Hanya Kamu Hidupku - Bab 353 Aku Mencintai Semua Yang Ada Padamu, Semua Yang Kamu Miliki

Melihat Vania muncul dihadapannya dengan lengkap, Hati Venus bagaikan membeku, langsung terpaku disana.

“bibi.”

Vania melangkah dengan cepat, berdiri dihadapan Mars, menatap Mars yang melihatnya wajah dengan rumit.

“Vania, bukankah kamu sudah keluar negri?”

Mars yang melihat Vania muncul tiba-tiba sangatlah terkejut.

“Keluar negri?” kedua mata Vania yang berkaca-kaca berkedip, pipinya sedikit bergetar, setelah beberapa detik ia mengangguk, “Iya, iya benar, sebelumnya aku, aku keluar negri?”

Mars mengamati Vania dari atas sampai bawah sekali lagi, menatapnya dengan heran, lalu berkata dengan suara pelan, “Aku pikir kamu baru akan kembali 2 tahun kemudian.”

Vania menelan ludah, mata yang menatap Mars memerah, berkata dengan suara bergetar, “Aku merasa dalam negri lebih baik, tidak terlalu terbiasa dengan kehidupan di luar negri. Lagipula, aku tidak tenang meninggalkan Bintang, takut dia tidak bisa menjaga diri dengan baik. Sehingga, aku kembali.”

Mars menatap Vania dengan agak aneh, “Vania, kamu tidak apa-apa?”

Setetes airmata jatuh dari sudut mata Vania dengan cepat.

Vania menarik nafas panajng, segera menghapus airmatanya, tersenyum pada Mars dengan bibir yang kaku, “Aku hanya merasa senang bisa bertemu anda.”

Mars mengerjapkan mata, hanya mengangguk ringan, tidak terlalu datar dan dingin.

Vania mengetatkan bibir, berjalan ke sisi Mars, merangkul lengannya, “bibi, kamu dan kakak sepupu akan kemana? Biar kutemani.”

“Kami sudah buat janji dengan penata rambut untuk menata rambut kami.”

Yang bicara adalah Venus.

Ekspresi terkejutnya sudah kembali normal, berkata sambil menatap Vania dengan lembut dan santai.

“Ow, kebetulan aku juga sedang ingin menata rambut.” Vania berkata sambil menatap Venus.

Mendengar Vania berkata demikian, Mars hanya bisa berkata, “Kalau begitu ayo sama-sama.”

“Hm.” Vania menjawab dengan senang.

Mata Venus yang menatap Vania menyipit.

……

Setelah menata rambut, Venus beralasan kalau dia ada urusan mendadak, lalu berpamitan pada Mars dan Vania, menyurh Vania menemani Mars untuk pulang.

Setelah kembali ke mansion.

Begitu Venus berjalan masuk ruang tamu langsung melihat Vima yang sedang duduk termenung di sofa.

Tidak perlu mengkhawatirkan materi, setiap hari hanya menghias bunga dan memelihara anjing, kalau bosan ada Pluto yang menemaninya pergi wisata, perawatan yang digunakan juga yang mahal, selain wajah yang terlihat penuh tekanan dan tidak bahagia, di wajahnya sama sekali tidak ada bekas penuaan yang terlihat.

Membuatnya terlihat sangat muda!

Venus menyipitkan mata, berjalan kesamping Vima dan duduk disana, “Dimana Mumu?”

Mumu adalah anjing Samoyed yang di pelihara oleh Vima.

Bulu mata Vima bergerak, lalu menoleh kearah Venus.

Ketika melihat Venus, Vima baru sadar kalau Venus sudah pulang, ia menarik nafas, berkata pada Venus sambil tersenyum, “Mumu tadi bermain di taman, seluruh badannya penuh tanah, sekarang Bibi Lina sedang membawanya ke kamar mandi untuk dimandikan.”

Venus menatap Vima, “Hari ini tidak keluar jalan-jalan?”

Vima mengulurkan tangan memijat pelipisnya, “Agak tidak enak badan, jadi tidak keluar.”

“Tidak enak badan?” Venus mengkerutkan alis.

“Tidak parah, tadi sudah minum obat.” Vima berkata.

Venus menatap Vima beberapa detik, lalu berkata sambil mengetatkan bibir, “kalau benar-benar tidak enak makan jangan dipaksakan, ingat untuk memeriksakannya ke dokter.”

Vima menepuk ringan tangan Venus, berkata dengan lembut, “Ibu tahu, jangan khawatir.”

Mata Venus yang panjang menunduk, setelah terdiam sesaat di sofa, ia mengangkat tas lalu berjalan menuju tangga, “aku naik untuk ganti baju dulu.”

Vima menatapnya, “Hari ini tidak keluar?”

“Hm.” Venus tidak menoleh.

Vima menatap Venus yang berjalan ke lantai dua, begitu dia sudah naik ia pun menarik kembali pandangannya, menatap satu titik dengan fokus.

……

Perusahaan jewelry Dana.

Mengikuti rapat selama dua jam berturut-turut, Rosa yang baru keluar dari rapat direksi dengan pakaian formal yang lengkap menerima ponsel yang diserahkan oleh asisten, dia terbiasa membuka wechat, lalu membuka berita didalamnya dengan singkat, membuka status teman, lalu membuka postingan dengan senang.

Berjalan masuk kantornya, Rosa melihat tidak ada berita penting, ia bersiap keluar dari wechat.

Tepat ketika dia akan menekan tombol kembali, ia melihat notifikasi postingan Venus.

Tangannya yang mnggenggam ponsel seketika mengepal erat, sekali lagi membuka ruang postingan.

Ketika postingan Venus muncul dihadapannya, membuat semua gerakannya langsung membatu disana.

Wajahnya langsung menjadi tegang, bola matanya mengkerut, menatap wajah dua orang wanita yang muncul di layar, ia terkejut sampai lupa untuk bernafas, “Bagaimana mungkin, Vania…. Bagaimana mungkin……….”

Yang diposting oleh Venus bukan hal lain.

Melainkan foto yang ia ambil bersama Vania setelah selesai menatap rambut.

Rosa menahan nafas, melihat foto Vania dilayar sekali dan sekali.

Dia sedang mencari, mungkin saja ini adalah editan foto Vania, atau mungkin hanya wanita yang sangat mirip dengan Vania!

Tapi.

Namun tidak perduli bagaimanapun Rosa mencari, sama sekali tidak bisa menemukan satu hal pun yang bisa membuktikan keyakinannya, bukti kalau wanita dalam foto ini bukan Vania.

Ini jelas-jelas Vania!

Tangan Rosa yang memegang ponsel langsung bergetar.

Dia memejamkan mata, menstabilkan nafasnya.

Ketika Rosa membuka kembali matanya, ia mencari kontak di ponselnya, lalu menelepon Venus.

Dissat bersamaan.

Venus sedang berendam di kamar mandi kamarnya.

Ponsel bergetar di samping bathtubnya.

Venus membuka mata perlahan, menoleh dan melihat kearah layar.

Ketika melihat nama ‘Kak Rosa’ berkelip, Venus langsung tersenyum dengan dingin, “Telepon ini ternyata lebih cepat dari yang ku bayangkan.”

Venus memalingkan wajah, namun kembali memejamkan matanya, bahkan ekspresi wajahnya begitu datar.

Ponselnya bergetar lalu berhenti lalu bergetar lagi, terus seperti itu sampai entah berapa kali.

Venus baru mengkerutkan bibirnya, membuka matanya sambil menghela nafas, mengangkat lengannya yang begitu langsing dan sempurna dari dalam air, mengambil ponsel yang terletak dibelakang kepalanya, tanpa melihatnya lagi langsung mengangkat dan meletakkannya di telinga, “Kak Rosa?”

“Venus, kamu sedang apa? Kenapa baru mengangkat telepon sekarang?” suara Rosa terdengar begitu tegang tidak seperti biasanya.

“Oh, ponselku dalam mode hening, tidak memperhatikan. Kenapa Kak Rosa?” Venus menundukkan wajahnya, salah satu tangannya memainkan air.

“Tadi kamu bersama dengan Vania?” nada bicara Rosa yang begitu terges-gesa,hampir saja membuat Venus tertawa.

Gerakan tangan Venus yang sedang memainkan air terhenti, berkata pelan, “Benar, Vania sudah pulang dari luar negri. Tadi aku dan bibiku pergi menata rambut bersama. Sekarang Vania seharusnya sedang bersama bibiku.”

Setelah Venus mengatakannya, Rosa langsung tidak bersuara.

Venus juga tidak bicara.

Setelah sesaat, terdengar nada sibuk.

Venus tersenyum, meletakkan ponsel dengan cuek di samping bathtub, mengangkat kepalanya, lanjut berendam dengan santai.

……

Setelah memutus telepon Venus, Rosa langsung meninggalkan kantor, kembali ke rumahnya.

Dijalan, dia menelepon Eric dan memintanya untuk segera datang.

Sehingga ketika Rosa tiba dirumah, Eric sudah menunggunya di ruang tamu.

Rosa berdiri diambang pintu, menatap Eric dengan terengah sebentar, baru mengetatkan bibir dan mengganti sepatunya, menghampiri dengan langkah cepat, meletakkan tas di sofa, mengangkat kakinya dan duduk diatas paha Eric, merangkul lehernya menundukkan kepala lalu menciuminya dengan ganas.

Akhir-akhir ini Rosa sangat agresif padanya, setiap kali bertemu pasti akan terlebih dahulu menghampirinya.

Dan Rosa yang seperti ini, Eric sama sekali tidak terkejut, ia tetap bersandar di tempat duduknya, tangannya memegang pinggangnya dengan santai, menyipitkan matanya menatap Rosa yang menciuminya dengan agresif.

“Eric, ayo, cepat!”

Rosa menurunkan tangannya dari leher Eric, membuka kemeja Eric dengan cepat, membenamkan diri ke dadanya.

Otot dada Eric begitu kencang, matanya merah karena menahan diri, menundukkan kepala menatan Rosa, berkata dengan suara serak, “Kamu sudah siap?”

Ciuman Rosa menjalar kebawah.

“Aaah.” Eric mendesah, wajahnya terlihat begitu menikmati.

Tiba-tiba tangannya memegang belakang kepala Rosa dan menekan Rosa lebih dalam lagi.

Satu tangannya menyibak rok Rosa, membuka tali pinggangnya.

Rosa seketika mengkerutkan alis, membuka mulutnya dan bernafas terengah-engah, keringat yang mengalir sampai ke kelopak matanya menghiasi tatapannya yang begitu penuh gairah, “Apakah kamu mencintaiku?”

“Menurutmu?”

Eric memegang pinggangnya lebih erat, berkata dengan suara yang serak dan berat.

“Aku ingin mendengarmu mengatakannya.”

Kedua tangan melingkar di leher Eric dan berkata.

Eric hanya tersenyum, tiba-tiba memeluk Rosa dan menekannya ke sofa, “Aku mencintaimu, mencintaimu sampai tidak bisa menahan diri lagi, hanya ingin merekat dan tumbuh dalam tubuhmu.”

Rosa mengangkat kepalanya, berusaha mengimbang tubuhnya, “Hanya mencintai tubuhku?”

Eric mengecup hidungnya, menatapnya dengan tatapan kasmaran, “Bukan hanya itu! Aku mencintai semua yang ada padamu, semua yang kamu miliki!”

“………” Rosa menatap Eric lekat, “…. Eric, tidak perduli apapun yang terjadi, bagiku kamu berbeda.”

Senyum mengembang di bibir Eric, menatap mata Rosa lekat, mengecup bibirnya dengan dalam.

“Eric, kamu mengatakan kalau kamu mencintaiku, sedalam apa cintamu?” Rosa mengangkat tangan menghapus keringat di alis Eric, berkata dengan lirih.

“Aku Eric bersedia tidak menikah seumur hidupku demi dirimu! Menjaga diriku hanya untukmu.” Eric berkata dengan begitu tenang, namun tatapan matanya penuh dengan cinta yang berkobar.

Kelopak mata Rosa langsung menjadi merah, menatap Eric tanpa mengerjapkan mata, setelah sesaat baru menggerakan bibirnya, berkata perlahan, “Kalau, kita terperangkap dalam sebuah tempat, dan hanya ada satu orang yang bisa keluar dari perangkap itu, yang lainnya harus mati… kamu akan memilih yang mana?”

“Bodoh!”

Eric hanya tersenyum, mengecup alis Rosa, “Pertanyaan seperti ini masih [erlukah ditanyakan? Bagiku keberadaanmu jauh lebih berharga dan berarti daripada nyawaku. Jadi, bagaimana mungkin aku rela membiarkanmu mati?”

Hati Rosa begaikan tercengkram, menatap wajah Eric yang begitu tegas, airmata yang di sudut matanya mengalir jatuh, “Tapi sekarang, mungkin aku harus melangkah pergi satu langkah lebih cepat darimu.”

Tatapan mata Eric langsung terpaku, wajahnya yang rileks seketika menjadi tegang, menatap Rosa dengan tatapan yang berat dan berkata dengan nada tegas, “Apa maksudnya?”

Rosa menelan ludah, tiba-tiba menjulurkan tangan dan merangkul leher Eric, airmatanya membasahi pipinya, berkata dengan mata yang berkaca-kaca, “Aku rasa, apa yang kita lakukan pada Ellen ketika itu, sudah ketahuan…………”

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu