Hanya Kamu Hidupku - Bab 279 Aku Telah Menunggu Kamu Begitu Lama

Sebelum kedua tangan Pani sempat turun ke bawah, Ellen tiba-tiba berhenti dan berkata dengan kaget, “ Paman Nulu!”

Tangan Pani yang mau turun ke bawah pun berhenti bergerak dan tegang di tegang di tengah udara.

Pada saat ini Ellen dan Pani belum jalan keluar dari restoran hotpot lagi, mereka baru saja sampai di pintu restoran.

Sementara Sumi berdiri di jarak yang tidak jauh dari luar restoran, dia terlihat agak sesak, sepertinya dia bergegas ke sini.

Selain itu.

Sumi bahkan mengenakan baju rumah berwarna abu-abu, dia hanya menambahkan sebuah jaket hitam di luarnya, rambutnya juga agak berantakan.....

Ellen menatap Sumi dari rambut sampai kaki dengan kaget.

Siapa tahu, Sumi hanya mengenakan sepasang sandal jepit.

Iya, sandal jepit.

Di musim salju ini!

Ellen menarik nafas.

Sejak mengenal Sumi, Ellen tidak pernah melihat dia berpenampilan begitu 'berantakan', tetapi hal ini juga tidak bisa menutupi aura elegan yang dipancarkan oleh tubuhnya.

Baik, karena dia ganteng, mau bagaimana pun akan enak dilihat!

Mungkin karena dia berlari ke sini.

Kedua tangan Sumi terlihat agak merah.

Sumi mengeratkan tinjunya dan melihat ke Ellen sejenak sebelum tatapan jernih berhenti di wajah Pani.

Pada saat itu Pani sudah menurunkan tangannya, dia meletakkan tangannya ke dalam jaket dan menatap kembali ke Sumi tanpa menghindarnya.

Seolah-olah Sumi adalah orang asing.

Kedua tinju Sumi menjadi semakin erat, nada suaranya terdengar agak serak, “ Kamu sudah pulang ya”

“ Iya” Pani mengeluarkan satu tangan dari saku jaket dan menarik Ellen ke sisinya dengan kuat.

Ellen merasa sangat canggung, “ ..........”

“ Karena tahu pacarku masih hidup, aku pulang untuk menjenguknya, jangan salah paham” Pani berkata.

Pacar?

Sumi memijat dahinya dan menatap ke Ellen.

Ellen menyentuh hidungnya dengan senyuman, “ Dia adalah pacarku”

Alis Sumi menjadi semakin mengerat, gadis kecil zaman sekarang suka bermain seperti ini?

“ Datang makan hotpot ya?”

Pani berkata sambil menatap ke Sumi dengan senyuman.

“ Bukan, aku datang mencari kamu” Sumi menjawab dengan terus terang.

Oh.......

Ellen memegang dahinya.

Tiba-tiba dia merasa keberadaan dirinya agak kelebihan!

Ekspresi Pani tegang satu detik sebelum kembali seperti biasa, “ Kalau begitu memang terlalu aneh”

Sumi menghembus nafas dan berjalan ke arah Pani.

Seiring Sumi berjalan semakin dekat, pegangan tangan Pani di lengan Ellen pun menjadi semakin erat, senyuman di wajahnya pun mulai menghilang, pada saat Sumi berhenti di hapadannya, ekspresi Pani pun menjadi datar.

Sumi menatap ke tatapan Pani yang bercahaya dengan mata menyipit, kemudian dia menoleh ke Ellen, “ William sekarang sedang berada di Orchid makan seafood bersama Nino dan Tino, kalau kamu pergi sekarang seharusnya masih sempat”

Paman ketiga membawa mereka berdua keluar?

Ellen mengedipkan matanya.

“ Nino dan Tino itu siapa?” Pani merasa bingung.

“ Kamu ingin tahu mereka siapa? Nanti aku beri tahu kamu”

Tanpa menunggu jawaban Ellen, Sumi langsung berkata kepada Pani.

Pani mengerutkan alisnya dan terus menatap ke Ellen tanpa menoleh ke Sumi.

Kulit kepala Ellen terasa pegal, “ Paman Nulu, kalau tidak kita pergi bersama saja?”

Sumi menyipitkan matanya dan menatap ke Ellen.

Jantung Ellen tiba-tiba berdebar dengan kencang.

Tiba-tiba Ellen baru sadar, ternyata tidak hanya paman ketiga saja yang memiliki tatapan yang menakutkan, ternyata paman Nulu juga sama.

“ ... kalau begitu, kalau begitu aku.....”

Ellen merasa sangat kesusahan.

“ Kamu pergi dulu saja, nanti aku baru hubungi kamu” Melihat wajah Ellen sudah mau berkeriput seperti roti, Pani langsung berkata.

Mendengar kata-kata Pani, Ellen langsung menatapnya dengan ekspresi terharu yang menulis 'aku tahu pacarku paling sayang kepada aku'

Pani melepaskan tangan Ellen.

Awalnya Pani mengira paling tidak Ellen akan terlihat bersalah dan tidak tega, siapa tahu setelah Pani melepas tangannya, Ellen langsung berlari lebih cepat daripada siapa pun!

Melihat bayangan belakang Ellen yang berlari tanpa menoleh ke belakang, Pani mengigit giginya secara diam-diam dan merasa nyesal!

Lengan Pani yang berada dekat dengan Sumi tiba-tiba ditahan.

Alis Pani yang cantik bergerak beberapa saat, dia menatap ke Sumi, “ Maksud boss Nulu ini apa?”

Sumi menatap ke Pani, “ Bukannya dulu suka nakal memanggil aku paman Nulu? Sekarang tidak mau panggil lagi?”

“ Dulu usiaku masih kecil, aku tidak mengerti dan agak kelewatan, boss besar Nulu jangan masuk ke dalam hati” Pani memasang sebuah senyuman yang bahkan terlihat mempesona.

Ekspresi Sumi menjadi semakin gelap, “ Kalau kamu bisa terus mempertahankan ekspresi di wajah kamu saat ini, aku sama sekali, tidak merasa tidak enak!”

Pani menggembangkan mulutnya dan mendorong tangan Sumi yang memegangnya, “ Aku bukan penjual senyuman, tentu saja aku tidak bisa selalu senyum”

Sumi tiba-tiba langsung memegang tangan Pani yang mencoba mendorongnya dengan erat.

Wajah Pani bergemetaran karena kesakitan, sementara Sumi tetap mempertahankan senyumannya, “ Sini adalah tempat publik, boss besar Nulu begini... bukannya agak tidak sesuai?”

Tatapan Sumi memancarkan kegelapan yang jahat, dia marah sampai tertawa, “ Iya, benar-benar agak tidak sesuai”

Setelah itu, Sumi langsung menarik tangan Pani untuk melingkari lehernya secara memaksa kemudian langsung mengendong Pani berjalan ke arah luar restoran.

Jantung Pani berdebar dengan kencang, dia mengigit giginya dengan kuat dan wajah kecilnya langsung memerah karena marah, dia melirik ke wajah tampan Sumi yang mengerat, “ Kamu jangan terlalu kelewatan!”

Sumi menatap ke Pani dengan dingin, “ Tidak mau memanggil aku boss besar Nulu lagi?”

“ Sumi.......”

“ Panggil aku paman Nulu!”

“ .... manusia tidak normal!” Pani sudah marah sampai wajahnya memerah.

Alis Sumi menjadi semakin mengerat, “ Aku sudah pernah berkata, asal kamu pulang, aku tidak akan melepas tangan lagi! Pani, kamu adalah milikku!”

“ Aku sudah berkata, aku pulang karena Ellen” Pani menatapnya dengan marah.

“ Aku tidak peduli!” Tenggorokan Sumi bergerak naik turun.

Pada detik itu, Pani melihat kemarahan yang berat di mata Sumi.

“ Aku hanya tahu kamu pulang! Aku menganggap kamu pulang itu berarti kamu sudah mau kembali ke sisiku lagi!” Sumi berkata.

Sementara Pani tertawa dengan dingin, “ Kembali ke sisi kamu? Buat apa? Melayani kamu bersama wanita lain? Sumi, kamu mau menikmati seenak-enaknya?”

Ekspresi Sumi menjadi mengerat, matanya langsung memerah.

Dia tidak berbicara lagi dan tidak melepaskan Pani juga.

Pada saat Sumi berjalan sampai mobilnya yang parkir di tepi jalan, Pani menggunakan kesempatan Sumi membuka pintu mobil untuk mencoba melarikan diri.

Alis Sumi mengerut, karena merisau Pani jatuh, dia hanya bisa melepaskannya.

Pani langsung mundur ke belakang beberapa langkah, dia menatap ke wajah Sumi dengan ekspresi yang marah, penampilan Pani membuat Sumi ingin memeluknya.

Tinju Sumi mengerat, dia mencoba menghampiri Pani.

Siapa tahu Pani juga langsung mundur beberapa langkah.

Ekspresi Sumi tenggelem, dia berhenti bergerak dan menatap ke Pani.

“ Sumi, aku tidak mau! Aku tidak akan mau selamanya!” Kedua tinju Pani mengerat, dia menatap ke Sumi dan berkata dengan nada suara pasti.

“ Pani.......”

“ Sumi, kata-kataku tetap sama dengan tiga tahun lalu. Melihat kita pernah saling mengenal, melihat aku juga pernah memberikan hatiku kepada kamu secara ikhlas, aku berharap kamu bisa lepas tangan, kita jangan saling berhubungan lagi! Aku benar-benar sangat membenci hubungan ini!” Meskipun mata Pani terlihat memerah, nada suaranya tetap terdengar sangat pasti.

Jantung Sumi terasa sakit, dia berkata dengan nada suara serak, “ Pani, kamu benar-benar sangat kejam!”

Tatapan Pani tiba-tiba menjadi kabur, bahkan dia tidak bisa melihat wajah Sumi dengan jelas, “ Kamu tidak berhak mengatakan aku seperti ini! Kalau bisa, aku berharap aku tidak pernah mengenal kamu!”

Kesakitan yang Sumi bawa kepada Pani jauh lebih sakit beberaparibu kali lipat dari kesakitan yang dibawa oleh keluarga Sumi!

“ Heh” Sumi tertawa dengan dingin dan menakutkan, “ Pani, kamu ingat kata-katamu kepada aku hari ini, kamu harus ingat!”

Pani mengangkat kepalanya dan berusaha menahan bibirnya yang bergetar, “ Kamu tidak perlu mengingatkan aku, karena aku tidak akan lupa!”

“ Bagus, sangat bagus, pani, kamu sangat bagus!” Kemarahan Sumi sudah mencapai titik puncak, “ Mulai hari ini, aku akan menganggap aku tidak pernah mengenal kamu! Sesuai harapan kamu, kita tidak akan berjumpa lagi selamanya!”

“ Paling bagus kalau begitu!”

Pani tertawa sebelum berputar balik badannya dan mulai berjalan.

Melihat Pani berputar balik badannya, mata Sumi yang memerah tiba-tiba dipenuhi oleh kepanikan yang tidak bisa dideskripsi dengan kata-kata, “ Pani, Pani, kamu benar-benar begitu kejam ya!”

Pani tetap hanya meninggalkan bayangan belakang yang dingin untuk Sumi.

“ Pani!”

Kedua tinju Sumi mengerat, cairan yang panas membasahi matanya, “ Pani, aku mengalah, aku mengalah! Kamu kembali!”

Pani tidak menoleh ke belakang.

“ Pani, kamu kembali, aku akan mendengarkan semua kata-katamu” Sumi berkata dan berlari ke arah Pani.

Pada detik Sumi berlari ke arah Pani, Pani tiba-tiba berlari ke arah taksi yang sedang menunggu pelanggan.

Setelah masuk ke dalam mobil, Pani langsung berkata, “ Pak, aku sedang buru-buru, tolong agak cepat!”

Supir menatap ke Pani dengan aneh melewati kaca spion.

Karena suara Pani benar-benar terlalu serak.

Pada saat melihat wajah Pani, Supir merasa agak kaget, “ Nyonya........”

“ Pani......”

“ Tolong agak cepat!” Pani tiba-tiba berteriak dengan tangisan.

Supir yang terkejut hanya bisa menjawab, “ Baik”

“ Pani.....” Pada saat tangan Sumi baru saja menyentuh ke kaca jendela taksi, taksi langsung bergerak.

Seluruh tubuh Sumi langsung melonceng ke depan.

Tetapi Sumi sudah tidak bisa peduli begitu banyak, dia langsung mengejar taksi, “ Pani.......”

Melihat bayangan belakang di dalam taksi yang dingin itu, air mata Sumi akhirnya mengalir, “ Pani, Pani aku telah menunggu kamu sangat lama... Pani...”

“ Uwaaaa”

Sementara di dalam taksi, supir mengeluarkan sebuah nafas panjang setelah melihat Pani yang sedang menangis dengan sedih.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu