Hanya Kamu Hidupku - Bab 458 Orang Jahat!

Sumi jalan menuju ke tempat duduk yang di hadapan Linsan kemudian duduk, menatap Linsan dengan tatapan datar, “Linsan, seharusnya kamu tidak boleh bertindak seperti ini.”

Tiba-tiba Linsan terdiam, memiringkan kepala dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, menyipitkan kedua matanya, menatap Sumi dengan tatapan mabuk.

Sumi terlihat tampan, berkelas, murah hati dan sabar, Linsan hampir tidak pernah melihat Sumi emosi. Benar, yang barusan itu, tidak termasuk.

“Ayo, aku mengantarmu pulang. Apabila kamu belum pulang, Thomas akan sangat mengkhawatirkanmu.” Sumi berkata.

“Khawatir?” Linsan menarik nafas sambil tersenyum sinis, matanya berkaca-kaca, “Aku hampir lupa kapan terakhir kali Thomas mengkhawatirkan aku.”

Sumi mengerutkan alis, “Kamu adalah istrinya, tentu saja kamu adalah orang yang paling dikhawatirkan Thomas.”

“Huh.” Linsan menarik rambutnya yang sejajar dengan telinga, menarik nafas dalam, tertawa sinis, “Sumi, aku tidak mengetahui bahwa diriku sendiri masih bisa bertahan berapa lama lagi.”

Mendengar Linsan berkata seperti itu.

Sumi mengedipkan matanya, berkata: “Sepertinya telah terjadi sesuatu.”

Linsan mengambil anggur merah yang di atas meja, dan menghabiskan dalam satu tegukan.

Sumi dapat melihat, retakan tersebut menjadi semakin besar dan semakin lebar.

“Pelayan, satu gelas lagi.” Setelah Linsan menghabiskan anggur merah tersebut, membuka lebar kedua mata, dan berkata dengan nada tinggi.

“Sudah cukup.” Sumi mengerutkan alisnya, menatap Linsan.

Kedua mata Linsan mulai berkaca-kaca, mengangkat sudut bibirnya sambil tersenyum pahit, menatap Sumi, beberapa saat kemudian, Linsan menarik nafas, berkata, “Sumi, aku menyuruhmu datang kesini untuk menemaniku minum, bukan menyuruhmu datang kesini untuk mengaturku, apabila kamu ingin mengaturku, silahkah kamu pergi.”

Setelah Linsan selesai berkata, pelayan datang mengantar segelas minuman anggur.

Linsan mengangkat gelas anggur tersebut, langsung menuang ke dalam mulut.

Sumi sekedar melirik Linsan, “Apabila begitu, terpaksa aku akan menelepon Thomas. Jika aku tidak berhak mengaturmu, suamimu pasti berhak mengaturmu.”

“Malam ini jangan membicarakan tentang dia, boleh?” Linsan menatap Sumi, air mata yang menggenang di dalam mata, Linsan hampir mengeluarkan air mata.

“Thomas adalah suamimu.” Sumi berkata.

Linsan menundukkan kepala, menopang dahinya dengan satu tangan, beberapa saat kemudian, Linsan berkata dengan nada serak, “Sumi, apakah kamu tahu? dalam waktu dekat ini aku sering berpikir, apabila pada saat itu aku memilih kamu, apakah hidupku akan menjadi lebih baik dibandingkan sekarang?”

Tatapan mata Sumi sedang menghindari sesuatu, melihat Linsan, bekata dengan nada halus, “Kamu sudah mabuk.”

“... … Benar, aku sudah mabuk. Apabila aku tidak mabuk, bagaimana mungkin aku mengatakan kata-kata tersebut kepadamu?” meletakkan tangan yang menopang dahi, mengangkat kepala, menatap Sumi dengan senyuman yang lelah.

Sumi mengerutkan bibir.

……

Villa Shenglin.

Villa Shenglin adalah tempat tinggal Thomas dan Linsan setelah menikah.

Sumi mengendarai mobil mengantar Linsan pulang ke Villa Shenglin, dan menelepon memberitahu Thomas. Oleh karena itu, ketika mobil Sumi tiba di Villa Shenglin, Thomas menggenggam sebuah tongkat perak sedang menunggu di depan pintu Villa Shenglin.

Sumi menghentikan mobil, menatap Thomas dengan tatapan tajam.

Thomas menganggukan kepala kepada Sumi, kemudian menuruni tangga dengan tongkat.

Sumi melepaskan sabuk pengaman, membuka pintu dan turun dari mobil, jalan ke pintu mobil belakang, membuka pintu mobil, dan menarik keluar Linsan yang sudah mabuk dan berbaring di tempat duduk belakang mobil.

Thomas sekedar melirik ke arah Sumi, dengan ekspresi wajah yang datar, berkata kepada Sumi, “Terima kasih.”

Sumi menyerahkan Linsan kepada Thomas, pada saat Sumi membalikkan badan masuk ke dalam mobil, Sumi berkata, “Linsan banyak minum minuman alkohol, membuatkan sup menghilangkan rasa mabuk untuk Linsan.”

“Aku sudah tahu.” Thomas menjawab.

Sumi tidak mengatakan apapun, masuk ke dalam mobil, memakai sabuk pengaman, kemudian pergi.

Thomas berdiri di tempat melihat mobil Sumi semakin menjauh, kemudian Thomas menarik kembali pandangannya, menundukkan kepala melihat Linsan yang di dalam pelukkannya, tatapan mata penuh dengan perasaan bercampur-aduk, “Ghost.. …”

“Thomas, menggendongku masuk ke dalam.”

Tiba-tiba Linsan merangkul leher Thomas, dan menguburkan wajahnya di depan dada Thomas, berkata dengan nada lembut.

Tidak tahu muncul dari mana Ghost tiba-tiba berdiri di samping, menatap Thomas tatapan dengan canggung, sedang menunggu instruksi dari Thomas.

Thomas merasa sedikit terkejut, melempar tongkat yang di tangannya kepada Ghost, kemudian membungkukan badan dan menggendong Linsan, jalan menuju ke dalam Villa dengan kaki kiri yang pincang.

“Thomas, siapakah aku ini untukmu?” Linsan memeluk Thomas dengan erat, seperti seorang anak kecil yang kekurangan rasa nyaman, bertanya dengan nada halus.

Thomas menundukkan kepalanya dan menatap Linsan, berhenti sejenak, berkata, “Kamu adalah istriku.”

“Aku untukmu, apakah aku adalah orang yang paling penting?

“Menurutmu?”

Linsan mengangkat kepalanya yang di dalam pelukan Thomas, menunjukkan wajahnya yang memerah, menyipitkan kedua mata, menatap Thomas dengan pandangan samar, “ Aku tidak tahu. Akan tetapi aku tahu bahwa, di dalam hatiku, kamu adalah orang yang paling penting.”

Thomas tidak mengatakan apapun.

Linsan menatap Thomas, tiba-tiba Linsan berkata, “Kamu membebaskan dia.”

Thomas memandang lurus kedepan, dari awal hingga sekarang ekspresi wajah Thomas terlihat tenang.

Linsan menunggu lama, tetapi Thomas tidak mengatakan apapun, Linsan tersenyum sinis, memejamkan matanya, air mata, mengalir dari sudut matanya, “Thomas, kamu menempati aku di posisi mana?”

……

Dalam waktu sekejap mata ujian akhir semester akan segera tiba, beberapa hari ini, Pani sedang fokus mempersiapkan ujian, tidak memiliki waktu luang untuk memikirkan hal hal lain.

Menjelang ujian masih tersisa tiga hari.

Hari ini sepulang sekolah, Pani seperti biasa menjinjing tas selempang, jalan keluar dari gerbang sekolah, menuju ke halte bus.

Begitu tiba di halte, sambil menunggu antrian, Pani mengeluarkan sebuah earphone untuk melatih listening english, tiba-tiba sebuah mobil Bentley yang berwarna abu-abu berhenti di seberang halte.

Pandangan Pani tertuju pada mobil Bentley tersebut.

Melihat kaca mobil tersebut perlahan-lahan menurun.

Menurunkan kaca mobil hingga mentok, melalui jendela mobil Pani melihat seorang pria yang sedang duduk di kursi pengemudi mobil.

Tiba-tiba.

Pani langsung membalikkan badan.

Jantung Pani berdebar kencang

“Kenapa dia lagi? Dia kenapa, datang kesini lagi?”

“Bukankah sudah menyuruh dia jangan datang kesini lagi?”

Sedangkan, dalam waktu dekat ini pria tersebut tidak datang mencari Pani, Pani berpikir bahwa pria tersebut telah menyadari bahwa mereka berdua tidak pantas untuk menyerah?

“Pani.”

Pada saat Pani sedang memikirkan hal-hal yang aneh, tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari belakang.

Pani memejamkan mata, berpura-pura tidak mendengar.

“Pani, apabila kamu terus mengabaikan aku, aku akan turun dari mobil untuk menangkapmu.” Pria tersebut tersenyum sinis.

“... …” Bangsat!

Pani menggertakkan gigi, menyerah untuk mengantri, langsung kabur.

Beep——

Beep beep——

Pani terus menerus berlari tanpa henti, akan tetapi kemanapun Pani pergi, selalu ada suara klakson mobil mengikuti di belakangnya

Pani merasa sangat kesal, tiba-tiba berhenti, menoleh ke samping dan melihat ke arah mobil tersebut.

Mobil tersebut berhenti di sampingnya.

Pani menggertakkan gigi, meratapi wajah pria tersebut yang sedang duduk santai di kursi pengemudi, Pani ingin melangkah maju kedepan, dan menampar wajah pria tersebut!

“Ini adalah orang yang seperti apa! ?”

Sumi menatap Pani sambil tersenyum, “Apakah kamu masih ingin kabur?”

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Pani merasa sangat kesal.

Saat Sumi melihatnya, tersenyum lebih cemerlang, “Meskipun kamu telah berlari jauh, akan tetapi masih ada kemungkinan ketemu dengan temanmu, mending kamu masuk ke dalam mobil, aku akan perlahan-lahan memberitahukan kamu, apa yang ingin aku lakukan.”

Pani mengepalkan tangannya, mengedarkan pandangan melihat sekelilingnya.

Apa yang dikatakan pria tersebut benar.

Meskipun Pani telah berlari jauh, akan tetapi masih dekat dengan sekolahnya, apabila ada seseorang yang dia kenal melihat dia bersama dengan seorang pria yang mengendarai mobil mewah, Pani pasti akan dicap sebagai seorang yang sangat kaca, Pani tidak mau!

Setelah Pani pikir-pikir.

Pani membalikkan badan jalan menuju ke mobil tersebut, membuka pintu mobil belakang, tidak menyangka, Pani sudah menarik beberapa kali tetapi masih pintu mobil masih belum terbuka.

“Duduk depan.” Sumi berkata.

Pani Wilman… … Sabar!

Pani jalan ke tempat duduk depan, membuka pintu mobil kemudian masuk ke dalam mobil.

Setelah duduk, Pani langsung bertanya, “Apa yang ingin kamu lakukan?”

Sumi sekedar melirik Pani, memiringkan badan kemudian mengencangkan sabuk pengaman Pani, mengelus kepalanya, “Ujian akan segera tiba, aku datang untuk menyemangatimu.”

“... …” Siapa yang ingin kamu menyemangati?

Pani terdiam menatap ke arah Sumi, “Terima kasih. Akan tetapi tidak perlu. Apabila tidak ada hal lain aku akan pergi.”

Sambil berkata, Pani melepaskan sabuk pengaman.

Akan tetapi Pani belum sempat melepaskan sabuk pengaman, mobil tersebut sudah bergerak maju ke depan.

Pani, “... …”

“Beberapa hari ini tidak bertemu, apakah kamu merindukanku?” Sumi mengabaikan tatapan Pani yang terlihat galak, menatap Pani dengan tatapan lembut, mencibirkan bibir dan berkata.

Pani membalikkan bola matanya, “Hehe.”

“Tolong serius!” Sumi mendengus.

Pani mengerutkan bibir, “Aku bukan tidak ada kerjaan.”

Sumi mengerutkan alis, melihat Pani melalui kaca spion mobil dalam, sedikit mengerucutkan bibirnya, “Hal tersebut dikarenakan persentase aku muncul dihadapanmu tidak tinggi, maka dari itu aku harus berusaha memperbanyak muncul dihadapanmu, agar kamu tidak melupakanku!”

Pani menghadapkan wajahnya ke arah Sumi, tiba-tiba menunjukkan senyuman lebar kepadanya.

Sumi menggerakan alisnya, apa yang akan dilakukan oleh gadis kecil ini?

“Paman Sumi, aku menyarankan anda untuk tidak menyia-nyiakan waktumu, aku tidak tertarik pada pria yang seperti anda.” Pani berkata sambil menyipitkan mata.

Sumi mendengus dingin, “Paman Sumi? Baiklah, panggil saja, mulai sekarang jangan pernah berubah.”

Pani menyipitkan kedua matanya, mengerutkan alisnya melihat ke arah Sumi, “Bagaimana jika aku merubahnya?”

Sumi menyeringai, “Membunuhmu!”

Ekspresi wajah Pani berubah menjadi pucat, membuka lebar mata, meratapi Sumi.

Sumi menyipitkan matanya, tetap menjaga tampilan wajahnya yang dingin.

Beberapa saat kemudian, Pani menarik nafas, mengedipkan matanya dengan perasaan bersalah, kemudian memindahkan pandangan darinya.

……

Sumi membawa Pani pergi ke restoran Orchid Seafood.

Sumi membantu Pani untuk mengupas udang dan kepiting, awalnya Pani merasa sangat tidak terbiasa, akan tetapi pada akhirnya Pani merasa sangat seru, Lagi pula, dia hanya bertanggung jawab untuk makan saja, dia sendiri tidak perlu melakukan apapun, sehingga Pani menerima juga.

Pada akhirnya, Pani berpura-pura berkata, “Paman Sumi, kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, kamu sendiri makan juga.”

Sumi: “... …”

Pani tertawa simpul, kemudian berdiri.

“Pergi kemana?” Sumi meratapi Pani, ekspresi wajahnya, terlihat seperti orang tua Pani.

“Aku… …”

Pani baru saja mengatakan satu kalimat, tiba-tiba kedua matanya melihat ke bawah, tangannya sambil mengelus-elus perut, berkata kepada Sumi, “Paman Sumi, apakah anda ingin tahu apa yang akan aku lakukan.”

Sumi mengerutkan alis melihat ke arah Pani, beberapa detik kemudian, mengatakan dua kalimat tersebut, “Sungguh menjijikan!”

“Hahaha… …”

Pani dimarahi, tetapi dia malah tertawa-tawa, menutupi perutnya jalan keluar dari private room.

Walaupun Pani sudah jauh dari private room, tetapi Sumi masih bisa mendengar suara tawaan dari luar.

Sumi melihat ke arah pintu, awalnya alis Sumi yang masih berkerut, perlahan-lahan menjadi santai, bibirnya yang cemberut, perlahan-lahan sudut bibir terangkat ke atas, mendengus, “Orang jahat!”

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu