Hanya Kamu Hidupku - Bab 197 Telah Tercetak di Hati

Venus melihat Rosa, pandangan menerang, tetapi tetap tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.

"Aku rasa dia mungkin ada kurang dalam kepribadiannya."

Rosa menyipitkan matanya, melihat Venus "aku dengar dulu panti asuhan totalnya ada 32 anak perempuan. rata-rata berumur tiga sampai empat tahun, semua pernah diperkosa, caranya sangat mengerikan. masalahnya sudah mau lewat dua puluh tahun.”

"... Sama sekali, sama sekali bukan begitu." Venus tangan yang menggenggam sumpit secara tidak terkontrol gemetar, wajahnya mulai pucat.

Bukan begitu ?

Rosa melihatnya, "Polisi ketika melakukan pengecekan, dari seorang anak perempuan yang baru saja diperkosa mendapatkan DNA nya, masa palsu ?"

"Dia difitnah." Venus sepasang mata melihat Rosa, berkata.

"Fitnah ? Mengapa kamu bisa tahu ?"

"Karena aku... "

"Karena kamu kenapa ?" Rosa melototnya.

Venus memejamkan mata, Wajahnya dikarenakan menahan sesuatu membiru dan urat wajahnya sampai timbul.

Rosa mengerutkan keningnya, saat Venus memejamkan mata, dengan cepat terpikir sesuatu.

Beberapa saat kemudian.

Venus membuka kedua matanya, melihat Rosa, selain matanya sedikit merah, kondisi sudah kembali stabil, " Kak Rosa, kita sudah kenal beberapa tahun, aku selalu menganggapmu sebagai sahabat, teman baik. denganku, kamu tidak perlu basa-basi."

Sejenak, Venus menghirup nafasnya, " Benar, sebetulnya aku bukan anak kandung papaku, papa mengadopsiku ketika aku berumur tiga tahun."

Rosa, ".... "

"Kak Rosa, mengapa kamu harus menghabiskan tenaga untuk memeriksaku, kalau kamu ingin tahu, bisa bertanya kepadaku, terhadapmu, aku tidak akan menyembunyikannya. " Venus menjawab.

".... Venus. "

"Tidak sangka, selama ini sahabat yang kuanggap, sedang memeriksaku, kalau terpikir, aku juga merasa sangat lucu. " Venus mengejek sendiri.

Rosa menggigit bibir, menatap Venus, "Venus, kamu salah paham, aku hanya kebetulan mendengar gosip ini, merasa kemungkinan ada orang yang sengaja menjelekkan, aku memeriksanya, hanya ingin membuktikan bahwa gosip itu palsu, supaya dia tidak merusak namamu, menjelekanmu, menyakitimu. "

"Benarkah ?" Venus melihat Rosa, ekspresi tidak lagi begitu dingin dan sedih, pandangan menampakkan gelisah dan ragu.

Rosa dengan cepat merubah pandangan sepasang mata, mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Venus, tersenyum dan berkata, " Tentu saja, Kamu menganggapku sebagai sahabat, didalam hatiku, kamu juga begitu."

Venus dengan ringan mengerutkan keningnya, "Sekarang kamu sudah tahu kalau aku bukan anak kandung, apakah kamu akan memandang rendah aku ?"

"Kamu berpikir kemana, Aku tulus menganggapmu sebagai teman." Rosa menjawab.

"Syukurlah. Kak Rosa, bisa memiliki teman yang tulus dan baik terhadapku, aku sangat beruntung." Venus berkata.

Rosa memejamkan mata, tersenyum.

"Tidak usah bahas lagi, mari kita makan. " Venus berkata.

Wajah Rosa sedikit tegang, mengangguk kepala.

"Oh iya Kak Rosa, kamu dengan Ellen sangat akrab ? Venus sambil makan tiba-tiba bertanya.

Rosa terdiam, melihat Venus, "Ehm. Ellen juga termasuk aku yang melihatnya besar, dia selalu memanggilku Bibi Rosa."

"Jadi hubungan kalian pasti akrab ya ?" Venus tersenyum dan berkata.

"... Ehm. " Rosa memaksa untuk mengangguk kepala.

"Besok aku rencana mau mengajak Ellen untuk pergi ke Vihara berdoa, Kak Rosa jika ada waktu luang, kami pergi sama-sama ya. " Venus mengajaknya.

Rosa terdiam, "Vihara ? Vihara mana? "

"Tentu saja Vihara Kwan Im yang paling ahli di kota Tong. " Venus menjawab.

"... maksudmu, Vihara Kwan Im jika mendoakan memiliki anak akan gampang memliki anak ? " Rosa menyipitkan mata.

Venus hanya tersenyum, tidak menjawab.

Satu tangan Rosa di bawah meja yang di taruh di atas kaki digenggam erat, menatap samping wajah Venus sejenak dan berkata, "Besok aku ada urusan, mungkin tidak bisa menemanimu, lain kali saja. "

Venus mengangguk kepala, "Tidak apa-apa, Urusan kerja lebih penting, Kalau begitu besok siang aku mengajak Ellen pergi bersama saja."

Siang....

Rosa menyipitkan matanya, "Ehm. "

"Mari makan Kak Rosa, rasanya lumayan enak."

Venus dengan akrab mengambilkan sayur untuk Rosa.

Rosa menunduk kepala melihat daging ayam di mangkuk, mata terdiam sejenak.

Hari ini dia mengajak Venus kesini, rencana ingin menggunakan rahasia "adopsi" ini, bersama dia membuat sebuah transaksi, tetapi hasilnya..

Rosa menggigit bibirnya, menoleh ke arah Venus,

Venus merasakannya, membalikkan kepala melihat Rosa, pandangan jernih dan tulus, "Kak Rosa, mengapa kamu melihatku begitu ? cepat makanlah. "

Rosa mengerutkan kening, berpikir mungkin sendiri terlalu banyak berpikir, tersenyum dan berkata, " Kamu juga makan."

Venus tersenyum, tetapi senyumannya tidak ikhlas.

....

Rosa dan Venus selesai makan keluar dari restoran, masing-masing berpamitan lalu membawa mobil tersendiri meninggalkan tempat.

Venus kembali ke rumah, waktu menunjukkan jam 8.30.

Menuju ke ruang tamu, ternyata hanya Pluto sedang duduk menonton drama aksi, tidak menemukan Vima dan Ellen.

Venus berjalan kesitu, duduk di sebelah Pluto, sepasang mata memandang ke lantai atas, dan bertanya, " papa, mama dan Ellen dimana ? "

Pluto dengan ramah melihat Venus, " mama dan adikmu di kamar sedang berbicara. dan kamu, sudah makan malam ? "

Venus terpikir restoran tadi, langsung mengerutkan kening.

Di tempat itu makan, dia mana mungkin bisa kenyang !

Ketika di restoran, dia sama sekali tidak banyak makan.

Tetapi Venus tetap menjawab, "Sudah."

Setelah itu, Venus mengambil tasnya menuju lantai atas.

Pluto melihat Venus, tidak berkata, melanjutkan dramanya.

.....

Venus kembali ke kamarnya, melempari tas ke sofa merah jambu di ruangannya.

Setelah itu memasuki ruangan pakaian, langsung membuang sederet pakaian ke lantai, mengambil satu helai baju berwarna putih dan merobeknya, wajah yang cantik sekarang berubah menjadi sadis dan gila, sepasang mata langsung memerah.

Dia tidak berteriak melampiaskan, tetapi merobek pakaiannya menjadi potongan-potongan kain, sampai akhir ruangan pakaian yang rapi menjadi berantakan, setelah itu dia baru dari ruang pakaian keluar, memasuki kamar mandi.

....

Kamar Ellen.

Ellen memakai piyama sedang duduk di ranjang, sedangkan Vima duduk di samping ranjang, tersenyum menggenggam tangan Ellen, " Ketika kamu masih kecil sudah sangat degil, papamu sangat memanjakanmu, mendadanimu seperti bunga, aku ingin memarahimu, papamu melarang, selalu mengatakan tidak rela.

Ellen terhadap bayangan Rainar Nie sudah tidak begitu ingat, tetapi perasaan dimanja Rainar, seperti telah tercetak di hati.

Jadi ketika mendengar Vima berkata begitu, Ellen mengangkat sudut mulutnya, Mata yang cerah terasa sedih.

Jika papa masih hidup, begitu bagusnya.

Tok tok ----

Tiba-tiba, suara ketukan pintu berbunyi.

Vima dan Ellen bersamaan menoleh ke arah pintu.

"Ellen, ini aku, kakak. aku boleh masukkah ?"

Suara Venus yang lembut keluar dari pintu luar,

Ellen belum sempat berkata, Vima sudah melepaskan tangannya, lalu menuju arah pintu.

Ellen melihat wajah Vima yang buru-buru, mata mulai menyipit.

Vima membuka pintu kamar, terlihat Venus memakai piyama sutra berdiri didepan pintu, mungkin dikarenakan baru siap mandi, rambut yang dia biarkan di taruh di bahu ada sedikit basah.

"Venus, kamu sudah pulang ya."

Vima melihat Venus dengan sedikit hati-hati dan memohon.

Venus dengan cepat, memasang muka senyum, merangkul tangan Vima dengan akrab, "mama juga disini ya."

Vima. ".... "

Venus merangkul lengan Vima berjalan memasuki kamar, menggunakan tangan lain untuk menutup pintu kamar.

Vima menggigit bibir dan melihat Venus, pandangan justru menampakkan keanehan,

Bagaimanapun, Venus sekarang, dengan tadi siang yang keluar, sama sekali berbeda.

"Ellen, kamu sudah baikan ?"

Venus tidak melihat Vima, boleh di bilang, dia tidak peduli apakah Vima kaget atau ragu, merangkulnya lalu berjalan menuju Ellen.

"Sudah baikan." Ellen menjawab.

Venus merangkul lengan Vima duduk di sudut ranjang.

Setelah itu, Venus melepaskan tangan Vima, lalu menggenggam tangan Ellen yang di letakkan di atas ranjang, "Tadi siang aku melihatmu muntah parah, sangat khawatir,"

"Aku sekarang sudah baikan."

Tadi Ellen sudah makan tablet asam folat, rasa muntah sudah berkurang.

"Begitu juga tidak boleh dibiarin, oh iya, aku sengaja mengundurkan acaraku di besok, rencana mau membawamu ke Vihara jalan-jalan. sekarang kamu sedang hamil, tubuh juga tidak bagus, pergi sembahyang, supaya Buddha memberkatimu. "

Venus berkata.

Sembahyang Buddha ?

Ellen mengerutkan kening, Tidak perlu. muntah adalah situasi yang normal, lewat beberapa waktu sudah sembuh."

"Aku tahu, kalian tidak percaya hantu atau dewa, tetapi setidaknya hati tenang."

Venus berkata, menoleh melihat Vima, "mama, menurutmu betulkah ?"

Vima terdiam sejenak, melihat Venus.

Berpikir Venus juga bermaksud baik, dan sembahyang Buddha juga bukan hal buruk, lalu berkata kepada Ellen, " Kakakmu sudah mengundurkan pekerjaannya demi menemanimu, pergi saja. anggap saja jalan-jalan. boleh ?"

Ellen menggigit bibirnya, melihat Venus dan Vima memandangnya.

Jika dia bersikeras tidak ingin pergi, bukannya terlalu tidak enak.

Setelah berpikir, Ellen menghadap Venus dan berkata, "Baiklah. "

Venus mendengar begitu, mata dengan cepat bergerak, tersenyum dan berkata, "kalau begitu ok ya."

"... Ehm. "

Setelah itu, Venus dan Vima di kamar Ellen duduk sebentar, lalu kembali ke kamar masing-masing.

Setelah melihat mereka berdua pergi,

Ellen berbaring di kepala ranjang, satu tangan mengeluskan perut, berbicara dengan anak di perut, "papa kalian terhadap kalian tidak tulus, sampai sekarang belum menelpon kalian, kalian sangat kasihan ! " (anak kembar : (⊙﹏⊙) )

"Hem, papa kalian tidak menelpon, kita juga tidak usah menelpon dia, kita banyak orang banyak tenaga, kita lihat siapa yang bisa menahan. "

Ellen berbisik, dari ranjang berdiri, menuju kamar mandi.

Tetapi setelah beberapa langkah, Ellen berbalik lagi. mengambil hp di atas ranjang, menuju kamar mandi, sambil berjalan sambil berbisik, "kemungkinan papa kalian akan telpon tetapi tidak sempat mengangkat bagaimana? " (belakang otak anak kembar penuh dengan garis hitam : kalau begini cara menahannya, mending tidak usah menahan)

Tetapi.

Ellen perlahan-lahan selesai mandi, sambil mengambil hp keluar dari kamar mandi, baring di ranjang, menggunakan selimut untuk membungkus dirinya , didalam selimut terus melihat hp.

Tetapi ditunggu sampai rasa tidurnya Ellen datang, telpon dari William juga tidak berbunyi,

Akan tetapi malam ini, bagi keluarga Dilsen, Ditakdirkan sebagai malam yang sulit untuk tertidur.

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu