

William mengerutkan alisnya dengan erat dan makan anggur tersebut.

Melihat William telah menelan anggur tersebut, Ellen pun mau mengambil buah lain lagi.

Kelopak mata William bergetar, dia langsung bereaksi dan menghentikan Ellen dengan mengendong dia ke lantai atas.

Jantung Ellen berdebar dengan cepat, dia menatap ke William dengan tatapan berhati-hati.

William menundukkan kepalanya dan menatap ke mata Ellen.

Bola mata Ellen berputar dan dia berbisik dengan suara kecil, "Abangku masih di sini"

Ekspresi William menggelap dan memasang wajah jelas tidak peduli.

Kenapa Ellen tidak berpikir bahwa abangnya masih di sini ketika dia bermain begitu di depan semua orang?

Ellen tertawa dan mengelus wajah William, "Sayang, aku menyadari bahwa kamu lumayan imut"

"....Apakah aku boleh melempar kamu ke bawah?" William melirik kepada Ellen.

Ellen tertawa dengan senang, "Aku tidak percaya kamu tega melempar aku"

William memejamkan matanya, setelah membuka matanya kembali, langkah kakinya menuju ke kamar pun menjadi semakin cepat.

Hal itu membuat Ellen merasa bingung.

Setelah masuk ke dalam ruang tidur.

William benar-benar 'melempar' Ellen ke tempat tidur yang besar, seolah-olah telah marah, William mengangkat tangan Ellen ke posisi atas kepalanya dan mencium bibir Ellen yang panik dengan kuat.

Ciuman itu pun berlangsung dengan hangat dan dalam.

Ellen mengangkat kepalanya dan menerima ciuman William.

Ellen mengira William hanya akan menciumnya dengan sekedar sebagai hukuman.

Saiap tahu, seiring dengan keberlangsung ciumannya, pakaian di atas tubuh mereka pun menjadi semakin berkurang.

Jantung Ellen berdebar dengan kencang, dia melepaskan tangannya dari pegangan William dan melingkari lehernya sambil meantapnya dengan tatapan seperti kucing kecil, "Sayang, kamu...."

Tatapan William menjadi semakin menggelap dia menatap ke Ellen dengan dalam dan memegang kaki Ellen yang putih dan lembut.

Ellen menarik nafas dan menatap kepada Ellen dengan mata membesar yang panik.

"Apakah kamu tidak tahu aku tidak menyukai makan makanan itu?" William berkata sambil menurunkan tubuhnya.

"....anak" Ellen menatapnya dengan gugup.

"Aku tahu, aku tahu batas" William berkata dengan nada suara serak.

Ellen memeluk William dengan erat dengan tatapan yang lembut.

"Kamu masih menampilkan penampilanmu yang tidak mengontrol diri itu ketika kamu tahu abangmu dan Samsu Ming itu berada di sana, benar-benar meminta dipukul!" William berkata dengan marah dan mendalami gerakannya.

Ellen mengerutkan alisnya, gerakan William ini membuat air matanya hampir mengalir keluar.

"Kalau lain kali kamu masih berani menampilkan penampilan tadi di depan pria lain, aku tidak akan melepaskan kamu!" William mengigit wajah Ellen dengan kuat.

"Aku tidak akan begitu lagi. Kamu agak hati-hati" Ellen menarik rambut pendek William dan berkata dengan khawatir.

William mengelus perut Ellen dengan lembut dan hati-hati, "Apakah kamu tidak tahu aku akan marah?"

Ellen mengangguk dengan lembut.

William tertawa dengan dingin, "Bagus, tahu aku akan marah kamu masih begitu! Ellen, kamu benar-benar sangat hebat!"

Ellen mengerutkan alisnya dan mengelus wajah William, "Aku hanya ingin membiarkan Samsu Ming tahu bahwa aku hanya mencintai kamu dan hubungan kita sangat baik, sangat saling mencintai, keberadaan dia di sini sama sekali tidak berarti"

William memeluk Ellen dengan erat, "Kalau dia ingin tinggal di sini dan melihat kita saling mencintai setiap hari, aku tidak menolak! Perbedaannya hanya aku perlu lebih membiayi beras satu orang, suamimu tidak pelit sampai begitu!"

"Aku takut kamu akan merasa tidak senang" Ellen berkata dengan suara lembut.

"Aku memang merasa tidak senang, tetapi yang membuat aku tidak senang bukan keberadaan Samsu Ming, tetapi penampilanmu yang indah dilihat olehnya, hal ini memberikan dia keuntungan yagn terlalu besar!" William berkata dengan dingin dan serius.

Wajah Ellen memerah, sudut bibirnya terangkat dan dia melihat ke William dengan malu, "Jijik!"

William mengangkat alisnya dan mencium Ellen lagi, "Hanya begitu kepada kamu!"

Hati Ellen langsung terasa manis seperti baru saja makan madu.

Iya, pria tua kalau mulai bersikap masrah, benar-benar sangat menjijikkan!

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu