Hanya Kamu Hidupku - Bab 491 Mau Membuat Aku Mati Karena Rindu Kepadamu Ya

"Kak sepupu, aku sudah mendengar tadi. Apakah kamu baik-baik saja?" Pataya berlari menghampiri Pani dan memegang lengannya dengan tatapan perhatian dan cemas.

Pani menjilat bibirnya dan mendorong tangan Pataya dengan ekspresi datar, "Apakah kamu merasa sayang melihat aku baik-baik saja?"

Pataya melamun sejenak sebelum memasang ekspresi cemas, "Kak, aku sudah menebak tadi, kamu salah paham dengan aku! Gadis ketua yang menganggu kamu tadi itu bernama Snow Fu, aku dan dia adalah teman sekelas, tetapi kami pernah berantem jadi dia tidak menyukai aku. Kak, kamu tidak boleh dibohongi dia, dia mau mengadu domba hubungan kakak adik kita"

"Dia berantem dengan kamu? Karena?" Pani menatap kepada Pataya dengan ekspresi tenang.

"Anggota komite belajar kelas kami menyukai aku, Snow menyukai dia, makanya dia tidak menyukai aku dan terus mencari masalah dengan aku" Pataya segera berkata.

Pani mengangkat alisnya, "Mencari masalah dengan kamu? Jangan-jangan dia juga memotret foto kamu telanjang?"

Pataya, "............"

Melihat ekspresi Pataya yang melamun sejenak, Pani langsung mengangkat tangannya dan menampar ke wajahnya.

Pak---

Pipi Pataya ditampar ke samping, setelah beberapa saat dia tetap tidak bisa menoleh kembali.

Pani menarik balik tangannya dan melihat Pataya dengan dingin, "Cukup sampai sini saja! Jangan membiarkan aku melihat kamu lagi"

Setelah berkata, Pani pun mendorong Pataya dan mulai berjalan.

"Kak sepupu, kak, dengarkan penjelasan aku. Aku benar-benar tidak memerintah mereka untuk menganggu kamu, benar-benar tidak ada. Kak, bolehkah kamu percaya kepada aku...."

Pataya mengikuti di belakang Pani dengan satu bagian pipi yang membengkak sambil berkata dengan nada suara menangis.

"Kalau tidak ingin satu bagian pipimu ikut bengkak juga, jangan mengikuti aku!" Pani berkata dengan dingin.

"Kak!"

"Jangan memanggil aku!"

Pani melirik ke Pataya dengan jahat, "Aku ingin muntah!"

Pataya melihat ke Pani dengan takut.

Pani menjilat bibirnya dan berjalan semakin cepat.

Pataya mengepalkan kedua tinjunya dan menatap kepada bayangan belakang Pani sebelum berteriak, "Kamu mengira kamu itu siapa? Dari mana kamu memiliki hak bergaya seperti ini di hadapan aku? Kalau bukan karena Tuan Nulu, keluarga Wilman kalian tidak akan bisa memenangi keluarga Zhao kami! Kamu juga tidak akan bisa berbanding dengan aku!"

"Berpenyakit!" Pani terus berjalan dengan ekspresi dingin.

"Pani, kamu tidak pantas bersama dengan Tuan Nulu, kamu tidak pantas!" Pataya berteriak.

Pani mengerutkan alisnya.

Suara langkah kaki berlari berdering dari belakang.

Lengan Pani ditarik dari belakang.

Tatapan Pani mendingin, dia mendorong tangan Pataya yang memegangnya dan melirik dia dengan tidak sabar, "Aku tidak punya waktu untuk memboros kepada kamu..."

"Aku menyukai Tuan Nulu, aku mau bersaing dengan kamu secara adil!" Pataya mengepalkan tangannya.

"..............." Pani menjilat bibirnya dan menoleh ke Pataya.

Pataya mengangkat kepalanya, "Apakah kamu berani bersaing secara adil dengan aku?"

"Aku tidak akan bersaing secara adil dengan kamu, kamu tidak berhak!" Pani berkata dengan dingin.

Kata-kata Pani berhasil menusuk satu pisau ke harga diri Pataya yang kasihan.

Wajah Pataya memucat, dia mengigit giginya dengan kuat, "Pani, kamu benar-benar sangat kejam!"

"Berbanding dengan kamu, aku masih jauh!" Pani meliriknya, "Pataya, ini adalah terakhir kali aku mengingat kamu, jangan menganggu aku lagi. Aku ini memiliki temparamen yang tidak bagus, kalau kamu masih begitu, aku bisa saja membalasmu!"

Setelah berkata, Pani pun lanjut berjalan.

Melihat bayangan belakang Pani, Pataya berteriak dengan keras, "Pani, wanita jelek seperti kamu tidak pantas bersama Tuan Nulu. Perbedaan antara kalian terlalu besar, seiring waktu berjalan Tuan Nulu akan menyadari hal ini! Kamu siap-siap diputusin! Pani, kamu benar-benar sangat kasihan! Dibuang oleh ibumu, kemudian dibuang oleh ayahmu, akhirnya orang yang kamu sukai pun membuang kamu! Aku mengasihani kamu Pani!"

Pani berkata dengan wajah menghijau, "Orang gila!"

Hari itu Pani tidak pergi ke Sumi sana, dia langsung kembali ke villa.

Pani berjalan sampai pintu gerbang dengan tas sekolahnya.

Suara Reta yang tajam berdering dari dalam, "Kamu sendiri melihatnya. Yumari, aku maish bisa berharap apa kepada kamu?"

Pani segera melangkahg masuk ke dalam dan meletakkan sepatunya ke dalam rak, dia langsung berjalan masuk ke dalam tanpa mengganti sepatu, "Nenek"

Pani bersuara.

Reta dan Yumari menoleh ke Pani.

Pani tidak menoleh ke Reta, dia hanya terus menatap kepada Yumari.

Kedua mata Yumari memerah, dia terlihat sangat sedih dan tidak berdaya. Dia berdiri di depan Reta dengan gaya yang gugup.

Penampilan Yumari membuat hati Pani terasa sangat sakit.

Pani melangkah ke depan dan memeluk bahu Yumari sambil melirik ke Reta.

Reta mengangkat baju di tangannya, "Kamu jangan melihat aku dengan tatapan begitu. Kali ini bukan aku yang sengaja mencari masalah dia. Kamu sendiri melihat baju yang baru aku beli, baju ini berharga hampir 20 juta. Dari kemarin aku sudah berkata berulang kali harus mencuci dengan hati-hati, kamu melihat ini, dia mencucinya sampai berwarna!"

Pani melihat ke baju yang berada di tangan Reta, sebuah kemeja yang tipis ini berharga hampir 20 juta....

Tampaknya wanita ini menjalankan hidup dengan bahagia!

Pani mengangkat alisnya dengan tidak senang, "Hanya baju yang berharga 20 juta saja, harus sampai begitu? Sandy begitu kaya, tinggal meminta dia belikan satu lagi buat kamu. Buat apa teriak seperti ini? Menurunkan identitas diri!"

"..... Hanya baru yang berharga 20 juta? Pani, kamu benar-benar sangat hemat! Kamu mengira ayahmu menghasilkan uang dengan mudah?"

"Kalau dia tidak bisa menghasilkan uang dengan mudah, kamu tinggal berhenti membeli baju saja" Pani memotong kata-kata Reta.

Reta berhenti bicara dan menatap kepada Pani dengan marah.

Kali ini jelas adalah Yumari salah, dia hanya mengomel beberapa kata saja! Lagian baju ini berharga 20 juta, bukan 200,000 atau 2 juta!

"Nyonya, kali inia dalah salah saya. Maaf, maaf..." Yumari terus membungkukkan tubuhnya kepada Reta sambil meminta maaf dengan nada suara sedih.

"Nenek" Pani menghentikannya dengan sakit hati.

Yumari menggelengkan kepalanya dan berkata: "Kali ini benar-benar adalah salahku. Nyonya memerahi aku itu tidak salah"

Mendengar kata-kata Yumari, mata Pani pun memerah.

"Apakah kamu mendengarnya?" Pani berkata.

Pani mengigt bibirnya dan membantu Yumari untuk berdiri dengan tegak, selanjutnya dia berkata kepada Reta, "Baju ini 20 juta ya? Aku gantikan uangnya kepada kamu!"

"Pani..."

Yumari melihat ke Pani dengan gugup, "20 juta, kamu, kamu dari mana ada uang sebanyak ini?"

Reta melirik ke Yumari dan tertawa dengan mata menyipit, "Kamu sendiri yang berkata mau menggantikannya. Aku tidak memaksa kamu!"

Pani mengelus tangan Yumari dengan lembut dan menghela nafas ringan, "Aku akan memberikan uangnya kepada kamu pada besok setelah pulang sekolah. Kamu tidak boleh mempersulitkan nenekku lagi karena masalah ini"

Reta tertawa kepada Pani, "Kalau kamu menggantikan uangnya, tentu saja aku tidak akan mengomel dia lagi!"

Pani menjilat bibirnya dan melihat ke Yumari yang berekspresi gugup, "Nenek, ada sesuatu yang ingin saya katakan kepada anda"

Sudut mata Yumari sudah dibasahi air mata, dia mengangguk dengan tubuh gemetaran.

Pani membantu Yumari berjalan ke arah kamarnya.

Reta melipat kedua tanganya di depan dada dan melihat ke Pani dengan ekspresi dingin, "Setelah ada Tuan Nulu, kamu menjadi sangat tinggi hati! Tetapi tidak tahu dia akan menyukai kamu berapa lama"

Yumari melihat ke Pani dengan khawatir.

Pani hanya tersenyum.

.........

Dalam beberapa hari selanjutnya, Pani tetap tidak pergi mencari Sumi. Tetapi dia tetap mengangkat telpon dan membalas pesan teksnya.

Hanya saja, Pani akan menggunakan mau belajar sebagai alasan untuk menolak Sumi ketika dia mengajak Pani bertemu.

Libur akhir pekan.

Pani menghabiskan sepanjang hari untuk menghafal kosakata dan mengerjakan latihan di dalam kamar, kalau bisa dia akan masuk ke dalam soal dan buku latihan.

Pada saat menjelang siang, Sumi menelponnya.

Pani mengangkatnya dan berkata, "Paman Nulu, aku sedang mengerjakan soal. Nanti baru balas kamu ya?"

Setelah beberapa detik, Sumi berkata, "Aku akan tiba dalam waktu sekitar 40 menit, apakah kamu bisa selesai mengerjakan soal dalam jangka waktu itu?"

"........." Pani mengangkat kepalanya, "Apa?"

"Iya" Sumi menjawab dengan lembut.

Pani, ".........."

"Aku tidak menganggu kamu mengerjakan soal. Sampai jumpa setelah 40 menit" Setelah berkata, Sumi mengakhiri telpon tanpa menunggu jawaban Pani.

Pani mengigit bibirnya dan meletakkan ponselnya ke atas meja belajar, alisnya mengerut dan tatapannya terlihat gelap.

..............

Sumi tiba dalam waktu kurang 40 menit.

Dia tidak menunggu Pani di luar Villa, tetapi langsung masuk ke kamar Pani.

Kedua orang yang sudah tidak berjumpa selama 5-6 hari, tatapannya terlihat sedikit gemetaran ketika saling berpapasan satu sama lain.

Pani menarik nafas dan berdiri dari kursi, "Kamu sudah datang ya"

Sumi menatapnya dengan dalam dan merentangkan tangannya secara perlahan, "Sini"

Melihat adegan ini, wajah dan mata Pani terasa panas.

Pani berdiri di tempat dan menundukkan kepalanya, "Aku pergi ganti baju dulu, kamu tunggu sebentar"

Sambil berkata, Pani pun berjalan ke lemari baju.

Tetapi.

Sebelum dia sempat melangkah, Sumi sudah memeluknya.

Pani menarik nafas dengan kaget, kedua tangannya menekan di dada Sumi secara refleks.

Sumi menundukkan kepalanya dan mencium wangi rambut Pani, setelah mengelas bagian belakang Pani yang lembut beberapa saat, Sumi tiba-tiba menepuk pinggul Pani.

Pani mengencangkan pinggulnya dan melihat ke Sumi dengan bibir menggembang.

Sumi juga menatap kepada Pani dengan tatapan yang dipenuhi kerinduan, "Begitu banyak hari tidak menjumpai aku, kamu mau membuat aku mati karena merindukan kamu ya?"

Telinga Pani memanas. Tatapan dia memancarkan lingkaran cahaya terang, dia menjilat bibirnya dan tidak bersuara.

Sumi membungkukkan tubuhnya dan saling berpapasan dengan muka Pani, "Kenapa?"

Pani menatap Sumi beberapa saat sebelum menutupinya.

Sumi terus menatap ke Pani tanpa bersuara, dia merasa sangat cemas, akhirnya dia langsung mengendong Pani dan berjalan ke sisi tempat tidur, kedua orang pun berbaring di atas tempat tidur.

Pani melamun sejenak.

Selanjutnya wajahnya pun memerah dan Pani pun segera mau bangun.

Sumi menahannya dengan keras kepala, bahkan sampai akhirnya, seluruh tubuh dia menekan di atas tubuh Pani.

Mata Pani membesar, kedua matanya yang jernih dan cerah terlihat sedih.

Sumi mengerutkan alisnya dengna cemas, dia mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Pani dan berkata dengan suara lembut, "Kalau kamu masih tidak mau berkata, mulai sekarang jangan berpikir mau meninggalkan tempat tidur ini.... dan aku tidak berani menjamin apa yang akan terjadi selanjutnya!"

"......"

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu