Hanya Kamu Hidupku - Bab 363 Tatapan Tajam Yang Dilempar Kepadanya

Ellen mengerutkan keningnya, dan tersenyum.

“Mungkin Presdir Dilsen tidak tahu, kami sudah kenal sejak Ellen tiba di kota Rong, Tino dan Nino selalu memanggilku Paman Ming semenjak mereka bisa berbicara……”

Samsu menatap William dengan tersenyum, “Jika Presdir Dilsen tidak muncul tiba-tiba, mungkin kami sekarang sudah menjadi satu keluarga.”

“Samsu Ming, kamu jangan asal berkata.” Ellen menatapnya.

“Apakah aku asal berkata?” Samsu mengedipkan mata pada Ellen.

Ellen terdiam.

“Oh, mana Eldora?”

Nurima melirik sejenak wajah William yang cemberut, dan bertanya.

“Kakak sudah pindah dari sini beberapa waktu yang lalu.” Ellen menatap Nurima, setelah berpikir sejenak, baru mengatakannya.

Sebelumnya Eldora di kota Tong menemukan Rumah Bunga, dan sekaligus menandatangani kontrak sewa selama lima tahun, ketika hendak berpindah dia baru memberi tahu Ellen.

Ellen kaget, tetapi bukan tidak bisa menebak pemikiran Eldora.

Karena khawatir Eldora seorang wanita lajang tinggal sendiri di tempat yang masih tidak dikenalnya, jadi Ellen memutuskan untuk mengikutinya, untungnya itu bukan tempat terpencil, tingkat keamanannya sangat baik, akhirnya Ellen baru bisa tenang.

Tetapi Eldora meminta Ellen, untuk tidak memberi tahu hal ini kepada Nurima dan Dorvo, katanya takut mereka khawatir.

Sebenarnya Ellen mengetahui, Eldora takut Nurima dan Dorvo tidak mengizinkannya.

Tetapi sekarang Nurima dan Dorvo sudah datang ke kota Tong, hal ini tidak dapat ditutupi lagi, jadi Ellen memutuskan untuk mengungkapkannya kepada Nurima.

Setelah Nurima mendengar itu, dirinya tertegun sejenak, “Pindah keluar?”

Ellen melirik sejenak ke Dorvo, lalu menganggukkan kepalanya terhadap Nurima.

“Omong kosong?” Nurima menatap Dorvo dengan cemas.

Wajah Dorvo menjadi serius, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Eldora, setelah meneleponnya dua kali, Eldora sama sekali tidak mengangkatnya.

“Apakah kakakmu mengatakan alasan dia pindah keluar? Dia pindah ke mana?” Nurima menatap Ellen.

“……Kakak sepertinya berencana untuk menetap di kota Tong.” Ellen menatap Nurima dengan sedikit khawatir, dan berkata dengan lambat.

“Menetap? Kamu mengatakan kakakmu mau menetap di kota Tong?” Nurima kaget.

Ellen menatap Dorvo lagi, dan menganggukkan kepalanya dengan pelan, “……, mungkin kakak menyukai kota Tong, dan ingin menetap di sini sementara.”

Wajah Nurima menjadi tidak enak dipandang, dan tidak mengatakan apa pun.

“nenek, kamu jangan terlalu khawatir, sekarang orang-orang muda semuanya seperti ini. Sebenarnya tidak aka nada masalah kakak Eldora menetap di kota Tong, bagaimanapun ada Agnes, bisa saling menjaga.” Samsu berkata.

“Iya nenek, masih ada aku, kamu jangan khawatir.” Ellen hanya ingin menenangkan nenek, tidak lain yang dia pikirkan.

Setelah Ellen selesai berkata, dia merasakan ada yang menatapnya dengan tatapan tajam.

Ellen sedikit terkejut, dan menatap mata William yang dingin, kemudian dia menatap Samsu yang melihatnya dengan “Penuh perasaan yang lembut”, dan bingung.

Apakah dirinya salah mengatakan sesuatu?

Suasana menjadi agak susah untuk dijelaksan.

Nurima juga merasakan itu, lalu dia menggerakkan matanya, menekan amarah dan kekhawatirannya, dan menarik nafas, kemudian menatap William dengan lembut sambil berkata, “Nak, aku dan Dorvo kali ini datang ke kota Tong, seharusnya pergi mengunjungi ibumu dan kakekmu. Jadi, kami hendak pergi nanti.”

Nurima dan Dorvo baru saja tiba di kota Tong, sebenarnya tidak perlu terburu-buru untuk pergi mengunjungi Hansen dan Louis, tetapi untuk menunjukkan rasa tulus dan hormat mereka, Nurima merasa saat ini merupakan waktu yang paling tepat.

Mendengar perkataan Nurima, mata William yang dingin beralih dari Ellen, dan menatap Nurima, dengan nada lembut berkata, “Setelah naik mobil dalam waktu yang panjang, kamu sudah capek, bagaimana nanti malam saja?”

“Tidak masalah, aku duduk sebentar untuk beristirahat sudah cukup, tidak masalah.” Nurima berkata dengan tersenyum.

William menganggukkan kepalanya, “Kalau begitu aku sekarang akan menghubungi kakek dan ibuku.”

“Baiklah.”

Nurima melihat William berdiri untuk pergi menelepon, wajahnya menjadi serius, kemudian menatap Durvo dan berkata, “Hubungi kakakmu lagi, sampai dia mengangkatnya! Setelah terhubung, suruh dia segera datang ke sini, agar nanti malam kita pergi bersama!”

“Nenek……”

“Hubungi dia.” Nurima bersikeras.

Dorvo memiringkan wajahnya, dan mengangguk dengan merapatkan bibirnya, kemudian pergi menelepon.

“Ellen, apakah ilusi aku yang salah? Mengapa aku merasakan kamu menjadi gemuk?” Ketika William pergi menelepon, Samsu bergegas untuk duduk di samping Ellen, menatap Ellen, dan berkata dengan tersenyum.

Tentu saja gemuk, sekarang perutnya berisi bola yang sudah empat bulan, setiap hari minum sup tunik yang beraneka ragam, bahkan sehari makan N kali, bagaimana tidak menjadi gemuk kalau seperti ini?

Ellen melihatnya dari samping, dan berkata sambil berdiri menuju ke samping Nurima, “Iya, gemuk.”

William yang berdiri di depan jendela melihat Ellen dengan inisiatif merubah posisi duduknya, makanya tidak menuju ke sana lagi, tetapi wajahnya menjadi semakin dingin.

Ellen duduk di samping Nurima, lalu memegang lengannya, dan senyum kepadanya.

Nurima mengulurkan tangannya dan menepuk tangan Ellen, “Bagus kalau gemuk. Nenek merasa dulu kamu terlalu kurus.”

"Hmm." Ellen tersenyum dengan alisnya yang terangkat.

Samsu tidak bersikeras untuk mengikutinya, kemudian dia meletakkan lengannya pada sofa, dan menyandarkan punggungnya, dengan senyuman pada wajahnya yang bermakna, dan menatap Ellen sejenak.

Ellen pura-pura tidak melihatnya, dan berbisik kepada Nurima.

……

Hampir pukul lima sore, Eldora datang ke villa, dengan mengenakan sweater coklat dan jeans, terlihat kasual, tetapi tampak tidak semangat, dan tidak senang.

Begitu datang langsung duduk di atas sofa, lalu memegang kepalanya dengan tangan, dan menundukkan kepalanya untuk melihat ponselnya dengan malas.

Awalnya Nurima sudah marah, melihat Eldora seperti ini, dirinya lebih tidak bisa menahan “Kekuatan” yang ada di dalam hatinya untuk memarahinya, dan terus mengomelnya.

Tidak tahu apakah Eldora mendengarkannya atau tidak, setelah melihat ponselnya sejenak, kemudian Eldora mengangkat kepalanya dan menunjukkan senyumannya kepada Nurima.

Nurima menjadi semakin emosi.

Pukul lima, Dorvo mengikuti William pergi ke Chunyi untuk menjemput Tino dan Nino.

Tentunya William tidak akan memberikan kesempatan kepada Samsu untuk berduaan bersama Ellen, dan mengajaknya untuk pergi bersama.

Jadi, mereka bertiga keluar.

Tersisa Ellen di antara Eldora dan Nurima, rasanya itu, lebih masam dari sayur asam!

……

Setelah William menjemput Tino, Nino, dan Keyhan, mereka langsung menuju ke rumah lama.

Pukul enam, Ellen juga membawa Nurima dan Eldora keluar dari villa.

Karena Eldora dari tadi diam saja, Nurima mengomelnya lebih dari satu jam, amarahnya, juga tidak terlampiaskan, ketika keluar dari villa, pernafasan Nurima menjadi tidak stabil, wajahnya juga cemberut, Eldora mengulurkan tangannya untuk membantu Nurima naik ke dalam mobil, dan juga ditolaknya.

Tiba di rumah lama.

William mereka sudah tiba, dan sedang menunggu Ellen mereka di dalam mobil.

Mobil perlahan-lahan berhenti, Tino dan Nino bergegas keluar dari mobil, lalu menuju ke jendela mobil, dua pasang tangan diletakkan di jendela, dan menatap Nurima yang berada di dalam mobil, dengan memanggil nenek buyut, nenek buyut.

Meskipun dipisah dengan pintu mobil, Nurima tidak dapat mendengar suara mereka berdua, tetapi dia mengetahui mereka sedang memanggil dirinya.

Rasa tertekan Nurima langsung hilang, dan segera bergegas untuk membuka pintu.

“Nenek buyut……”

Ketika mobil dibuka, Nurima masih belum sempat untuk keluar dari mobil, mereka berdua langsung melemparkan diri ke dalam pelukan Nurima, dan menatap Nurima dengan penuh kejutan.

“Dua buah hatiku.”

Nurima memeluk mereka dengan erat, kemudian menundukkan kepalanya untuk mencium kepala dan kening Tino, Nino, hatinya penuh dengan rasa terharu dan rindu yang berlimpah.

“Nenek buyut, akhirnya kamu datang, aku sangat merindukan anda.” Nino menyentuh kaki Nurima dengan menggunakan kepalanya, dan berkata.

“Nenek buyut juga rindu sama Nino, rindu hingga setiap hari harus melihat foto kamu dan Tino baru bisa tidur.” Nurima menepuk punggung Tino dan Nino dengan pelan, dan berkata dengan matanya yang memerah.

Tino memegang lengan Nurima, dan menatapnya, “Anda lihat, kami selalu membawa jimat pelindung yang kamu berikan untuk aku dan adik.”

Nurima melihat jimat pelindung yang Tino dan Nino kenakan di leher, dirinya merasa tersentuh, “Kalian adalah keakunagan nenek buyut, anak yang baik.”

Tino dan Nino memeluk paha Nurima sambil tersenyum.

Ketika Nurima berbicara dengan Tino dan Nino, yang lain juga keluar dari dalam mobil.

Ellen menatap Keyhan yang berada di samping William, dan mengulurkan tangannya, “Keyhan, sini.”

William menyentuh kepala Keyhan, “Pergi ke ibumu sana.”

“Iya.” Keyhan mengangguk, dan berjalan ke sana.

Ellen menggandeng tangan Keyhan, menuju ke hadapan Nurima, dan berkata, “Nenek, dia adalah Keyhan Ersen yang sering aku sebutin, anakku.”

Setelah Yuhan terjadi kecelakaan, Ellen sudah memberi tahu hal mengenai Keyhan kepada Nurima.

Sejak itu Nurima, menjadi merasa kasihan terhadap Keyhan, dan juga berterima kasih dalam hatinya kepada Yuhan ibunya.

Ketika mendengar Ellen berkata.

Nurima segera melepaskan Tino dan Nino, lalu turun dari mobil, kemudian berjongkok di depan Keyhan, dan menatap Keyhan dengan kasihan, “Anak yang sangat tampan.”

Telinga Keyhan memerah, dan berkata, “Nenek buyut.”

"Eii."

Nurima menjawabnya, lalu mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Keyhan.

Meletakkan tangan Keyhan pada telapak tangannya, Nurima menatapnya dengan penuh kasih sayang, “Bagus sekali, nenek buyut memiliki seorang cicit yang sangat tampan lagi.”

Mata Keyhan yang hitam, diwarnai dengan sebuah cahaya.

……

Setelah hari ketujuh, William dan Ellen telah berdiskusi dengan Hansen, agar dia pindah ke Coral Paviliun untuk tinggal bersama mereka, tetapi Hansen menolaknya, dan tidak menyebutkan alasannya.

Meskipun Hansen tidak berkata, bagaimana William dan Ellen akan tidak tahu.

Setelah mengalami kehilangan istri dan anak, Hansen yang saat ini sangat rapuh dan kesepian.

Hansen perlu menyembuhkan dirinya di tempat ini yang penuh dengan kenangan istri dan anaknya, untuk menghibur dirinya.

Progresnya mungkin akan sangat lama, sampai detik hidupnya berakhir.

Louis pernah bersumpah, untuk tidak akan melangkahkan kakinya ke dalam rumah lama lagi.

Tetapi sumpah ini, akhirnya dipecahkan oleh William.

Mungkin bukan karena William, hanya karena, sekarang rumah ini, tidak ada lagi pria yang bernama “Gerald”!

Ketika William, Ellen dan rombongan memasuki rumah.

Hansen dan Louis mendengar ada sesuatu di luar rumah, dan sudah berdiri di ruang tamu untuk menyambut mereka.

Melihat Nurima yang masuk dengan dibantu oleh Ellen dan William, Hansen dan Louis segera menyambutnya dengan wajah berseri-seri.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu