Hanya Kamu Hidupku - Bab 502 Membujukmu Lalu Mendapatkanmu

Pani dengan tenang bersandar pada Yumari, lalu mendengarkan dia berbicara.

Yumari masih saja membahas beberapa topik tersebut, namun Pani tidak menjawabnya.

Sudah hampir jam sepuluh.

Yumari mengakhiri pembicaraan ini dan menghela napas. Dia berkata : “Kamu baru saja ujian masuk perguruan tinggi hari ini, kamu pasti sudah capek, jangan terlalu banyak dipikirkan, istirahatlah lebih awal.”

Yumari selalu beristirahat awal, dengan patuh, Pani melepaskan genggamannya dari Yumari dan berkata: “nenek, kamu cuci muka dan gosok gigi dulu, setelah nenek siap aku akan menyusul.”

“Tidak perlu.” Yumari menutup matanya, ”kamu duluan saja, nenek cuci dikamar saja.”

Pani terdiam sejenak, melihat kearah Yumari, “nenek tidak tidur bersamaku?”

“sudah berapa usiamu, masih butuh orang untuk menemani kamu tidur?” Yumari tertawa sambil mengangkat kepalanya melihat Pani.

Pani cemberut, “kan sudah janji, hari ini akan menemaniku tidur.”

Yumari mengerutkan bibirnya, "hari ini tidak bisa."

"... Kenapa?" Pani bertanya-tanya.

Yumari terbata-bata berkata, "Dapur belum dibersihkan, jadi nenek harus pergi untuk membersihkan dapur dulu. Ketika selesai, kamu pasti sudah tidur, nenek takut mengganggu kamu beristirahat."

"dapur belum dibersihkan? Kalau begitu aku akan membersihkannya bersamamu." Pani percaya apa yang dikatakan nenek, dia menurunkan kakinya dari tempat tidur, bersiap bangun dari tempat tidur.

“….sudahlah, tidak banyak yang harus dibereskan, nenek sendiri saja sudah cukup.” Yumari memegang satu kaki Pani dan menatapnya.

Pani tertegun menatap Yumari, matanya melihat dengan penuh curiga.

Yumari melihatnya dan tersenyum, “anak ini, kamu mau tidur dengan nenek malam ini? Baiklah, nenek akan menemanimu. Nenek membereskan dapur dulu sebentar, setelah itu baru kembali lagi kesini.”

Yumari berdiri dan berjalan menuju pintu sambil berkata, “kamu cuci muka dulu, setelah membereskan dapur nenek akan kembali lagi.”

Pani melihat punggung Yumari yang menjauh, matanya masih terlihat keraguan namun ia tidak memikirkannya, dia tersenyum sambil berkata, “baiklah.”

……

Yumari berjalan keluar pintu, ketika baru keluar tidak jauh dari pintu, dia menutup mulutnya dan tiba-tiba terbatuk-batuk.

Yumari menoleh melihat ke arah pintu, dia khawatir Pani akan mendengar, dia bergegas kembali ke kamarnya sendiri.

Sesampainya dikamar, Yumari langsung pergi ke meja di samping tempat tidur, dengan tangan bergetar menarik laci, dari situ ia mengeluarkan botol obat berwarna cokelat, melepaskan tutup botol, mengeluarkan obat dengan dosis dua kali lipat dari biasanya, dan mengangkat kepalanya lalu memasukkannya ke dalam mulut.

Obat itu meluncur ke tenggorokan.

Yumari membalik badannya, lalu duduk di atas kasurnya, menyandarkan kepalanya ke atas kasur, terengah-engah sambil memegangi dadanya.

Setelah beberapa menit, Yumari perlahan pulih.

Dia melirik ke pintu, perlahan-lahan duduk tegak, menatap botol obat yang dipegang erat, matanya bergetar.

……

Ke esokkan harinya.

Sebelum Sumi datang menjemput Pani.

Telepon dari Lira datang terlebih dahulu, “Pani, kemarin kelas tembikar kedatangan cogan, sangat tampan, kamu mau lihat ngak?”

Pani, “….”dia memikirkan teman yang menemaninya sejak kecil selama 20 tahun ini, Sumi?

“Aku akan mengirimmu alamatnya, kamu datanglah dengan cepat.” Lira berkata apa berbuat apa.

“aku….”

“aku menunggumu, Pani.”

Pani baru saja membuka mulut, Lira sudah selesai berkata.

Setelah berbicara, dia menutup panggilannya, dan sama sekali tidak memberi kesempatan Pani kesempatan berbicara.

Pani hanya terdiam.

Melepaskan telepon dari telinganya, Lira mengirimkannya alamat kelas tembikar.

Pani, “……”

……

Dengan rasa ingin tahu tentang tembikar, Pani mengirim pesan kepada Sumi, memberi tahu dia bahwa kakak iparnya mengajaknya untuk melihat-lihat di kelas tembikar, dan dia akan menghubunginya setelah selesai.

Tentu saja, Pani jelas tidak cukup bodoh untuk memberi tahu Sumi bahwa Lira memintanya pergi ke kelas tembikar untuk melihat cogan.

Pani memberitahu Yumari, bahwa dia akan keluar ke kelas tembikar Lira.

Di kelas tembikar, Pani awalnya hanya berdiri di luar dan melihat-lihat.

Ada beberapa baris vas seni keramik di depan kelas tembikar. Ada berbagai macam jenis dan pola. Vas tersebut diisi dengan berbagai macam bunga warna-warni secara beraturan, Sangatlah indah!

Dilihat dari luar, seluruh bangunan merupakan model lama, dan pintunya juga model lama, jadi terasa sangat klasik.

Tampaknya jika kamu mendorong membuka pintu dan masuk, kamu akan mencapai dunia lain.

Pani mengangkat alisnya.

Diaktakan bahwa kita tidak dapat menilai sesuatu dari penampilan luar, dia berpikir dengan temperamen Lira yang seperti itu tempatnya pasti sangat meriah dan tidak wajar.

Tidak pernah terkirakan ternyata seperti ini.

Setelah dilihat.

Pani tertawa lalu melangkah dan membuka pintu.

Begitu dia membuka pintu, Pani melihat Lira menggunakan celemek duduk di atas kursi kayu, memegang tanah liat di tangannya, dengan lembut dan fokus membuat sebuah guci.

Seolah yang ia hadapi bukanlah guci melainkan kekasihnya sendiri.

Pani kembali terdiam.

Lira mendengar suara pintu terbuka dan mendongak, seolah tahu bahwa Pani yang datang, dia tersenyum lalu berkata, “duduklah dimana saja.”

Pani mengerutkan mulutnya, sembarangan mengambil sebuah bangku kecil, melihat dia membuat guci.

“kamu datang terlambat, cogannya sudah pulang.” kata Lara Gu.

Pani membuka bibirnya, “aku pun tidak datang untuk melihat cogan itu.”

Embusan angin bertiup dari luar pintu, menghembus helaian rambut di belakang telinga Lira menjadi acak, sampai ke pipinya yang lembut dan indah. Dia sedikit mengernyit, mengerutkan bibirnya dan meniup rambut yang melayang ke hidungnya dua kali, dan menatap Pani sambil tersenyum. " pak tua di rumah lebih menarik daripada “brownies”. Tentu saja tidak tertarik dengan “brownies”."

Wajah Pani memerah, "pak tua mana bisa dibandingkan dengan “brownies”."

“wanita, memang lain dimulut, lain dihati.” Lira berkata.

Telinga Pani memanas, “bukankah demikian?” pasangan dirumah begitu baik, tetapi mengapa beberapa orang tidak dapat menahan diri ketika melihat “brownies”? ketika melihatnya aku juga bersemangat.

"..." Lira terkejut. Dia sangat mengerti apa yang tersembunyi dalam kata-kata Pani, dia tertawa dan menatap Pani dengan wajah memerah. Apakah aku sama dengan kamu? Aku sudah melihat pasanganku selama 20 tahun lebih, kalu tidak mencari “brownies” untuk dilihat atau sebagai perbandingan, saya akan mengalami kelelahan dan tidak dapat menemukan kebaikan pasangan lamaku. Saya melihat “brownies” untuk membandingkannya dengan pasanganku dan membuktikan bahwa penglihatanku tidak salah memilihnya. "

Sudahlah!

Alasan seperti ini, mau tak mau harus menerimanya!

Pani Terdiam sejenak, “kamu menang!”

“hahaha.” Lira tertawa dengan bangga, karena tertawa, kedua tangannya menjadi bergetar, guncangan ini membuat guci yang baru dibentuk tangannya menjadi miring.

Lira cemberut dan berkata, “lihatlah, ini salahmu.”

Pani membuka lebar matanya, “apa urusannya dengan aku!”

Lira, “….” menatap Pani.

Pani menatapnya dengan sangat tenang.

Lira menelan ludah, dan berkata dengan marah, "Kamu benar-benar ... tidak bisa menjaga kata-katamu!”

Bukankah dia adalah kakak ipar calon suaminya?

Dia berani berkata kasar didepannya!

Tidakkah ia takut dia membencinya dan berbicara buruk tentangnya di depan calon mertuanya?

Pani cemberut, melihat tembikar tanah liat yang dimainkan oleh Lira, “bisakah kau mengajariku?”

“Tidak bisa!” Kata Lira marah.

“tidak mau ya sudah.” Pani berkata sambil memalingkan pandangannya.

Lira, “….”

Dia sudahlah tidak membujuk calon kakak iparnya, masih begitu sombong, apakah dia benar-benar tidak ingin menikah dengan lancar?

Lira frustrasi dan menatap Pani dengan pura-pura, "kau telah menyinggung perasaanku, habislah kau!"

"Oh," kata Pani.

Lira menangis marah, "kau sudah membuatku sangat marah!"

Pani menatap Lira, dari matanya yang indah terlihat senyuman ringan.

Lira melihat dengan jelas baru menyadari dan mengerti, Pani sengaja mengerjainya.

Lira dengan cemberut menatap Pani, “mengapa kamu seperti ini,aku semakin menyukaimu, bagaimana ini?”

Pani sedikit bernafas, memperhatikan Lira Gu

Untuk sesaat, Pani mengerutkan bibirnya, suaranya sedikit kering, "Kau, kau seorang masokis!"

Lira menggertak dan berkata, “kamu ini, ada orang berkata menyukaimu, kau hanya perlu berterima kasih dan menerimanya, mengapa kau harus begitu canggung !"

Pani menggerakkan alisnya dan tidak mengatakan apa-apa.

Lira menatap Pani, lalu menghela nafas, dan berkata, "Ayo, aku akan mengajarimu."

“bukankah kau tidak mau mengajariku?” Pani menjadi sok jual mahal.

Lira menggertakkan giginya dan menatap galak Pani.

Pani sedikit menggigit bibirnya lalu bangkit dan berjalan.

Setelah diajar dengan sabar oleh Lira selama hampir dua jam, Pani akhirnya menyelesaikan pekerjaan kerajinan pertamanya. Meskipun jelek, Pani sangat bangga, dan merasa bahwa dia memiliki bakat.

Lira menyipitkan mata pada Pani, tetapi bergumam, "Aku belum pernah melihat seorang wanita dengan tangan yang tidak berseni seperti itu!"

Pani benar-benar tidak berseni sekali.

Saking tidak berseninya sampai mengikat ikatan kupu-kupu pun tidak bisa!

Dia telah menonton banyak tutorial video tentang cara mengikat ikatan kupu-kupu, tetapi dia tidak bisa mengikat dengan bagus, hal ini membuatnya sangat sedih.

Dia berpikir dengan tangan sendiri membuat sebuah gelas bisa menghilangkan tangan tidak berseninya itu.

Berpuas diri belum sampai tiga detik, sudah mendengar kata-kata Lira.

Suasana hati Pani menjadi jelek, dan dia memandang Lira tidak yakin, "apa yang bisa kau lakukan untuk pertama kalinya?"

“bukannya membual, setidaknya sepuluh kali lipat lebih bagus dari milikmu!” Lira mengangkat dagunya berkata dengan bangga.

“bukankah ini sebuah bualan!” Pani mengerutkan bibirnya.

Lira dengan cepat, “kalau bukan karena aku sudah lupa dimana meletak hasil karya pertamaku, aku pasti sudah mengeluarkannya untuk membandingkannya dengan punyamu!”

“itu artinya kamu hanya menggertak saja tanpa bukti?” Pani mengangkat tangannya ke bahu.

Lira, “…” merasa kalu mereka menjadi biarawati, pasti tidak dapat harmonis!

Belum pernah melihat orang yang lebih menyebalkan darinya!

……

Sekitar jam dua belas siang, Lira tiba-tiba berkata, "Kita harus segera beranngkat."

Pani sedang bermain dengan "karya seni" -nya. Dia mendengarkan Lira dan menatapnya dengan bingung, "Pergi? Pergi kemana?"

"Orang tuaku berkata untuk makan bersama pada siang hari," kata Lira.

Pani, “…..”

Lira berjalan kearah Pani yang berkedip, “sebenarnya, bukanlah ide saya untuk menajak kamu kelaur hari ini, itu adalah ide calon mertua mu.”

Calon mertua?

Pani sangat malu, memandang Lira dan terdiam sejenak baru berkata, “mengapa kamu baru bilang sekarang?”

“oh, ini juga merupakan ide calon mertua mu, dia takut kau akan malu dan menolak ajakannya. Dia sengaja menitipkan pesan kepadaku jangan pernah bilang dia dan ayah ingin bertemu denganmu.” Kata Lira.

Pani, “…..”

“jika kau tidak berada dalam masa-masa ujian masuk perguruan tinggi, Sumi sengaja 'memperingatkan' kedua orang tuanya untuk tidak 'mengganggu' kau, kalau tidak, bagaimana mereka bisa menunggu sampai sekarang untuk mengundang kau untuk bertemu dengan mereka melalui aku. Aku rasa orang tuaku takut akan mimpi malam, dan menantu perempuan melarikan diri. Sehingga tidak sabar untuk membujukmu, menyogokmu, merayumu ... lalu mendapatkanmu!”

Pani, “…..”

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu