Hanya Kamu Hidupku - Bab 539 Kamu Harus Mengerjakan Apa Yang Disuruh

Samir Moral menatap Sumi lalu mendesau.

Ethan keluar seperti “disinfektakan” , Sumi yang mabuk berdiri dari kejauhan menatap dengan penuh rayuan, “Kenapa kamu tidak menelepon dokter untuk datang memeriksa?”

Beberapa tahun ini pencernaan Sumi tidak baik, akibat dari minuman keras.

Ethan sedikit khawatir.

“Aku rasa tidak perlu.” Sami Moral menyentuh dahi Sumi dan merasa suhu nya normal, berpikir, lalu berkata.

“Ayah.”

Suara lembut yang tidak bahagia dari Bobo datang dari luar pintu.

Ethan pergi keluar.

Bobo masih berdiri di pintu, wajah kecil yang lembut itu berkerut, dengan cemberut menatap Ethan.

Ethan melihatnya, mengerutkan bibir dan melirik ke arah ruang tamu yang berantakan, berkata, “Tunggu sebentar, ayah menelepon hotel dan beberes sebelum kamu masuk.”

“Hum.” Bobo memeluknya dan bersenandung.

Ethan menatapnya sebentar, kemudian melangkah ke ruang makan, mengambil kursi ke pintu, lalu menjepit ketiak Bobo, menggendong orang itu sampai ke kursi, dengan canggung membelai kepalanya lalu berkata, “tahan.”

Ujung telinga Bobo memerah, terdiam tak berkata-kata.

Samir Moral bersandar di pintu kamar dan melihat ayah dan putranya, dia memutarkan matanya, bagaimana bisa pecinta kebersihan ekstrim hidup sejauh ini?

Sekarang.

Suara getaran ponsel berasal dari meja kopi di ruang tamu.

Ethan dan Samir Moral melihat secara bersamaan.

Melihat ponsel yang menyala di meja kopi, Ethan dengan segera mentap mata Samir Moral, tersirat makna yang jelas, lagipula dia tidak akan pergi kesana!

Samir Moral mengerutkan sudut bibirnya, memasukkan ke saku dan berjalan mendekat.

Berdiri di samping meja kopi, Samir Moral menundukkan kepala melihat ke layar ponsel, mengangkat alis kanannya, “Linsan……”

Mendengarnya, Ethan tertunduk dan alisnya terangkat.

“…….Haruskah ku angkat?” Samir Moral berbalik kepala dan melihat Ethan.

Ethan memberikan Samir Moral sebuah ekspresi “Terserah kamu.”

Samir Moral bergumam jijik dan berkata, “Pada saat kritis seperti ini, bisakah menjadi titik awal?”

“Aku akan menelepon layanan hotel!”

Setelah Ethan selesai berbicara, ia berjalan ke kamar tidur. Ya, di kamar tidur ada sebuah telepon!

Samir Moral, “……”

……

Setelah mengakhiri panggilan telepon Ethan keluar kamar dan melihat Samir Moral yang masih berdiri di samping meja kopi, sementara ponsel di meja kopi itu masih saja bergetar tanpa henti.

Ethan menyipitkan matanya.

Samir Moral tidak juga mengangkatnya, berjalan sampai ke arah Ethan, dia menghela napas dan melihat ke arah ponsel di meja kopi yang tidak berhenti bergetar, lalu berkata, “Aku tidak bisa memahami ketiga orang ini lagi. Kamu lihat, demi kenyamanan Pani, Pak Nulu berjuang setengah mati, menunjukkan bahwa Pani sangatlah penting bagi Pak Nulu. Namun hubungan Pak Nulu dan Linsan beberapa tahun ini semakin lama semakin sulit di definisikan, setelah Linsan tiba-tiba memutuskan untuk menceraikan Thomas Mu, ada kemungkinan keterkaitannya dengan Pak Nulu. Pak Nulu, Pak Nulu, aku benar-benar tidak mengerti dengan pikiran anda.”

Hanya karena tidak mengetahui pemikiran Sumi, Samir Moral hanya ingin menjadi asisten, dan mereka tidak tahu harus bagaimana, maka itu ah, kadang-kadang sulit untuk menjadi saudara!

Ethan Hunt mengangguk dengan setuju.”

“Tapi……” Samir Moral melihat Ethan dan berkata, “Pani dan Linsan, kamu harap Pak Nulu dengan siapa bersama?”

Ethan masih tidak menjawab

Samir Moral berkata, “Saya harap dengan Pani!”

Ethan, “……”

“Mengapa?” Ethan mempertanyakannya.

Samir Moral menyentuh dagunya dan memikirkan dengan hati-hati sebelum ia berkata, “Karena sampai sekarang Pani adalah satu-satunya orang yang dapat membuat Pak Nulu untuk menyiksa dirinya!”

Ethan, “……” Dia memiliki keinginan agar Pak Nulu tidak bahagia!

“Menurutmu?” Samir Moral menatap Ethan.

“Membosankan!”

Pungkas Ethan.

Samir Moral, “……” Mungkin ada perbedaan generasi diantara mereka!

……

Malam hari.

Video Pani dan Ellen.

Pada awalnya pembicaraan keduanya sangat sepele, membicarakan kehidupan satu sama lain, tidak penting.

Ngomong ngomong.

Tidak ada tanda-tanda keheningan diantara keduanya.

Mereka saling menatap melalui video.

Seluruh emosi tersembunyi di mata satu sama lain, pada saat ini, aliran dari otak membanjiri mata dengan tidak terhalang.

Ellen khawatir dan menderita.

Sedangkan Pani sedih tak berdaya.

Pani melihat Ellen mengulurkan tangan untuk menyentuh layer, matanya panas, “Kamu mengetahui semuanya?”

Ellen menganggukkan kepalanya dan dengan suara kencang, “Paman ketiga memberitahuku, Paman Xu telah pergi ke Kota Yu Kemarin saat kita telponan, kamu tiba-tiba bilang ada masalah, apa Paman Xu mencarimu?”

“Mengapa dia tidak membiarkanku pergi?” Pani ingin tertawa, tetapi tidak bisa, yang menyebabkan wajahnya terus berkedut.”

“Pani, apakah kamu dengan Paman Xu sudah tidak ada kemungkinan lagi?” Tanya Ellen.

Pani menggelengkan kepalanya dengan kuat, “Itu mustahil.”

“Tapi kamu masih mencintainya.” Ellen berkata dengan lembut.

“Sudah berlalu 4 tahun, jika dianggap masih cinta juga sudah hambar.” Jawab Pani menenggelamkan matanya.

Pani hanya mengatakan sudah hambar, bukan berarti tidak mencintai.

“Berarti itu menunjukkan kamu masih mencintai Paman Xu.” Kata Ellen sambil menatapnya.

“Bukankah kamu mengatakan jika mencintai seseorang lagi, dalam tujuh tahun akan berubah menjadi tidak mencintainya lagi? Sekarang baru 4 tahun, masih ada 3 tahun lagi, mungkin cinta sedikitpun sudah tiada. Ellen, kita berbeda, kamu bertemu dengan paman ketiga, cinta kalian adalah cinta seumur hidup. Sedangkan aku tidak seperti itu. Aku tidak merasa jika dalam sepanjang hidupku hanya sekali mencintai, mencintai satu orang. Selain dia, aku masih bisa mencintai orang lain. Kamu lihat orang-orang di dunia ini, ada berapa banyak orang yang hidup bersama dengan cinta pertamanya? Sangatlah sedikit.” Kata-kata Pani yang terdengar realistis namun sekaligus pesimis.

Ellen melihat Pani dengan tak berdaya, “Jika Paman Xu tidak melepaskan?”

Pani mengangkat matanya dan menatap Ellen, “Dia tidak melepaskan, bukan hanya aku! Tidak melepaskan seperti ini menurutku tidak ada harganya. Sebaliknya, itu membuatku jijik!”

Ellen tidak memahami pemikiran Sumi, jadi meskipun dia khawatir dengan Sumi, tapi dia tidak bisa menggantikannya untuk berkata kepada Pani, dan juga Pani merupakan sahabat terbaiknya. Sedangkan dia, telah mengalami terlalu banyak penderitaan dan tidak bersedia untuk dia merasakan penderitaan lagi

Oleh karena itu mendengar Pani mengatakan begitu, Ellen hanya terdiam.

……

Di waktu sarapan hari berikutnya.

Riki menemukan bahwa kondisi mental Pani tidak begitu baik, makan sarapan pun seperti tidak tenang.

“Pani, sarapan bergizi yang anda makan dan masuk perut dalam kondisi saat ini tidak bisa dikatakan sebagai sarapan bergizi, melainkan kehancuran!”

Pani terkejut, ia menatap sarapan diatas piringnya, kemudian membersihkan bibirnya dan mengangkat matanya lalu melihat Riki, “Aku kenapa?”

Riki menunjuk jarinya ke dahi Pani, “Disini tertulis dengan jelas, aku memiliki masalah!”

“……” Sudut mata Pani berkedip dengan cepat lalu melanjutkan makan sarapan.

Riki menyipitkan matanya dan menatap Pani, meletakkan sikunya di atas meja makan, mengulurkan jarinya di wajah Pani, “Aku bisa melihat semuanya, jadi jangan disembunyikan dan katakanlah!”

“Kamu pikir kamu peramal? Omong kosong. Aku mana ada masalah?” Pani melihat Riki dengan “jujur”.

Riki bergumam, “Pani, kamu kasar, sebaiknya jangan biarkan aku mengetahui bahwa kamu menyembunyikan sesuatu dariku, atau…… kamu membiarkan ku untuk menunjukkan kecerdikanku!”

Wajah Pani melemah, lalu menundukkan kepala dan tidak berbicara lagi.

Sudut bibir Riki berkerut, matanya menatap Pani dengan tenang.

……

Ia mendapatkan panggilan dari Sumi saat Riki mengantarkannya ke perusahaan Sukajaya.

Pani mengangkat sebelumnya, tidak tahu bahwa itu merupakan nomor telepon Sumi, dia juga tidak merasa tabu akan keberadaan Riki, jadi ia mengakatnya.

“Ini aku!”

Ketika bayangan suara Sumi terdengar dari ponselnya, Pani baru mengetahui bahwa itu dia.

Pani dengan cepat melihat Riki, dan tanpa sadar berbalik ke sisi jendela dan menurunkan suaranya, “Ada apa?”

“Dimana itu?” Tanya Sumi.

Pani tidak ingin menjawabnya.

“Jika kamu dalam perjalanan menuju perusahaan, berhenti segera, karena semenjak hari ini kamu tidak perlu lagi pergi ke perusahaan Sukajaya. Sesungguhnya pekerjaanmu adalah bertanggung jawab kepadaku, aku suruh apa kamu harus lakukan apa!” Kata Sumi dengan dingin dan serius.

Wajah Pani memurung, dan mematikan telepon tanpa berkata.

Karena ia khawatir jika membuka mulutnya akan melawan.

Jelas, tidak pantas untuk melakukan itu di dalam mobil Riki!

Baru saja Pani mematikan telepon, belum sampai duduk dengan benar, Sumi meneleponnya lagi.

Pani diam-diam menggertakkan giginya, menundukkan kepalanya melihat layer ponsel, dan kemudian menutupnya tanpa ragu-ragu.

“Siapa itu?”

Suara Riki normal dan bertanya dengan keraguan.

Pani memegang ponsel, melihat ke sisinya dan berkata, “Ini untuk dijual.”

Riki tertawa dan tidak mengatakan apa-apa, hanya saja cengkraman tangan di setir semakin kuat.

Sekitar dua menit.

Ponsel di genggaman tangan Pani bergetar.

Pani tersenyum dan melihat ke layer ponsel.

Itu berisi SMS yang dikirim oleh Sumi, isinya adalah alamat sebuah tempat, selain itu, dia diminta untuk datang kesana segera, jika tidak lihat nanti apa yang akan terjadi.

Pani, bibirnya tegang, kemarahan langsung muncul!

……

Sesampainya di depan gedung perusahaanperusahaan Sukajaya, Riki keluar dari mobil, dan Pani keluar, “Jika kamu merasa tidak nyaman, langsung hubungi aku, nanti aku akan langsung datang.”

“Jangan khawatir, aku tidak setiap hari juga tidak nyaman.” Pani nyaris tak tersenyum dengan Riki. “Aku pergi ke kantor ya.”

Riki memegang Samir Moral.

Pani menatapnya dengan kaget, “Ada apa lagi……yang belum diperingatkan?

Riki malah tertawa, mengangkat tangannya dan membelai kepala Pani, “Tidak, hanya saja jika kamu merasa tidak nyaman, kami harus meneleponku, kamu harus mengingatku ketika merasa tidak nyaman. Selama kamu meneleponku, tidak peduli aku dimana, aku akan secepatnya menemuimu.”

Pani menatap wajah Riki yang indah, tapi matanya masih memerah, dia memaksakan untuk tersenyum dan berkata dengan nada santai, “Kamu tidak pantas untuk dipanggil Pak Wijaya, tapi Tante Wijaya, bawel sekali!”

Riki memeluk Pani.

Nafas nya mengenai hidung Pani yang menyebabkan bulu matanya berkibas, juga memegang kedua lengannya dan tanpa sadar ia mendorongnya“Riki, apa yang kamu lakukan?”

Riki menggunakan kekuatan, kemudian melepaskan Pani, menggenggam pundak wanita itu lalu mengarahkannya ke perusahaan dan berkata, “Aku cium-cium kamu kemarin tidak keramas ya, jika sesuai dengan tebakanku, kamu wanita yang malas ya!”

Pani, “……” Apa yang dia bicarakan?

“Pergi kerjalah! Nanti malam pulang kerja aku bantu kamu keramas rambut.” Suara Riki lembut.

Pani, “……”

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu