Hanya Kamu Hidupku - Bab 428 Ikannya Sudah Terperangkap!

Mata Venus memerah seperti api yang membara, dia berusaha untuk menyembunyikan perasaannya, berjalan perlahan ke arah sofa dan duduk, dia menatap wajah tampan Bintang yang terlihat tenang, “ Bagaimana kabar Vania?”

Bintang menatapnya, "Sepupuku, jika aku katakan dia dalam kondisi baik, apakah kamu percaya?"

Hati kecil Venus bergetar.

“Hal semacam ini terjadi pada wanita mana pun, akan menjadi mimpi buruk dan bayangan seumur hidup.” Bintang mengerutkan kening, tidak sulit untuk mendengar rasa iba dan kasihan dalam nada bicaranya. “Sejak Vania terbangun, dia menjadi sangat pendiam. Tetapi dia sangat tabah, aku kagum dengannya”

Pria bisa saja merasa iba atas hal buruk yang telah terjadi pada seorang wanita, dan bahkan untuk memiliki keinginan untuk melindunginya, hal ini sangatlah normal.

Venus hanya bisa memandang Bintang pada saat itu.

Venus merasa bahwa darah di tubuhnya perlahan mendingin. Tangannya mencengkram pinggiran roknya dengan kuat, sampai dia dapat mendengar bunyi tulang tangannya yang tertekan. Dia membuka mulut untuk berbicara. Dia tahu apa yang dia katakan, tetapi dia tidak bisa mendengar suaranya., "Kamu tidak membencinya lagi?"

Bintang memandang Venus, mengerutkan alisnya, dan berkata sambil tersenyum, "Siapa yang tahu? Sepupu, aku sudah berjanji akan membelikan Venus sarapan besok pagi, jadi aku harus kembali ke kamar untuk beristirahat sekarang”

Bintang berdiri dengan senyum kecil, menatap Venus, “Sudah larut, kamu juga istirahatlah segera”

Wajah Venus memucat, bibirnya gemetar, sepasang matanya mengikuti Bintang yang berjalan keluar kamar dengan langkah cepat dan menutup pintu di depan matanya.

Dia kemudian merasa emosi yang memuncak sampai ke tenggorokannya.

Venus mengulurkan tangan untuk menopang leher dan menelan ludah untuk meredakan emosinya.

Venus tidak mengerti apa yang terjadi antara Bintang dan Vania, tetapi dalam satu malam, sikap Bintang terhadap Vania berubah secara dramatis...

Apakah Vania mengalami insiden itu malah terlahir kembali menjadi seorang yang baru?

Sebenarnya bagaimana Vania melakukannya?

Venus mengalami kebingungan terbesar sepanjang masa, dan pada saat yang sama, ia dikelilingi oleh rasa dingin yang menyelimuti tulang-tulangnya.

Dia mengangkat lengannya untuk memeluk dirinya sendiri, dan berbaring di sofa dengan badan bergetar.

Sampai pagi hari, Venus masih bertahan dalam keadaan ini, dan dia juga masih menggigil samar.

Matahari telah bersinar.

Dia akhirnya bangkit perlahan dan melangkah ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk Bintang, meskipun dia selama ini hanya memakan semangkuk bubur.

Ketika Bintang keluar dari kamar, Venus meletakkan sarapan di atas meja seperti biasa dan menatapnya sambil tersenyum.

Di saat ini, hati Bintang merasa kesusahan.

Bayangkan saja.

Seorang wanita yang wajahnya pucat, dengan kantung mata yang sangat hitam, dan penuh pikiran, masih bersikeras menyiapkan sarapan yang lezat untukmu di pagi hari, dan bahkan dengan senyuman di wajahnya.

Bintang menggosok telapak tangannya dan berjalan ke sofa, meletakkan mantelnya di pegangan sofa, dan berjalan menuju meja makan.

Venus melihatnya mendekat, mengulurkan tangan untuk merapikan kerah kemejanya, dan berkata dengan lembut sambil tersenyum, "Duduklah dan sarapan."

Bintang menatapnya selama dua detik dan duduk di kursi dekat meja makan. Dia melihat ke meja. Dia mengambil sendok dan mulai makan bubur yang ada. Dia berkata, "Sepupu, kamu membuat begitu banyak sarapan, kita berdua juga pasti tidak bisa menghabiskannya, tolong kemaslah sebagian, aku akan mengantarkannya untuk Vania.”

Venus baru saja duduk.

Setelah mendengar kata-kata Bintang, mata Venus menyipit, seolah-olah dia tidak mengerti, dia menatap Bintang.

Bintang mengangkat mangkuk dan langsung memakan bubur sekaligus.

Venus hanya bisa melihat simpul tenggorokannya meluncur ke atas dan ke bawah, sangat seksi.

Namun, saat ini Venus tidak bisa menghargai dengan sepenuh hati.

Setelah Bintang selesai makan, dia meletakkan mangkuk, mengaitkan bibir dan memandang Venus, "Sepupu, tolong."

Bagi siapa pun dengan mata jernih, jelas tahu bahwa ekspresi wajah Venus terlihat sangat tidak nyaman,

Bintang yang tidak peka menarik selembar kertas dari tisu yang berada di atas meja, sambal melihat Venus yang menyeka mulutnya dengan tenang.

"... Baiklah, aku akan mengambil termos" Venus berkata dengan suara tersedak, dan berbalik cepat ke dapur.

Saat Venus berbalik, ekspresi wajah Bintang menghilang seketika.

...

Ketika Bintang keluar, Venus membawakannya sarapan yang telah dikemas ke pintu dan menyerahkan sarapan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Bintang tersenyum pada Venus, dan menatap matanya dengan dalam dan dengan suara normal berkata, "Terima kasih."

Venus mengangguk, berbalik dan berjalan kembali, duduk di sofa dengan tegak, membelakangi Bintang.

Bintang menyipitkan matanya, tetapi dia tidak bertanya dan hanya membuka pintu untuk pergi.

Setelah pintu tertutup, apartemen yang luas itu hening sesaat, walau begitu, atmosfir dalam ruangan terasa sangat mencekam.

Venus masih dengan posisi tegak dan duduk di sofa untuk waktu yang lama tanpa bergerak.

...

Coral Pavillion.

Ellen sedang duduk di ruang tamu dengan buku yang terbuka, tetapi dia tidak membacanya

"Nona, kamu sudah memegang buku ini selama hampir satu jam. Tapi kurasa kamu belum membalik halaman. Jika kamu tidak mau membacanya, Letakkan saja. Kemari dan makanlah buah ini," Darmi berkata sambil tersenyum dan menatap Ellen dengan lembut

Ellen dengan malas menurunkan kakinya dari sofa, meletakkan buku di sampingnya, mengambil garpu dari Darmi, dan mengambil anggur kemudian mulai memakannya.

Darmi menahan tawa memandang Ellen, “Nona apa yang kamu pikirkan? Apa kamu sudah sadar sepenuhnya?”

Ellen melirik Darmi, membersihkan bibirnya, dan berkata, "Bibi Darmi, apakah menurutmu Tuan Dilsen terlihat aneh beberapa hari ini?"

"hufh”

Darmi terkekeh, "Jika Tuan mengetahui kamu membicarakan tentang dia dibaliknya, kamu akan menerima ganjarannya."

“Lagian aku juga tidak mengatakannya didepan dia,” Ellen berpikir sejenak. “Bibi Darmi, kamu tidak mungkin melaporkan setiap hal bukan? Seingatku kamu memiliki satu putra”

Wajah Darmi seketika terasa panas, "Aku tidak mengerti."

Ellen menatap Darmi sambil menyeringai, "Jangan mengira aku tidak tahu. Bukankah dulu kamu selalu membantu paman ketiga untuk membantu putramu mendapatkan pekerjaan? Sekarang putramu baik-baik saja di Perusahaan Dilsen, kamu juga tidak memiliki anak-anak lain yang membutuhkan pertolongan paman ketiga lagi. Jadi, bagaimana jika kamu berpihak padaku sekarang Bibi Darmi ?”

"..." Darmi malu dan berkata dengan suara kecil “Itu, itu sudah berapa lama yang lalu?”

Ellen menggerutu dalam diam.

Darmi mengintip Ellen dan bergumam pelan, "Katanya jika pasangan menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang lama, maka temperamen mereka akan semakin mirip. Kalimat ini sama sekali tidak salah.”

Ellen tertawa dan menatap Darmi, "Bibi Darmi, apa yang ingin kamu katakan?"

Darmi menatap Ellen, dan menghela nafas, "Aku ingin bertanya apa yang ingin kamu makan untuk makan siang. Aku akan membuatnya untukmu."

"Haha," Ellen mendengus.

Darmi hanya bisa menahan tawa ketika melihatnya.

...

Siang itu, setelah dia menyelesaikan makanan, dia memberitahu Ellen untuk makan, dan kemudian menuju ke ruang belajar untuk memberitahu William.

Ellen yang sudah lapar, langsung menuju ruang makan saat mendengar bahwa makanan sudah disajikan.

William yang keluar dari ruang belajar itu, terbiasa mencari sosok wanita kecil, dan dia tidak bisa menemukannya.

William mengerutkan bibirnya dan melangkah turun.

Saat dia melewati ruang tamu, telepon Ellen yang terletak di meja kopi bergetar disaat yang sama.

William berhenti sejenak, memandang ponsel Ellen di meja kopi.

Dia tidak merasa ragu.

William langsung berjalan ke arah meja, dan membungkuk sedikit untuk mengambil telepon dari meja.

Saat sepasang matanya tertuju pada telepon, ekspresi William perlahan menunjukkan kebinggungan.

Perihalnya, di layar telepon Ellen, hanya tertulis tiga huruf : 007

Sorot mata William melihat ke arah ruang makan, sambil mengangkat telepon dan meletakkannya di samping telinga.

Dia belum sempat membuka mulut, dari sisi lain telepon langsung terdengar suara seorang lelaki yang berkata dengan berbisi, “ Ellen, ikannya sudah terperangkap….”

“ Ghost.”

Ghost yang berada di sisi lain telepon terdiam, “…”

Ghost adalah bayangan Thomas Mu, dari awal dia tidak pernah menampakkan dirinya, Tetapi setiap Thomas Mu membutuhkannya, dia akan selalu muncul secepat mungkin.

Sejujurnya.

Ghost sebagai bayangan Thomas Mu hanya memiliki satu tanggung jawab: untuk melindunginya.

Seluruh orang tahu bahwa ada sejumlah besar orang di sekitar Thomas Mu, tetapi hanya beberapa orang yang pernah melihat Ghost secara langsung, dan bahkan beberapa orang penting disamping Thomas Mu pun tidak pernah melihat sosok asli Ghost secara langsung.

Dan selalu, kecuali atas permintaan Thomas Mu, Ghost dan Thomas Mu tidak dapat dipisahkan.

Memikirkan hal ini.

William menyipitkan matanya.

"Bibi Darmi, mengapa paman ketiga belum datang?"

Pada saat ini, suara Ellen yang tidak sabar terdengar dari ruang makan.

William menatap dengan dingin ke arah ruang makan, suaranya sedingin es, "Kamu tidak perlu mengatakan apa-apa kepadaku sekarang, karena aku akan menghubungimu lagi nanti. Ghost, dengarkan dengan baik, aku harus mengetahui hal ini sampai ke detil terkecil.”

Ghost, “…”

“Setelah aku menutup telepon ini, langsung hubungi nomor ini kembali.” William langsung menutup teleponnya, tidak memberi Ghost waktu untuk merespon.

Setelah William menutup teleponnya, sekitar sepuluh detik kemudian, Ghost kembali menghubunginya.

William mencibir setelah melihat huruf “007” di layar telepon Ellen, kemudian tertawa dengan dingin.

“Tuan.”

Darmi yang melangkah keluar dari ruang makan untuk mencari William, terdiam setelah melihatnya mengambil telepon Ellen.

Ekspresi William terlihat normal, hanya mengambil telepon dan berjalan memasuki ruang makan.

Darmi pun langsung merasa lega.

“Bibi Darmi, Apakah paman ketiga sudah tiba?” Suara Ellen terdengar lagi.

Darmi berbalik kembali menuju ruang makan dan mengangguk.

Beberapa detik setelah Darmi mengangguk, tampak sosok William yang memasuki ruang makan.

“Paman..” ketiga

Belum juga dia menyelesaikan kalimatnya, Ellen langsung terdiam, matanya membesar melihat William.

William juga kembali menatap Ellen tanpa berkedip, dia berjalan menujunya, dan memberikan telepon padanya. “007?”

“Ehmm..”

Ellen yang mengalihkan pandangannya untuk sejenak ke layar dan melihat 007, refleks berkata “Ehmm..”

“Tidak diangkat?” kata William dengan suara tenang.

“.. Angkat, aku akan mengangkatnya.”

Ellen menarik nafas dalam, kemudian mengambil telepon dari tangan William dan langsung mengangkat teleponnya.

William berdiri di sampingnya, melihat dia dengan sorot mata curiga.

“En en, en en baik.”

Ellen menghadap ke William tersenyum, sambil tetap menjawab telepon dengan “En.”

Disaat itu, Ghost sangat bersimpati kepada Ellen.

Disaat teleponnya akhirnya selesai, akhirnya Ellen merasa lega.

Tidak disangka seseorang tiba-tiba berkata, “007…. Menarik.”

Ellen, “….”

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu