Hanya Kamu Hidupku - Bab 228 Ellen Nie, Kamu Sialan !

Ellen mengedipkan matanya, air matanya menetes keluar, menatap William dan mengatakan sebuah kalimat yang selalu ingin didengar William, “Paman ketiga, aku sangat merindukanmu.”

William mengusap wajah kecil Ellen menggunakan telapak tangan besarnya, Terasa berat menahan diri dan sangat bertentangan berkata "Seberapa rindu?"

Ellen mencengkeram rambut pendeknya dan menatap mata cerah dan merah, "Karena kamu ada disini, tidak tergantikan oleh yang lain lagi."

Ellen berhadapan dengannya dan berkata sambil menangis.

"Ellen.” William sangat senang tetapi juga bergetar, dan menekan bibir Ellen.

Ellen merintih kesaktian, di dalam hati sangat merindukannya, dan telah membasahi bulu matanya, berkata "Aku tahu, selain kamu aku tidak akan menyukai orang lain lagi.Jika kita bertemu lagi, aku akan membawa anak hidup bersama, dan tidak akan menikah lagi dalam kehidupan ini. "

Dalam kehidupan seseorang, cinta mungkin tidak hanya sekali saja.

Ketika kita bersama dengan siapapun, mungkin kita pernah benar-benar mencintai, tetapi karena alasan tertentu membuat kita berpisah. Ketika kita bertemu orang berikutnya, kita masih akan jatuh cinta lagi.

Tapi cinta Ellen hanya sekali ialah William.

Karena kematian Rainar, dia melarikan diri, dan keras kepala mengira bahwa berpacaran dengan putra "orang yang membunuh Ayahnya" adalah pengkhianatan bagi Rainar.

Tetapi didalam lubuk hatinya yang dalam, cintanya pada William sama seperti cinta William padanya, tidak pernah berubah.

Bahkan dia pernah salah paham mengira dia pergi meninggalkannya.

Cinta William terhadap Ellen terlalu dalam dan terus bertambah tidak pernah menyerah.

Cinta William hanya untuk memilikinya, hanya ingin bersamanya, tidak ada pilihan lain dan tidak pernah goyah.

Membalikkan badannya, punggung jatuh ke ranjang besar yang lembut, dan Ellen memeluk William dengan erat, dan di bawah ciumannya yang kencang dan dalam, berkata dengan lembut, "paman ketiga, ketika berpisah denganmu setiap hari aku merindukanmu, aku sudah mencoba sekuatnya untuk tidak merindukanmu tetapi tidak bisa. Setelah bertemu denganmu lagi, pertama kali kamu bertanya kepadaku apakah aku merindukanmu, aku ingin mengatakannya kepadamu dengan keras, aku merindukanmu, dan sangat merindukanmu. Aku mengira dalam hidup tidak bisa bertemu denganmu lagi . Aku sudah menyiapkan diri untuk hidup sendirian. Tetapi setelah melihatmu lagi, aku gemetaran setiap saat. Aku merindukanmu, ingin bersamamu, sangat menginginkannya. "

Merindukanmu, sangat merindukanmu.

Sudah cukup.

William memeluk Ellen dengan erat, menatap mata Ellen dengan mata berapi-api dan bersemangat. Dia tidak bisa mengatakan apapun kepada Ellen karena hatinya sekarang sangat bahagia hanya dapat menciumnya lebih dalam dan hangat.

Tetapi melihatnya tidak berbicara, Ellen pun mulai meneteskan air mata.

Ellen tidak dapat berkata apapun, kedua tangan kecilnya meraba telinganya sampai ke wajahnya, dan jari putihnya menyentuh matanya dengan rasa tidak tega.

Ini sudah yang kedua kalinya ...

Demi dia pria yang begitu kuat dan dingin ini sudah meneteskan air mata yang kedua kalinya.

Selain merasa tidak tega Ellen juga sedikit menyalahkan dirinya.

Dia sangat mencintainya, tetapi juga menyakitinya. Ellen kamu Sialan!

"Paman ketiga." Maafkan aku.

……

Ketika keduanya sudah tenang dan pulih dari masalah kejadian ini, mata Ellen sudah membengkak menjadi dua lepuh besar, lucu dan menyedihkan.

William tersenyum dan menyentuh matanya, dan mematuk matanya dengan ringan, "Masih seperti dulu, begitu cengeng."

Ellen bergumam, dan wajahnya menempel di dadanya, dan berkata, "Kamu masih mengejekku, kamu juga menangis."

"..." Wajah William memerah, dan mengigit daun telinganya yang putih dan halus sebagai hukuman.

William tidak tega untuk mengerahkan tenaganya, tetapi karena kulit Ellen yang tipis dan halus, begitu pelan saja dia sudah menjerit kesakitan.

Selain itu ditambah karena berada di depan orang yang dicintai, Ellen menjadi sedikit manja, William menyentuhnya langsung dia menjerit kesakitan.

William begitu polos, Ellen menjerit kesakitan, dia juga mengira bahwa benar-benar menyakitkan, dia langsung menghentikannya, dan mencium telinganya untuk menenangkan.

Ellen tersenyum, dan kedua lengan yang menggantung di lehernya terasa pegal karena waktu yang lama, jadi dia menurunkannya dan memeluk pinggangnya,mencubit hidungnya dua kali, menghirup aroma yang membuatnya merasa nyaman.

William menciumnya dua kali, dan suara magnetiknya dengan napas hangat memancar di telinga Ellen menyebabkan Ellen merinding dan menarik balik lehernya.

"Aku ingin mendegarmu mengatakan sesuatu yang baik, mengapa begitu sulit?"

Mata Ellen memutar, dan berbisik, "Benarkah? Bukankah yang sangat sulit itu mendengar kata-kata baik dari mulutmu."

“Hais.” William mendengus lagi dan ingin menggigitnya, tetapi ketika melihat telinganya yang merah langsung tidak tega mengigitnya. Pada akhirnya, dia hanya dapat mencium dahinya. "Menginginkanmu mengatakan sangat merindukanku, hampir saja membunuhku!"

“Siapa yang ingin membunuhmu?” Yang dia inginkan adalah orangnya. Kata Ellen di dalam hati.

Mata William menjadi gelap, menatap wajah samping Ellen, "Ellen, jika hal seperti itu terjadi lagi, aku mungkin ... tidak sanggup lagi."

Ellen terkejut, mengangkat kepalanya dari dadanya, dan menatap wajahnya yang muram, "Paman Ketiga."

"Berjanjilah padaku," William menatapnya dalam-dalam. "Tidak peduli apa yang terjadi di masa depan, jangan sembunyikan dirimu sendiri. Kamu bisa menyalahkanku, memukulku, memarahiku dengan kejam juga tidak apa, janganlah seperti kemarin. Selama beberapa tahun menghilang, membuatku mengira akan kehilanganmu selamanya. "

Hal ini sangat menyakitkan, dia berkata pada dirinya sendiri, tidak akan mengulanginya lagi.

"Paman ketiga." Ellen mencium bibirnya dengan mata merah. "Tidak, tidak akan lagi.Aku tidak akan mengulang kembali keputusasaan dan siksaan yang tidak bisa bersamamu lagi. Mulai saat ini, aku akan menghabiskan seluruh hidupku bersamamu, kamu tidak bisa melepaskanku. "

"Bodoh. Mana aku akan melepaskanmu," William membelai wajahnya, menatap mata hitamnya penuh kasih sayang.

Ellen tertawa dalam pelukannya, wajah Ellen panas, dan kemudian dengan cepat mundur.

"Mengapa menjauh? Jangan menjauh. Kemarilah!" William memeluk pinggangnya dengan erat, dan menarik Ellen yang menjauh.

Ellen kemudian mendekat, dan langsung merasa bahwa seluruh perutnya seperti terbakar, dan pinggangnya bergetar tanpa henti.

William menurunkan mata hitamnya dan menatap Ellen dengan tenang, membelai punggungnya menggunakan telapak besarnya.

Detak jantung Ellen seperti petir, dan sepasang bulu mata panjang seolah-olah akan terbang.

Kakinya memanas, Ellen menarik napas dalam-dalam, menyandarkan kepalanya ke belakang, menatap William, dan berkata dengan suara gemetar, "Paman ketiga, aku mendengar teleponku berdering."

William marah dan hampir tertawa, wanita ini mengganggap dia berkuping caplang?

Telepon berdering di ruang tamu. Apakah bisa terdengar sampai sini? !!

Ellen melihat muka William yang tidak percaya, mengerutkan alis berkata, "Benar, itu pasti berbunyi."

William mengencangkan kedua alisnya yang panjang, "Bagaimana jika tidak berbunyi?

Ellen menatapnya dan tidak berbicara.

Dia tidak bisa mengatakan, jika tidak berbunyi mari kita lanjutkan?

"Jika tidak berdering, kamu bersiaplah!"

William berkata dengan tegas, mengangkat Ellen bangkit dari tempat tidur, memeluknya turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju ruang tamu.

Ellen malu, "Aku bisa berjalan sendiri."

William menatapnya.

Ellen merapatkan bibirnya dan tidak berani berkata.

Berjalan menuju ruang tamu.

Hal yang membuat William stress adalah ponsel Ellen benar sedang berdering.

Ellen menatap wajahnya yang masam, "aku benar kan, pasti sedang berdering."

William melototi Ellen.

Ellen, "..." diam-diam membuka matanya.

William menarik napas dalam-dalam dan menurunkan Ellen.

Begitu Ellen menyentuh tanah, hatinya terasa tenang.

Mengigit bibirnya dan melirik William, perlahan berjalan ke sofa tempat duduk sebelumnya, mengeluarkan ponsel dari tasnya, dan melihat ada panggilan masuk segera mengangkatnya

"Mama."

Begitu telepon tersambung terdengar suara yang lembut.

Ellen mengusap matanya dan berjalan ke sofa, "Sayang, ada apa?"

Setelah mendengar Ellen dengan lembut memanggil "sayang", kemuraman di mata hitam William menyatu, dan memandang Ellen dengan lembut.

“Aku meneleponmu berkali-kali, Apakah tidak mendengarnya?” Tino menghela nafas. Seperti kemarin Ellen tidak menjawab telepon dan membuat seseorang khawatir.

Ellen sedikit merasa bersalah, dan suaranya semakin lembut, "Maaf sayang, mama tadi tidak mendengarnya, membuat kalian khawatir."

Tino menghela nafas seperti orang dewasa, "Apakah kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu? siang ini nenek membuat banyak hidangan favoritmu."

Ellen tanpa sadar melirik ke William, "Aku sudah siap."

“Kalau begitu kamu pulang makan tidak?” Suara Tino yang tenang.

"... Um, mau." kata Ellen dan tidak berani melihat seseorang lagi.

"Nenek, mamaku berkata siang hari dia akan pulang."

Suara kecil setelah mendengarkan kabar itu, Tino yang bahagia menyampaikan ke Nurima.

Ellen mengangkat mulutnya tanpa sadar.

"Mama, kalau begitu kami menunggumu. Kamu menyetir hati-hati, pelan-pelan, ya?" Kata Tino dengan lembut.

"Baik. ~~" kata Ellen

Setelah mendengar perkataan Ellen, Tino akhirnya menutup telepon dengan senang.

Setelah mendengar nada suara penutup telepon.

Ellen tersenyum dan menurunkan telepon dari telinganya.

"Apakah kamu akan pergi?"

Telepon belum benar-benar dilepaskan, dan William sedikit berbisik tidak menyenangkan.

Uh ...

Ellen akhirnya menurunkannya, menyimpan telepon ke dalam tas, lalu mengambil tas dan berdiri dari sofa, kemudian tersenyum pada William, "Paman ketiga, panggilan tadi dari Tino. Dia memintaku pulang makan. Jadi... "

"Ellen!"

William melangkah maju.

Ellen terkejut, kemudian terjatuh duduk di sofa lagi, matanya yang besar dengan polos menatap William.

Kaki-kaki William terpisah di kedua sisi kaki Ellen, menghadap dengan posisi yang benar-benar hancur dan mata hitam dengan dingin menatap Ellen dengan tajam. "Bicaralah padaku kamu menyetuinya dengan cepat. Bagaimana denganku? "

“……”

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu