Hanya Kamu Hidupku - Bab 180 Bergantung Seumur HIdup

Bukan hanya dia, Alis di wajah William pun terurai.

“Kakek, aku tidak mengganggu lagi, Lain hari aku akan mengunjungimu lagi,” Vima berkata sambil menatap Hansen dengan rendah hati.

Hansen melambaikan tangannya sambil tersenyum, "Satu Keluarga tidak perlu berbicara seperti itu, Lain kali seringlah datang dan menginap disini."

“Baik,” Vima tertawa.

"Louis, gantikan aku untuk mengantar ya," kata Hansen.

Louis mengangguk.

Jadi

Selain Hansen, rombongan ini menemani Vima ke arah pintu.

Ketika melangkah keluar dari gerbang, Vima berdiri diam, memandang Louis, matanya terlihat sangat bersyukur. "Aku terpisah dari Ellen ketika dia berusia lima tahun. Kupikir di mata Ellen, Kamu bukan hanya seorang nenek, tetapi hadir sebagai sosok Mama. Aku sangat berhutang budi terhadap bantuan dan kepedulianmu kepada Ellen. "

Setelah mendengarkan perkataan ini.

Hati Louis mengembang, dia memandang dengan pandangan rumit kepada Ellen, dia berkata kepada Vima, "Jangan katakan itu, aku malu."

"Karena kebaikanmu dan Kakek Dilsen, tidak ingin aku dan ellen dibebani, Aku mengerti. " kata Vima yang terharu.

Sudut mulut Louis bergerak namun dia tidak berbicara apa- apa.

Melihat ini, Vima yang khawatir jika semakin banyak dia berbicara akan membuatnya semakin sedih, dia pun tidak melanjutkan ucapannya, mengangguk kepada William, dan berjalan menuju mobil yang diparkir di luar pintu.

“Ma, aku akan mengantarmu sampai sana,” Ellen buru-buru berjalan ke arah Vima, sambil memegangi lengannya.

Vima yang mendengar perkataannya, dengan hangat memandang Ellen dan tersenyum, memegang tangan kecilnya di tangannya, Mama dan putrinya ini pergi berjalan ke samping pintu dimana mobil itu diletakkan.

Tiba-tiba, ketika keduanya belum melangkah lebih jauh, Sebuah suara mesin mobil tiba-tiba mendekat.

Vima dan Ellen tertegun bersamaan.

Dia melihat Lamborghini yang diparkir di belakang G-TR.

Setelah itu, Vania dan Gerald turun dari kursi pengemudi dan kursi penumpang depan.

Louis yang melihat Gerald dan Vania, ekspresi wajahnya sedikit berubah, dan tanpa sadar dia melirik William.

Mata William yang dingin, pandangannya menyapu sekilas kepada Gerald dan Vania, dan dia tidak memandang mereka lagi.

Vania dan Gerald juga tidak menduga ketika mereka turun dari mobil akan langsung melihat William dan Ellen berdiri di depan gerbang, dan mereka berdua berhenti.

"Kedua orang ini adalah...?"

Vima memalingkan muka dari Gerald dan Vania dan memandang Ellen dengan pandangan bertanya.

Ellen menurunkan alisnya, Menghindari Vima bisa merasakan apa yang terjadi, bibirnya bergerak dan berkata, "Ini ayah dan adik perempuan William.

"Ternyata Tuan Dilsen dan Nona Dilsen."

Vima menghirup nafas dengan pelan dan kembali menatap Gerald dan Vania, Pandangan matanya terpancar rasa hormat.

Menurut pendapat Vima.

Keluarga Dilsen yang telah mengadopsi Ellen, berarti semua orang di keluarga Keluarga Dilsen adalah penolongnya.

Vania yang terkejut, mengalihkan pandangannya kepada William.

Melihat wajah sedingin es William yang sama sekali tidak melihatnya, hatinya terasa sangat sakit.

"Ayo pergi."

Gerald berkata dengan lembut setelah menatap wajah kusam Vania.

Vania menutup bibirnya dan mengangguk.

Mereka berjalan menuju pintu.

Ketika melihat kedua nya sedang menaiki anak tangga, Vima segera berdiri di depan Gerald dan Vania, "Tuan Dilsen, Nona Dilsen."

Gerald dan Vania terdiam dan menatap Vima, pandangan keduanya tampak bahwa mereka tidak dimengerti dan tidak mengenal nya.

Vima melangkah maju dan berkata, "Aku Mama dari Ellen."

Gerald membeku.

Vania menatap langsung, menatap Vima, "Kamu bilang kamu siapa ?"

“... Aku Mama Ellen.” Melihat keheranan Vania, Vima merasa agak bingung, Apakah mereka tidak tahu mengenai dia dan ellen yang sudah bertemu kembali ?

Gerald dan Vania sebenarnya tidak tahu.

Karena tidak ada yang memberi tahu mereka.

Dan mereka selama ini mengira bahwa orang tua Ellen sudah meninggal.

Jadi ketika mendengar Vima mengaku dirinya sebagai Mama Ellen, Gerald dan Vania menjadi sangat terkejut.

“Kamu Mama Ellen?” Vania, suaranya naik beberapa oktaf.

Vima, "..."

Ekspresinya aneh, tetapi dia sedikit mengangguk, "Ya."

“Anak biologis ?” Vania menunjuk ke arah Vima dan Ellen.

Louis yang melihat Vania menunjukkan ke jari Vima, dengan sedikit mengernyit berkata, "Vania."

Vania mengabaikan Louis, matanya melebar selebar - lebarnya, hanya menatap Vima.

"... Ya," Vima menatap Vania dengan aneh dan ia mengangguk.

"Jadi kamu tidak meninggal pada kecelakaan mobil..."

"Vania!"

Louis menatap Vania dengan tegas dan berteriak kepadanya.

Vania membeku dan menatap Louis dengan tidak sabar, "Ma, aku hanya bertanya? Emang kenapa dengan itu ?"

"Kamu..."

“Tidak masalah.” Vima bergegas ke samping Louis, memegang lengannya dengan ringan, menggelengkan kepalanya sedikit, menandakan bahwa dia tidak keberatan.

Louis memejamkan mata dan memandang tatapan arogan Vania, hanya merasa bahwa darah di seluruh tubuhnya mengalir dengan semakin cepat.

Vania merasa Louis hanya membesar- besarkan masalah ,dan hatinya juga tertekan. Dia memandang Ellen, "Karena Mamamu tidak mengalami kecelakaan mobil, kapan kamu akan pindah keluar dari Keluarga Dilsen ?"

Vima, "..." Tertegun memandang Vania.

"Vania, jaga mulutmu !"

Hansen berjalan keluar dari halaman dengan wajah yang murka, menatap Vania dengan mata yang seperti harimau, "Keluarga Dilsen adalah rumah Ellen. Kamu mau dia pindah kemana ? Tutup mulutmu jika tidak bisa berbicara !"

"Kakek, kenapa kamu memarahiku ? Bukankah awalnya kita mengadopsi Ellen karena orang tua Ellen meninggal dalam kecelakaan mobil, dan kasihan karena dia sebatang kara. Sekarang Mamanya masih hidup. Bukankah seharusnya membiarkan dia berkumpul kembali dengan Mamanya? Kita Keluarga Dilsen Itu bukan bekerja untuk amal. Apakah Ellen walaupun memiliki rumah sendiri akan bergantung kepada Keluarga Dilsen selamanya?! "

Vania selesai berbicara, merasa takut.

Dia pun berdiri di belakang Gerald, memegang lengan Gerald untuk mencari perlindungan.

Dia tidak menyangkal, dia sengaja berkata seperti itu di depan Vima.

Asalkan bisa mengusir Ellen dari Keluarga Dilsen, sehingga dia tidak perlu melihat dia lagi, dia tidak keberatan mengatakan lebih banyak!

Selain itu, permasalahan seperti ellen, tidak bisa ditunda, Harus diurus secepatnya !

Ketika Vima mendengar perkataan itu, wajahnya perlahan-lahan memucat, dan secara perlahan menatap Ellen, matanya sedih.

Sebelum bertemu dengan Gerald dan Vania, Vima selalu berpikir bahwa Hansen dan William yang dengan sayang melindunginya, dan ada seorang Louis seorang nenek yang berpendidikan, Ellen seharusnya selama tinggal disini, telah hidup dengan baik.

Tapi sekarang...

“Vania, kamu mau mati?” Hansen sangat marah, jika dia sedang memegang sesuatu di tangannya sekarang, dia pasti tanpa ragu akan melemparkannya ke arah Vania.

Dia tidak memiliki cucu perempuan yang egois dan tidak masuk akal seperti dia !

Vania bergidik dan mempererat genggaman nya pada lengan Gerald, namun tidak berencana berhenti begitu saja.

Matanya bergetar sejenak ketika melihat wajah Hansen yang marah, lalu dia menatap Vima, "Ellen merusak ketenangan Keluarga Dilsen, hingga mencekik kami. Aku sudah bilang sejak dulu supaya Ellen meninggalkan Keluarga Dilsen! Kedatanganmu hari ini sangat tepat waktu, Segera bawa dia pergi dari sini ! Menghindari dia terus bertahan disini dengan tidak tahu malu merayu kakakku, Sekarang dia pun sudah mengandung, ah...

Langit dan bumi terasa berputar, Vania diseret dengan satu tangan dan dilempar jauh, membentur dinding batu di samping kusen pintu dengan berat, lalu terduduk di tanah dengan pantatnya.

Perubahan momen itu membuat Vania tidak bisa merespon, setelah beberapa detik, dia merasakan sakit dari punggung dan pantatnya.

"Aw... sakit! Kakak, apa yang kamu lakukan? Aku kan adikmu!"

Vania yang terduduk di lantai, kesakitan hingga tidak bisa merangkak bangun, wajahnya yang pucat memancang wajah william yang marah, sambil menangis keras.

William seperti seorang iblis yang bangkit dari neraka mengejarnya, Sepasang mata yang kemerahan, menatap kejam ke arah Vania,"Aku tidak mempunyai adik perempuan."

Vania terkejut, lalu menangis lebih keras.

Gerald dan yang lain setelah mendengar teriakan keras tiba tiba Vania baru kemudian menyadarinya.

Hansen hanya menatap Vania dengan tajam dengan ekspresi wajah yang meregang.

Louis yang melihat Vania terduduk di lantai sambil menangis, hatinya merasa kasihan namun juga sangat marah pada dia, menggertakkan giginya, berjalan cepat ke arah Vania, membungkuk untuk memegang tangannya, mencoba mengangkatnya dari tanah.

Tapi begitu dia memegang tangannya, segera ditolak oleh Vania.

Louis mengerutkan kening, alisnya berkerut lebih dalam, melihat Vania yang menangis, dengan sabar berkata, "Vania, jangan biarkan kakakmu lebih marah lagi lantainya dingin, ayo bangun."

"Pergi, tidak usah perdulikan aku! Pergi saja mengurus Ellen. Dia akan menjadi menantu kamu dan memberimu cucu yang gemuk. Putrimu ini bagimu sudah tidak penting kan ! Apakah kamu masih peduli? Berhenti berpura-pura peduli padaku! "

Emosi yang disimpan beberapa hari ini oleh Vania akhirnya meledak, dia menangis dan berteriak kepada Louis.

Tubuh Louis membeku.

Melihat Vania dengan matanya yang sangat sedih dan kecewa.

Dia hamil sepuluh bulan, dengan kasih sayang membesarkan anaknya, Dan dia bisa mengusirnya "pergi"!

Dia melahirkan empat anak, namun ini adalah pertama kalinya anaknya mengusirnya "pergi!"

Louis menatap Vania, air mata pun mengalir dari matanya.

Seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.

Pada saat itu, Ellen sama sekali tidak peduli dengan Vania, wajahnya yang pucat, menatap lurus ke arah Vima.

Pandangan Virma dipenuhi dengan rasa tidak percaya dan pertanyaan, Seperti sebilah pisau, yang menusuk ke hatinya.

Merayu, hamil...

Dua kata ini berenang di benak pikiran Vima, seperti sebuah bom yang bisa meledak kapan saja.

Vima tiba-tiba menarik napas, melangkah ke arah Ellen, meraih tangannya, matanya yang merah menatap Ellen dengan antisipasi, "Ellen, Kamu beritahu Mama, Apakah yang dia bicarakan benar? Kamu tidak merayu paman mu, Kamu juga tidak hamil kan ? Katakan pada Mama, kamu... "

"Apakah kamu puas sekarang?"

Tanpa menunggu jawaban Vima, sebuah suara dingin muncul.

Vima terhenti dan mengangkat wajah pucatnya memandangnya.

Wajah kecil Ellen gemetar, menggigit bibirnya yang dingin, perlahan-lahan mengangkat pandangan matanya untuk melihat Gerald.

Wajah Gerald pada saat ini dipenuhi oleh kemarahan dan kebencian, Wajahnya sangat keras sambil menatap Ellen, dengan mata yang dipenuhi rasa jijik dan benci.

"Kakak dan adik bermusuhan karena kamu Ellen, Rumah yang tidak terasa seperti rumah, Apakah kamu puas sekarang ?" Gerald menunjukkan jarinya kepada Ellen, dengan suara yang semakin lama semakin keras.

"..." Ellen mengepalkan tangannya dengan kuat, dan air mata mengalir dari ujung bulu matanya, walaupun air matanya tidak bisa jatuh.

Vima yang juga sudah melihat wajah marah Gerald, matanya melebar dan terpaku.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu