Hanya Kamu Hidupku - Bab 278 Apakah Kamu Bisa Lebih Kelewatan?

Pani yang sedang melihat kanan kiri langsung menoleh ke sisi Ellen.

“ Pani” Ellen mengulurkan tangannya keluar jendela dan melambaikan tangannya kepada Pani yang berdiri di jauh.

Pani mengangkat kepalanya dan berjalan ke arah Ellen dengan perlahan.

Ellen menahan untuk tidak tertawa dan melihat Pani berjalan secara perlahan beberapa saat sebelum akhirnya berlari ke arah Ellen.

Ellen langsung membuka pintu dan turun dari mobil.

“ Pani”

“ Ellen!” Pani langsung memeluk Ellen dan tertawa dengan bahagia, “ Kenapa harus menunggu aku berlari ke sini? Tidak boleh bersikap agak tidak sabar ya?”

Ellen tertawa dan memegang bagian belakang tubuh Pani, “ Kamu benar-benar sudah berubah menjadi wanita cantik”

Pani melepaskan Ellen dan menggerakkan rambutnya dengan rapi, “ Tentu saja, aku selalu cantik!”

“ Iya iya, wanita cantik, ayo cepat naik” Ellen tertawa.

Pani mencubit bibir Ellen dan menatap ke matanya dengan serius, “ Benar-benar sangat baik”

Ellen menarik jaket Sumi.

Mereka berdua saling tertawa sebelum naik ke dalam mobil.

Setelah masuk ke dalam mobil, Ellen dan Pani memakai sabuk pengaman, “ Sekarang kita kemana?”

Pani memiringkan kepalanya dan menatap ke Ellen dengan tatapan bercahaya, “ Cari satu hotel dulu, kita bicara dulu”

Hotel?

Bulu mata Ellen bergemetaran, “ Baik”

Ellen membawa Pani meninggalkan bandara.

Sementara sebuah mobil hitam berada di jarak tidak jauh dari tempat Ellen parkir mobil sebelumnya.

Bayi gendut mengerutkan wajahnya dan menatap ke pria yang sedang duduk di tempat pengemudi sanvik berkata “ Hais, Agnes kecil yang kasihan”

William yang duduk di tempat pengemudi, “ ....”

“ Yang penting aku percaya ibuku tanpa syarat” Nino berkata sambil menggembangkan mulutnya.

“ Aku juga” Jarang-jarang Tino dan Nino berdiri di satu garis yang sama.

Wajah William bergetar beberapa kali, dia mengeluarkan sebuah batuk kecil dan berkata, “ Makan siang mau makan apa?”

Nino menunddukan kepala kecilnya dan memegang sabuk pengaman di depannya dan berkata dengan nada suara santai, “ Betapa baiknya kalau bisa makan seafood siang ini”

“ ....... Baik, Papa bawa kalian pergi makan seafood” Ekspresi William sudah menggelap.

“ Hari cuaca sangat baik, betapa baiknya kalau bisa pergi jalan-jalan ke kebun binatang setelah makan siang” Nino berkata.

William hanya diam saja dengan ekspresi gelap.

Nino melirik ke William sebelum menghela nafas dengan perlahan, “ Kalau Agnes tahu kita ikut dia datang ke bandara.....”

“ Saran pergi ke kebun binatang setelah makan siang sangat bagus. Jadi aku, setuju” William berkata.

Nino menjilat bibirnya dengan suasana hati yang senang, tetapi ekspresinya terlihat serius, dia menyandar ke belakang dan melihat ke William, “ Kalau begitu jalani saja”

William menyipitkan matanya, 'mencopet pada saat kebakaran ya?!' Anak celaka!

“ Setelah makan siang pergi ke kebun binatang, mungkin tidak ada waktu bisa pergi ke museum lagi. Kalau begitu lain kali saja” Nino menatap ke William dan berkata dengan nada suara biasa.

William menatap ke Nino melewati kaca spion dengan ekspresi yang tidak tahu harus berkata apa.

Sepertinya William juga tidak menyangka Tino yang biasanya selalu berpihak kepadanya pun begitu pada saat seperti ini!

Melihat William menatap kepadanya, Tino memberinya sebuah senyuman, “ Ayah, aku berpikir kamu seharusnya tidak ingin ibu tahu kamu....!”

“ Aku, setuju!” William memejamkan matanya.

Tiba-tiba dia merasa dua anak kecil ini benar-benar sangat nakal, dua-duanya adalah 'setan kecil'!

Betapa baiknya kalau ada anak gadis seperti Ellen!

Berpikir sampai sini.

William memutuskan secara diam-diam, dia pasti harus mempercepat gerakan dan menjaga kesehatan Ellen dengan baik kemudian melahirkan seorang anak gadis yang imut dengan cepat!

Kalau tidak, William pasti akan mengusir dua setan kecil ini keluar suatu hari! (Ellen memasang ekspresi marah : Baru saja berapa lama kamu sudah mulai tidak menyukai anak? Kalau tahu begitu aku tidak akan membiarkan mereka mengakui kamu sebagai ayah kandung! William memasang ekspresi tenang : Mau mengaku atau tidak mereka tetap adalah anakku! Tino dan Nino berkata dalam hati : Kami sangat menyesal memanggil ayah begitu mudah!)

...........

Hotel Yijing.

Di depan kamar nomor 616, Pani memasukkan kedua tangannya ke dalam jaket dan melihat Ellen membuka pintu dengan kartu, kemudian Pani berkata dengan lembut, “ Aku menggunakan semua uangku untuk membeli tiket pesawat”

Ellen menundukkan kepalanya dan membuka pintu kamar sebelum menoleh ke Pani dengan senyuman, “ Kamu benar-benar sangat niat demi aku”

Pani menggembangkan mulutnya, “ Tunggu aku sudah ada uang......”

“ Apakah kondisi kita ini mirip dengan.......... hubungan jarak jauh?” Ellen mengedipkan matanya terhadap Ellen, “ Pria muda menghemat uang hanya demi membeli tiket pesawat dan menjenguk gadisnya yang berada di kota lain.... Pani, kamu berkata dengan jujur saja, sebenarnya aku adalah cinta sejati kamu kan?”

Pani menatap ke wajah Ellen yang tidak memiliki kekurangan sama sekali, tatapannya terlihat agak memerah.

Ellen menghembus nafas dan menarik tangan Pani masuk ke dalam kamar.

Ellen meletakkan kartu dan menutup pintu sebelum menarik Pani berjalan ke arah dalam.

Ellen membuka sebuah kamar besar, karena bukan hotel mewah, harga kamar ini juga tidak sangat mahal.

Setelah duduk di atas tempat tidur, Ellen baru melihat ke Pani, “ Pani, aku tahu kamu sangat keras kepala, aku bukan merasa keras kepala itu tidak bagus. Tetapi di depan aku, kamu tidak perlu memaksa diri kamu, kamu tidak perlu kuat juga. Kalau tidak... aku akan merasa sakit hati”

“ Apaan......” Pani melirik ke Ellen, “ Kamu benar-benar menganggap dirimu itu pacar aku?”

“ Apakah aku bukan?” Ellen menyipitkan matanya dan menatap ke Pani dengan tatapan mengancam.

Pani tertawa dengan suara besar sebelum mendorong Ellen ke atas tempat tidur dan menekannya, “ Iya, iya. Kamu adalah pacar aku. sayangku, cintaku, cepat sini aku cium dulu, aku sangat kangen kepada kamu”

“ Hahaha... jangan main lagi Pani, hahaha.... sangat gatal.....”

“ Hehe... gatal....”

“ ... Pani! Kamu jangan terlalu kelewatan!”

“ Aduh, wajahmu memerah”

“ ......” Tidak tahu harus berkata apa!

........

Ellen dan Pani bermain di hotel sejenak sampai hampir siang mereka baru memutuskan mau pergi makan siang dulu baru kembali ke hotel.

Keluar dari hotel, Ellen bertanya kepada Pani, “ Mau makan apa?”

“ Kamu tahu aku suka makanan yang berat. Hotpot” Pani berkata terus terang.

Setelah berpikir, Ellen berkata, “ Di sekitar sini sepertinya ada restoran hotpot yang lumayan terkenal”

“ Kalau begitu kita pergi ke sana saja” Pani berkata sambil memegang tangan Ellen.

Ellen tertawa, “ Oke”

Mereka berdua pun berjalan ke restoran hotpot.

Mereka berdua pun langsung duduk di tempat yang dekat dengan jendela dan bisa merasakan sinar matahari.

“ Mau sup rasa apa ya?” Pelayan bertanya.

Pani memegang perutnya sendiri, berpikir tentang dirinya tidak sarapan tadi pagi, dia berkata, “ Pedasnya medium saja”

“ Sup tulang, yang pedas mau medium saja”

Setelah itu Ellen juga berkata.

Setelah pelayan meninggalkan tempat, Pani berkata, “ Setelah beberapa tahun tidak berjumpa, rasa makanan kamu saja sudah berubah. Aku ingat kamu dulu itu sama dengan aku, tidak bisa hidup tanpa cabe”

Ellen menatapnya dengan senyuman, “ Sekarang sudah tua, tidak bisa makan terlalu pedas”

Pani menggembangkan mulutnya dan hatinya terasa agak aneh.

Masa 4 tahun.

Mau dibilang panjang tidak panjang, mau bilang pendek juga tidak pendek.

Masa ini bisa berubah cara makan satu orang, bisa juga mengubah hal lain.

Ellen menatap ke Pani sambil menjilat bibirnya.

Meskipun wajahnya tidak mengalami perubahan besar, aura yang dia pancarkan sekarang jelas terlihat agak kesepian.

Setelah 4 tahun tidak berjumpa.

Selain perasaan senang yang mereka rasakan tadi pada saat baru bertatap muka, setelah bersama, karena telah menghilang dari kehidupan sesama selama 4 tahun, kekosongan itu pun muncul dalam segala bentuk, perasaan canggung juga memenuhi hati mereka secara diam.

Setelah pesan makanan.

Ellen dan Pani saling menatap, tiba-tiba mereka tidak tahu harus berkata apa.

Sampai akhirnya pelayan mengantar minuman dan sup datang.

Ellen memegang gelas minuman sambil menundukkan kepalanya, berpura-pura tidak peduli dan berkata, “ Beberapa tahun lalu ada terjadi sedikit masalah, sekarang kesehatanku belum sembuh sepenuhnya, jadi masih tidak bisa makan terlalu pedas. Sebenarnya aku lumayan mengidam pedas”

Pani berhenti bergerak dan menatap ke Ellen.

Ellen sedang minum minumannya dengan kepala tertunduk.

Perasaan bersalah dan sedih tiba-tiba membuat mata Pani memerah, “ Apa yang terjadi?”

Ellen menatap ke Pani sambil mengangkat alisnya, “ Setelah makan, kita pulang ke hotel baru aku beri tahu kamu”

Pani menjilat bibirnya.

Setelah itu pelayan pun terus mengantar makana untu mereka.

Melihat sup sudah mendidih, Ellen memasukkan sekeping organ ke dalam sup pedas.

Pani membesarkan matanya, “ Kamu mau buat apa?”

“ Makan” Ellen berkata.

“ ... Jangan bodoh!” Pani mengerutkan alisnya dan mengambil sumpit mau mengentuk tangan Ellen.

Ellen malah mengambil organ itu dan meletaknya ke dalam piring Pani, “ Untuk kamu”

Pani, “ ........”

Pada saat itu dia baru meletak kembali sumpitnya, “ Bagus”

Ellen tertawa dan berkata, “ Bagus, ada aura pacar!”

Pani mulai makan dan memberikan kode mata kepada Ellen, “ Sup yang dimasak oleh pacarku itu benar-benar terlalu enak!”

Ellen tertawa.

Canggung dan bingung yang mereka rasakan tadi pun menghilang setelah satu canda.

Sebenarnya.

Mau cinta atau pertemanan, asal dua orang itu mau saling membuka hatinya, menjelaskan dengan jujur, sabar dan percaya tanpa alasan, hubungan itu pasti bisa berjalan lama.

Lagipun, tidak ada barang di dunia ini yang bisa didapatkan lama tanpa alasan.

Terus meminta dan mendapat, tidak memberi, pada akhirnya semua akan menghilang juga.

Ellen mengerti, Pani juga mengerti! Mereka berdua sangat menyayangi hubungan ini.

.....................

Setelah makan, Ellen pergi bayar, kemudian Pani pun memegangn lengan Ellen sambil meletakkan dagunya di atas bahu Ellen, dia menatap ke Ellen dengan tatapan seperti seekor anjing yang imut, “ Buka kamar mau pacar bayar, makan juga mau pacar bayar, aku yang menjadi pacarmu ini benar-benar sangat memalukan”

“ Hahaha....” Ellen tertawa dan mengeluskan kepala Pani, “ Aku tahu kamu itu berkemampuan. Semua pemberian aku kepada kamu itu tulus, karena aku tahu, dalam waktu yang pendek, kamu akan berusaha bekerja keras agar pacarmu ini bisa hidup dengan baik”

Pani memeluk bahu Ellen dengan ekspresi terharu.

Sebelum kedua tangan Pani sempat turun ke bawah, Ellen tiba-tiba berhenti dan berkata dengan kaget, “ Paman Nulu!”

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu