Hanya Kamu Hidupku - Bab 464 Hangat, Malu

"Kenapa?Atas dasar apa aku harus minta maaf?"

Reta menatap Sandy dan menolak untuk meminta maaf.

Sebenarnya situasi sudah diprediksi oleh Pani.

Bagi Reta, Pani adalah bayangan Tinaya . Menunduk kepada Pani sama saja dengan tunduk kepada Tinaya .

Ketika Tinaya masih hidup, dia saja tidak pernah tunduk padanya.

Sekarang setelah Tinaya sudah mati, dia bahkan lebih tidak mungkin lagi untuk menundukkan kepalanya.

Seperti rasa benci Pani saat melihat Reta dan Sandy bersama, seperti itu jugalah Reta membeci Tinaya .

Karena Tinaya yang membuatnya menyadari bahwa pria yang sangat dicintainya dapat meninggalkannya karena status dan uang!

Meskipun Tinaya dan Sandy menikah hanya selama tiga tahun.

Tapi tiga tahun itu adalah waktu yang paling menyakitkan bagi Reta dan dia tidak ingin mengingat kembali ke masa itu.

"Atas dasar apa? Kamu telah mengarang begitu banyak gosip yang tidak benar, semua ucapan yang kamu keluarkan bagaikan bisa yang beracun dan kamu masih mencari alasan?" Sandy berteriak pada Reta dengan marah.

Sungguh menggetarkan hati!

Dia berpikir bahwa pernikahan dengan keluarga Nulu hampir runtuh!

Dia melihat bahwa dia terlalu sabar dengan perempuan ini, yang menyebabkannya bertindak tanpa pandang bulu sekarang!

Air mata Reta menggantung di sudut matanya, masih menatap Sandy, "Aku berbicara tentang fakta, itulah sifat asli Pani! Aku tidak akan minta maaf, tidak akan pernah!"

"Kamu ... Sandy mengangkat tangannya dengan kasar.

Ayah, apakah kamu akan memukul Ibu? "

Sandy baru saja mengangkat tangannya, dan suara yang malu-malu terdengar pada waktu yang tepat.

Semua orang di restoran sedikit terkejut, melihat ke arah pintu restoran.

Suli Wilman masih mengenakan piyama berwarna merah muda dan putih, berdiri tanpa alas kaki di pintu, wajah putihnya menatap Sandy.

“Nona.” Yumari tersentak, dia bahkan tidak menyadari kapan Suli datang.

Ketika Pani melihat Suli Wilman,dia menggigit bibirnya pelan.

Mata Suli Wilman membelalak dan wajah kecilnya bergetar. Dia melirik Sandy satu per satu dan akhirnya tatapannya jatuh ke Pani.

Pani menatap Suli Wilman tanpa menunjukkan emosi apa pun di wajahnya.

"... Kakak, aku akan meminta maaf atas nama Ibuku. Bisakah kamu memberitahu Ayah untuk tidak memukul ibu?"

Suli Wilman menggeleng dan berkata dengan suaranya dengan suara kecil.

Pani menelan ludah, dan dia membuang muka.

"Kakak ……"

"Suli, Suli.."

Reta bergegas ke Suli Wilman, memeluk Suli Wilman di tangannya, dan menggosok wajah pucat Suli Wilman dengan tangannya yang lain, terisak, "Tidak. Ibu tidak perlu Suli meminta maaf untukku, Ibu tidak melakukannya.Ibu tidak bersalah, tidak perlu meminta maaf! "

Suli Wilman menatap Reta sejenak, lalu mengulurkan lengannya untuk memeluk lehernya, wajah kecilnya menyandar ringan di bahu Reta, dan menatap lurus ke arah Pani.

Yumari memandang Reta dan Suli Wilman saling berpelukan, dia seperti melihat Tinaya dan Pani saat dulu.

Hanya saja situasinya berbeda.

Karena saat itu Tinaya dan Pani memohon agar Sandy tidak meninggalkan mereka berdua, sedangkan Sandy malah mengejar yang menurutnya adalah cinta sejati, Reta.

Sungguh ironis!

Jelas-jelas Sandy menipu perasaan Tinaya dengan segala cara, baru keluarga Tinaya setuju agar mereka menikah.

Setelah menikah, Sandy langsung berubah, menggunakan Tinaya sebagai alasan dia dan Reta berpisah, jadi dia tidak menyukai kehadirannya!

Tinaya adalah nona terhormat dari keluarga Zhao yang tidak pernah kesusahan, tidak pernah ada halangan besar dan hampir tidak pernah terlihat sedih.

Setelah menikahi Sandy selama tiga tahun saja, dia seolah-olah telah terjun kedalam kesulitan dan kesedihan hidup, sampai dia mengalami depresi.

Pernikahan antara Tinaya dan Sandy adalah pernikahan yang tidak bahagia, dan bahkan merupakan sebuah bencana.

Karena pernikahan ini, Tinaya membayarnya dengan hidupnya!

Memikirkan Tinaya , Yumari menghela nafas diam-diam dan menatap Sumi.

Dia sedang berpikir.

Jika Pani menikah dengan Sumi, apakah itu beruntung atau tidak?

Melihat pandangan yang ditujukan padanya. Mata Sumi menyipit dan dia melihat ke arah tersebut.

Sejenak, mata mereka bertatapan. Yumari langsung memalingkan wajah.

Tetapi keraguan dan kecemasan yang muncul di mata Yumari tidak luput dari mata Sumi.

Sumi mengerutkan bibir tipisnya dan perlahan mengalihkan tatapannya.

Pada saat ini, dia merasa tangannya ditarik ke bawah.

Sumi menatap dan melihat ke bawah dan melihat tangan Pani yang kecil.

“Apakah kamu datang dengan mobil?” Kata Pani.

Sumi dengan cepat mengedip dan segera menatap Pani, "Benar."

“Aku akan pergi ke suatu tempat, bisakah kamu mengantarku?” Pani menggigit pelan bibirnya setelah bertanya.

Mata Sumi berkedip, nampaknya secara tidak sengaja melirik Reta dan Suli Wilman, berkata, "Oke."

...

Sesaat setelah Sumi dan Pani meninggalkan vila, Reta langsung memanggil Sandy dan menariknya ke ruang kerja lantai dua.

Begitu sampai di ruang belajar.

Sandy menghempas Reta ke sofa dan dengan tegas berkata, "Reta, kau memalukan!"

Reta bangkit dari sofa dan memandang Sandy dari jauh, Dia dengan ekspresi tidak rela dan kesal berkata, "Bahkan jika itu memalukan, aku juga akan mengekspos wajah asli Pani!"

"Bodoh!" Sandy berteriak pada Reta, "Jangan pikir aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan! Sejak aku memberitahumu bahwa Sumi mencintai Pani dan ingin menjalani hubungan yang serius, hatimu sudah tidak senang, bukan?Aku pikir sejak saat itu, kamu telah memikirkan cara untuk memisahkan mereka berdua! Wanita seperti kamu ini, benar-benar skeptis!”

Saat dimarahi, tatapan mata Reta menyiratkan perasaan bersalah, bibirnya erat menyatu dan dia tidak berbicara.

Sandy melihat dia terdiam, bahkan lebih marah, dan bersumpah lagi, "Dasar wanita berambut panjang dengan otak yang pendek!”

"..." Reta memiringkan wajahnya, menatap Sandy dengan kecewa.

Sandy menyilangkan lengannya dan berjalan mondar-mandir di ruang kerja, "Apakah kamu pikir melarang Pani untuk menikahi keluarga konglomerat adalah hal yang benar? Kuberitahu kamu, jika Pani tidak menikah dengan Sumi, maka kita sekeluarga akan tinggal di jalanan!”

Reta terkejut, menatap Sandy, "Apa, apa maksudmu?"

Sandy meliriknya dan mencibir, "Menurutmu aku bercanda denganmu tentang masalah di Perusahaan Wilman?"

Wajah Reta berubah pucat, menatap Sandy sejenak.

Setelah berpikir, Reta menghela nafas dan berjalan ke depan Sandy, memegang lengannya dan dengan gugup bertanya, "Sandy, tunggu, apakah kamu serius? Apa Perusahaan Wilman sedang mengalami kesusahan?"

"Kalau tidak?" Sandy melepaskan tangan Reta, "Kalau bukan demi Perusahaan Wilman, apakah aku harus begitu buru-buru mendorong Pani ke Sumi?”

Reta terdiam, "Aku pikir kamu berbohong kepada Pani bahwa perusahaan sedang mengalami kesusahan.”

Sandy menatap Reta dengan serius, "Aku beritahu kamu, Tidak peduli dengan cara apapun, kita harus membuat Pani setuju untuk bersama dengan Sumi. Atau tidak, Perusahaan Wilman tidak hanya akan bangkrut, tetapi kita juga akan menanggung banyak hutang, bahkan kita bisa masuk penjara karena ini.”

"..." Wajah Reta pucat, dan hatinya seperti mulai membeku.

...

Suasana di dalam mobil canggung.

Pani menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, wajahnya menghadap ke jendela, menggigit bibirnya ringan, tangannya di pahanya, dan dia sedikit meremas celana jeansnya.

Sumi melirik Pani dari kaca spion, matanya sedikit menyipit, suaranya berkata seperti biasa, "Mau kemana?"

“Pertama, mari kita sarapan dulu,” Pani melirik Sumi, memandang ke luar jendela.

Sumi tidak mengatakan apa-apa dan pergi ke toko sarapan yang terkenal.

Di toko sarapan, pelayan membawakan mereka menu.

Sumi mengangkat alisnya dan memandang Pani, "Pesanlah"

"Kamu juga belum sarapan," bisik Pani.

Tatapan Sumi tertahan, menatap Pani.

Gadis kecil ini tidak mungkin karena melihat dia tidak sarapan, makanya baru mengusulkan untuk sarapan dulu?

Pani melihatnya menatapnya, telinganya panas, bulu matanya yang panjang menatap ke bawah, dan dia cemberut berkata, "Jangan berpikir macam-macam, aku bukan menyarankan untuk sarapan karena kamu belum makan.”

"Ah……"

Sumi mengiyakan walaupun dia tidak bisa menahan tawanya.

Pani mengerutkan kening dengan cemas, dan mengangkat kelopak matanya untuk menatap Sumi. apa yang lucu? Sebenarnya, dia menyarakan untuk sarapan memang karena melihat tadi dia belum menyentuk makanannya.

Sumi malah tidak sungkan dengan Pani dan menerima pesanan sarapan, "Tentu saja kamu sangat peduli padaku, dan aku tentu saja tidak boleh mengecewakanmu. Jadi aku akan memesan lebih banyak dan makan lebih banyak!"

"Aku sudah bilang, bukan ingin sarapan karena kamu," kata Pani memerah.

Sumi memberinya tatapan lembut dan tersenyum.

Setelah memesan makanan dan mengembalikan menu ke pelayan, dia menyipitkan matanya dan memandangi Pani sambil tersenyum, dan berkata perlahan, "Situasi saat ini mengingatkanku pada pribahasa : Kelalaian bisa memperlihatkan sosok aslimu."

Pani memerah seperti BaoZheng, dan mulut itu masih bersikeras berkata, "Aku juga memikirkan sebuah hal. Jangan terlalu percaya diri!"

“Hah!” Sumi tersenyum dan bergerak mendekati Pani, memegangi wajah kecil Pani dengan kedua tangan dan menggosoknya dengan lembut.

Pani menegang, menatap mata Sumi yang tersenyum, tenggorokannya menelan dengan gugup dan perlahan, dan jantungnya berdegup kencang.

Dia memandangi Sumi, dan satu kata muncul di benaknya: Sempurna!

——Sangat sempurna sampai dia merasa hangat dan tersipu!

...

Setelah makan sarapan dengan pipi yang merah, Sumi membayar dan menggenggam tangan Pani keluar dari toko sarapan, "Mau kemana?"

Pani memandang tangan besar Sumi memegang tangannya dan balas berbisik, "Jalan Huyang."

Sumi menatapnya tanpa bertanya, tetapi berkata, "Apakah masih sakit?"

“Hah?” Pani bingung.

"Perutmu," tanya Sumi.

Pani berkedip dan menggelengkan kepalanya, "Tidak sakit lagi."

Bagian yang tertendang di tempat karaoke Ginza masih terasa sakit, walaupun dia sudah dirawat inap di rumah sakit selama seminggu. Tapi dia masih bisa merasakannya kadang-kadang.

Namun, rasa sakit ini bukan apa-apa baginya, sejauh ini masih bisa ditahan.

Sumi memandangnya selama beberapa detik dan tidak mengatakan apa-apa.

...

Sesampainya di Jalan HuYang, Pani meminta Sumi untuk berhenti di pinggir jalan.

Setelah Pani membuka sabuk pengamannya sendiri, Sumi sudah keluar dari mobil dan berjalan ke pintu penumpang untuk membuka pintu untuknya.

Melihat tangan besar di depannya, Pani menarik napas sebelum meletakkan tangannya di tangannya, dan membiarkan Sumi untuk menariknya keluar dari mobil.

Sepasang kakinya pun menginjak tanah, terdengar suara laki-laki yang terkejut dan bernada tinggi tiba-tiba memanggil, "Pani..."

Pani membeku sesaat, memalingkan muka dari sisi Sumi.

Ketika dia melihat Gerda yang berdiri tidak jauh dari jalan, Pani langsung terkejut dan menarik tangannya dari tangan Sumi.

Sumi tertegun, lalu ekspresi wajahnya menjadi kelam.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu