Hanya Kamu Hidupku - Bab 264 Paman Ketiga, Aku Merasa Tidak Nyaman

Eldora seperti melihat harapan dan dia tidak sabar untuk menginginkan William turun tangan. Karena dia tahu bahwa selama William bersedia bertarung, ancaman Boromir terhadap Keluarga Nie tidak lagi berbahaya.

Eldora sangat pintar dan juga sangat mengerti bagaimana menilai situasi dan memanfaatkan peluang.

Tetapi dia salah menggunakan kepintarannya!

Eldora hanya melihat bahwa William sangat mementingkan Ellen, jadi dia secara tidak langsung memaksa William untuk membantu keluarga Nie dari Ellen.

Tetapi dia tidak tahu bahwa yang paling dibenci William adalah seseorang memanfaatkan Ellen.

Jika Eldora tulus pada Ellen seperti Dorvo dan Nurima.

Tidak perlu siapapun untuk menggunakan caranya. Pada waktu yang tepat, William pasti akan turun tangan!

Namun, Eldora terlalu terburu-buru dan dia memilih untuk memaksa William untuk turun tangan dengan cara menyakiti Ellen. Langkahnya telah melanggar pantangan William.

Awalnya, dia berencana untuk membantu Keluarga Nie pada waktu yang tepat, tetapi sekarang...

William tiba-tiba memegang erat kemudi dan mempercepat kecepatan mobilnya.

Ellen yang sedang melihat ke luar jendela pun terkejut dan menoleh ke William dengan ragu.

William melihat Ellen dari ujung matanya, dan dia pun mengencangkan bibirnya. Kecepatan mobil baru mulai melambat dan bergerak maju dengan kecepatan konstan.

Ketika Ellen merasa bahwa kecepatan mobil sudah melambat, dia pun memalingkan wajahnya ke jendela mobil lagi.

.....

Ketika mobil berhenti di depan pintu villa, Ellen membuka sabuk pengamannya dan ingin membuka pintu.

“ Marah denganku? ”

Terdengar suara yang dingin dari belakangnya.

Ellen meletakkan tangannya di pintu, lalu menoleh ke William dan berkata : “ Mengapa aku harus marah? ”

William menatapnya dengan tatapan dalam dan berkata : “ Karena aku telah menyembunyikan masalah keguguran Eldora. ”

“ Hm. ” Ellen mengangguk dan berkata : “ Jadi, mengapa kamu menyembunyikannya dariku? ”

Tatapan William pada Ellen semakin dalam.

Ellen menatap William dengan tatapan yang jernih dan dengan suara kecil bertanya : “ Apakah kamu tidak bisa menjawabnya? ”

William mengerutkan keningnya, lalu meraih tangan Ellen, memegangnya dengan erat, menurunkan pandangannya dan tidak berbicara.

Ellen menghela nafas, ujung matanya terasa sedikit panas dan dia berkata : “ Paman Ketiga, apakah kamu takut aku khawatir atau takut aku akan memintamu untuk membantu Keluarga Nie kami untuk berurusan dengan Boromir ? ”

Setelah Ellen mengatakan ini, dia merasa bahwa William memegang tangannya dengan erat.

Ellen menatap William.

“ Ellen, apakah aku telah menyakitimu? ”

William melepaskan tangan Ellen dan menatap Ellen dengan tatapan marah. Nada bicaranya terdengar datar, tetapi Ellen bisa mendengar bahwa dia benar-benar marah! ”

Mata Ellen dipenuhi air mata dan dengan keras kepala menatap William, lalu dengan suara serak bertanya : “ Jika bukan, lalu mengapa kamu menyembunyikannya dariku? ”

William memandang air mata di mata Ellen, hatinya terasa sakit dan marah, lalu dengan suara yang keras berkata : “ Hari ini aku benar-benar melihat orang yang tak tahu berterima kasih. ”

Ellen mengerutkan bibirnya, lalu air mata pun menetes, dan kemudian dia berkata : “Akulah orang yang tak tahu berterima kasih. ”

“ Hanya tahu menangis! ”

William marah, tetapi tangannya yang besar itu membelai wajah Ellen dan menyeka air matanya dengan sedikit kasar.

“ Iya benar, akulah seseorang yang tak tahu berterima kasih dan hanya bisa menangis! ” Ellen menjatuhkan botol dan memecahkannya karena marah pada William.

William menatap Ellen dengan tatapan dingin.

“ Kamu tidak tahu apa-apa! ”

Ellen melihat William sebentar, dan kemudian meraih tangan William yang berada di wajahnya dan menutupi matanya.

Dan pada saat itu juga, William merasakan gerimis di telapak tangannya dan “ hujan ” itu semakin deras.

Amarah di hati William pun dilenyapkan oleh air mata Ellen.

William mengangkat alisnya, lalu menatap wanita yang sedang menangis di telapak tangannya dengan lembut dan dengan suara lembut berkata : “ Aku tidak akan membicarakan dirimu lagi. ”

“ Huh, apakah kamu mengira bahwa aku tidak tahu kakak sengaja mengatakan itu kepadaku? Jadi mengapa jika dia sengaja mengatakan itu kepadaku? Aku adalah anggota Keluarga Nie. Kakak telah sangat menderita selama bertahun-tahun demi Keluarga Nie. Dan bagaimana denganku? Apa yang telah aku lakukan untuk Keluarga Nie ? Aku hanya menyusahkan mereka. ”

Ellen menangis.

Dia dibawa kembali ke rumah Keluarga Nie oleh Dorvo dan Nurima karena kondisi tubuhnya tidak baik dan sakit. Dorvo sibuk dengan urusan Perusahaan Nie dan sibuk berurusan dengan Boromir, tetapi harus mengkhawatirkannya lagi. Dan di usia Nurima yang seperti ini harus menjaganya setiap hari.

Dalam empat tahun terakhir, dia tidak pernah melakukan sesuatu yang berguna untuk Keluarga Nie.

Jadi, bahkan jika dia tahu bahwa Eldora sengaja mengatakan itu, bisakah Ellen menyalahkannya?

“ Paman Ketiga, aku merasa tidak nyaman. ”

Ellen menekan tangan William lebih erat dan berkata : “ Jangan marah kepadaku lagi, ok? Aku tidak marah padamu, aku hanya marah pada diriku sendiri. Andaikan jika aku adalah seorang pria. ”

William, “... ” Apa maksudnya?

“ Jika aku adalah seorang pria, aku pasti bisa membantu kakakku. Meskipun aku tidak bisa membantunya, setidaknya aku tidak akan menyusahkan dirinya.” Kata Ellen.

“... ” William tertegun sejenak dan kemudian dia berkata : “ Jangan berpikir sembarangan. ”

“ Bagaimana bisa ini disebut berpikir sembarangan? ” Ellen bergumam.

“ Jika kamu adalah seorang pria, jadi bagaimana denganku? ” William mengerutkan keningnya dan menatap Ellen.

Ellen tidak berbicara.

Setelah beberapa saat, Ellen melepaskan tangannya, lalu menatapnya dan berkata : “ Paman Ketiga, jika aku benar-benar menjadi seorang pria, apakah kamu masih menginginkanku? ”

William, “... ”

“ Cinta sejati tidak mengenal gender. Jika aku adalah seorang pria, dan kamu juga mencintai... ”

“ Mulai dari saat ini, jangan biarkan aku mendengarmu mengucapkan sepatah katapun! ” Dia tidak ingin mendengarnya lagi!

William menatap Ellen.

Ellen mengigit bibirnya dan tertegun selama beberapa detik dan kemudian dengan serius berkata : “ Paman Ketiga, jika kamu adalah seorang wanita, aku juga mencintaimu! ”

Secara logika, seharusnya merasa senang ketika mendengar pengakuan seperti itu.

Tetapi ekspresi wajah William sedikit suram.

Dia menjadi wanita? Haha.

Ellen sepertinya melihat ekspresi wajah William yang suram, dia pun sengaja mencondongkan tubuhnya ke arah William dan menatap William dari dekat.

Ekspresi William buruk, tetapi masih tenang dan menatap Ellen.

Dia seperti sedang menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan Ellen berikutnya

“ Paman Ketiga, jika aku menjadi pria, haruskah Tino dan Nino memanggilku ayah atau ibu? ”

Ellen tiba-tiba berbicara dan sengaja menekan suaranya sangat rendah dan tebal agar terdengar seperti suara pria.

William mengepalkan tangannya dan tersenyum pada Ellen. Dia membuka satu tangannya, lalu memegang bahu Ellen dan mendorongnya kembali ke kursi penumpang.

Ketika Ellen mencondongkan tubuhnya lagi, dia pun membuka pintu, lalu turun tanpa ragu dan berjalan menuju villa tanpa menoleh.

Ellen duduk di kursi penumpang, matanya yang besar dan ekspresi wajahnya menjadi melamun. Dia menurunkan pandangannya dan dengan lembut menggerakkan tangan di kakinya.

William berjalan ke teras dan berhenti melihat Ellen yang duduk di mobil.

William tahu bahwa Ellen hanya sengaja menganggunya.

Mungkin dia merasa bahwa dia tidak seharusnya marah pada dirinya, dan dia juga khawatir dirinya akan sedih dan kesal.

Ellen terlalu baik dan tidak egois.

Bahkan jika tadi Ellen benar-benar marah pada dirinya, apakah William akan memarahinya dan memukulinya? Itu tidak mungkin!

Paling-paling, dia hanya akan marah padanya selama satu atau dua jam.

Ellen sama seperti wanita pada umumnya, sedikit emosian.

Ketika sedang tidak senang pasti melampiaskannya pada kekasih dan itu sangat normal.

Dia berpikiran seperti itu dan dia juga tidak bisa menahan emosinya di depan William.

Tetapi ketika dia melihat William tidak senang, sedih atau bahkan hanya mengerutkan kening, dia langsung merasa lebih sedih daripada William.

Dia tidak ingin William tidak bahagia, tidak sama sekali!

Jadi, meskipun dia sedang sangat sedih karena masalah Eldora dan Keluarga Nie, tetapi dia masih memiliki semangat untuk mengganggu dan menggodanya.

Dia hanya tidak ingin William sedih dan depresi.

William berdiri di teras dan memandang Ellen untuk waktu yang lama. Ellen menundukkan kepalanya dan tidak melihat ke luar jendela.

William merasa sedih dan sakit hati, tetapi dia tidak memanggilnya dan memberinya ruang untuk tenang.

Setelah waktu yang lama.

Ellen tiba-tiba mendongakkan kepalanya dan membuka pintu.

Ketika dia mengangkat pandangannya, dia melihat seorang pria sedang berdiri di depan villa dan memandangnya.

Hati Ellen bergoyah, hidungnya terasa masam sehingga matanya basah dan hampir meneteskan air mata.

Tanpa keraguan, Ellen bergegas membuka pintu dan berlari ke arah pria yang mengulurkan telapak tangannya.

Ellen berjalan ke teras dan meraih tangan pria itu.

Sama seperti ketika dia berusia lima tahun, dia memegang jari-jarinya di dalam kantor polisi.

William melingkarkan tangannya di pinggang Ellen dan memeluknya, lalu membawanya memasuki villa.

Ketika William dan Ellen memasuki villa, Frans dan Samir sedang mengawasi Tino dan Nino bermain catur. Mereka berdua melihat mereka bermain dengan penuh kesenangan.

Namun, ketika Tino dan Nino melihat William dan Ellen, mereka langsung meletakkan catur mereka dan bergegas berlari menyampiri Ellen dan William.

Nino sangat lengket dengan William dan tujuannya pasti pada William.

Dan dia langsung bergegas memeluk paha William, mendongakkan kepalanya dan menatap William dengan ramah.

Di dalam lubuk hati William sangat lembut, dia pun langsung menggendong Nino.

Nino langsung mencium wajah William.

William juga mencium dahi bocah itu.

Sebenarnya, Tino juga ingin memeluk William, tetapi melihat Nino telah memenangkan kesempatan itu, jadi dia tidak ingin Ellen merasa sedih sehingga dia pun mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Ellen.

Ellen menundukkan kepalanya dan melihat bahwa Tino berada di sisinya, tetapi hatinya tidak. Tino tidak bisa mengendalikan matanya dan terus melirik William. Ellen merasa sedih dan sepertinya dia tidak lagi disukai mereka.

William menemani Tino dan Nino di ruang tamu untuk sesaat. Kemudian, dia melirik Frans dan Samir dan kemudian berjalan ke atas.

Frans dan Samir melihat William naik dan langsung memasuki kamar Frans.

Mereka berdua menyipitkan mata, lalu mengobrol dengan Ellen dan kemudian bangkit dan berjalan ke atas.

Ellen juga sedang memiliki beban pikiran, jadi dia tidak terlalu memperdulikannya.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu