Hanya Kamu Hidupku - Bab 394 Sakit Hati

Lalu, tepat setelah pukul sebelas, Nurima dengan bahagia pergi Paviliun Mingyue ditemani oleh William, Ellen dan Dorvo.

Vima tiba lebih awal.

Lima orang duduk di dalam private room, mau tidak mau harus saling menyapa terlebih dulu, terutama Dorvo dan Vima mereka berdua yang belum pernah bertemu.

Setelah saling menyapa, Vima dengan tulus memuji Dorvo, Dorvo juga dengan sopan menjawab pujian Vima.

Mulai memesan makanan.

Sejak Ellen hamil, dia mulai menyukai makan makanan pedas.

Ellen menyukai makanan pedas juga bukan terjadi setelah hamil, sebelum hamil dia juga suka makan makanan pedas.

Hanya saja setelah hamil lebih kuat makan makanan pedas.

Karena itu, William secara khusus memesan dua hidangan pedas untuk Ellen, dan menyiapkan dengan penuh perhatian.

Meskipun Vima sedang mengobrol dengan Nurima, tapi dia terus menatap Ellen.

Melihat William sangat perhatian dan berhati-hati pada Ellen, dia merasa lega.

“Aku ingat ketika baru melahirkan Ellen, Rainar menuliskan sebuah surat untukku, di surat menuliskan, kamu cukup menderita ketika melahirkan Ellen, bahkan mengalami kesulitan dalam melahirkan. Kala itu ketika melihat surat itu, aku bisa merasakan ketakutan Rainar ketika menuliskan surat ini. Hatiku juga ikut gelisah. Untungnya kalian ibu dan anak selamat.”ucap Nurima menghela nafas.

Ketika Nurima mengatakan ini, Ellen bisa merasakan Vima memberinya tatapan khusus.

Vima mengerutkan bibirnya, “Anak pertama memang lebih sulit. Awalnya dokter menyarankan aku untuk caesar, tapi aku dengar orang tua mengatakan lahir secara normal lebih baik untuk anak, jadi akhirnya aku tetap memilih lahir secara normal.”

“Ini suasana hati seorang ibu, aku mengerti.”ucap Nurima menepuk tangan Vima.

“Yang menjadi ibu memang seperti ini, selama anak sendiri sehat, bahagia, tidak masalah bagaimana keadaan kita.”ucap Vima pelan.

Nurima tersenyum, “Dulu di surat Rainar pernah memujimu beberapa kali, memujimu lembut, perhatian, tidak peduli seburuk apa pun lingkungannya, selama kamu ada di sana, bisa menjalani kehidupan dengan hangat dan nyaman, membuat dia merasa ada harapan. Sekarang kalau dipikir-pikir, tampaknya pujian Rainar tidak ada yang bohong.”

Jantung Vima berdetak sebentar, nafasnya terasa berhenti selama beberapa detik, ketika dia berbicara lagi, ada sedikit getaran di suaranya, “Kak Rainar adalah pria yang anggun dan beretika yang pernah aku temui, seumur hidup ini bisa bertemu dengan Kak Rainar, adalah keberuntunganku.”

“Kalian berdua pantas menjadi sepasang suami istri. Rainar juga pernah mengatakan ini kepadaku. Dia mengatakan seumur hidup ini bisa bertemu denganku, adalah keberuntungan yang dia dapat dari beberapa kehidupan sebelumnya, dia bahkan mengatakan kepadaku, akan sangat menyayangiku, dan bekerja keras agar aku bisa melewati kehidupan yang baik.”Nurima sama sekali tidak bisa melihat keanehan Vima.

Kelopak mata Vima berkedip cepat.

Ellen dengan lembut mengangkat kelopak mata dan melihatnya, melihat wajahnya memucat dengan cepat, ada gumpalan air mata di sudut matanya, dan ekspresinya sangat rumit.

Ellen sedikit memutar matanya, lalu menundukkan matanya lagi.

Setelah beberapa saat.

Semua hidangan dihidangkan di atas meja.

Selama makan, Nurima dan Vima terus mengobrol.

William terus menjaga Ellen.

Ellen, tidak mau bicara karena Vima, dia terus makan sambil menundukkan kepala.

Dorvo pada dasarnya tidak terlalu suka banyak bicara, acara seperti ini, kebetulan menyelamatkan dia dari banyak bicara, dia makan dan minum dengan tenang.

Setelah makan sebentar.

Nurima berkata, “Vima, selama bertahun-tahun keluarga Nie sudah menyusahkanmu, hatiku selalu merasa bersalah padamu. Jadi, ke depannya kalau perlu bantuan keluarga Nie, segera hubungi aku, atau hubungi keponakanmu juga boleh.”

Mendengar Nurima berkata begitu, Dorvo tentu saja menyetujuinya, lalu menganggukkan kepala pada Vima.

“Bu……”

“Aku sudah kenyang, nenek, kak, kalian makan pelan-pelan.”

Vima baru saja ingin mengatakan sesuatu, Ellen tiba-tiba meletakkan sumpit, Nurima dan Dorvo menatapnya dengan tenang.

Hati Vima seperti ditusuk benda tajam yang tidak terlihat, memandang Ellen dengan tatapan gemetar.

Ellen tidak ingin melihatnya, lalu berkata kepada William, “Aku ingin pergi mencuci tangan.”

William yang mendengarnya, segera meletakkan sumpit, “Aku temani kamu.”

“Ehn.”

Setelah itu, William membawa Ellen pergi dari private room, pergi cuci tangan.

Setelah William dan Ellen pergi.

Nurima dan Dorvo menunjukkan ekspresi serius di wajah mereka.

“Aku yang bersalah pada Ellen.”

Pada saat ini, Vima tiba-tiba tersedak dan bergumam pada dirinya sendiri.

Nurima dan Dorvo sedikit terkjut, menatap Vima.

Vima perlahan-lahan menundukkan kepalanya, bahunya bergetar, “Kala itu, aku seharusnya segera menjemputnya berkumpul bersama denganku ketika mengetahui dia diadopsi oleh keluarga Dilsen, tapi aku tidak melakukannya. Jelas-jelas aku tahu putriku berada di keluarga Dilsen, tapi aku tidak pergi menjemputnya, dan tidak ingin mengakuinya.”

Dorvo menyipitkan matanya.

Nurima memandang Vima dengan bingung, “Menantuku……”

“Bu, aku tidak pantas kamu panggil sebagai menantu, aku tidak pantas.”Vima menggelengkan kepala, setelah beberapa saat, dia meneteskan air mata di wajahnya.

Nurima menatap Dorvo dengan tatapan tidak bisa menjelaskan, lalu menatap Vima, “Menantuku, kamu baik-baik saja kan?”

“Bu, maaf. Aku bersalah pada kak Rainar, dan juga bersalah pada Ellen. Aku bukan istri yang baik, dan bukan seorang ibu yang baik. Ini semua salahku.”

Vima menggunakan tangannya mencengkram dada kirinya, lalu menangis terisak-isak.

Nurima perlahan-lahan menghela nafas, menatap Vima dengan bingung.

“Setelah kecelakan mobil itu, suamiku sekarang yang menyelamatku. Dia merawatku dengan sepenuh hati, kecelakaan mobil itu merusak wajahku, dia secara pribadi mengantarku ke Jepang menjalani operasi plastik, merawatku dengan teliti, perhatian padaku. Beberapa tahun itu, kalau bukan dia, mungkin aku sudah mati sejak lama.” Vima mengangkat kepalanya, menatap Nurima dengan mata merah bengkak, dia yang begitu, benar-benar sangat menyedihkan.

Ekspresi wajah Nurima menjadi kaku, matanya sedikit melebar, menatap Vima tanpa berkedip.

Hati Vima sangat sedih, “Demi membalas rasa terima kasih. Ketika dia melamarku, aku menyetujuinya. Saat itu, aku mengkhianati perasaanku pada kak Rainar, aku tidak cocok untuk kak Rainar. Kemudian, aku mengetahui Ellen diadopsi keluarga Dilsen, demi putriku dari suamiku yang sekarang, aku mengundurkan niat mencari Ellen, dan mengenalinya.”

Mata Nurima melebar, dan ekspresi wajahnya membeku.

Dorvo mengerutkan kening dan menatap Vima, “Karena putri yang lain, kamu mengabaikan putri sendiri?”

“Huu……” Vima menutupi bibirnya, wajahnya tampak tak berdaya, berkata dengan serak, “Venus sangat paranoid. Ketika aku menikah dengan ayahnya, dia khawatir setelah aku menikah dengan ayahnya akan memiliki anak sendiri dan mengabaikannya. Aku pernah berjanji kepada ayahnya, setelah menikah tidak ingin memiliki anak agar dia tidak menyakiti diri sendiri. Ayahnya takut karena Ellen dia akan melakukan sesuatu yang berbahaya, jadi memohon padaku……aku, aku benar……”

Wajah Nurima benar-benar sudah sangat tegang.

Suamimu yang sekarang dan putrimu tidak setuju kamu mengenali adik, lalu kenapa akhirnya berubah pikiran ingin berkenalan dengan adik?”tanya Dorvo dengan tenang.”

Vima menggigit bibirnya dengan keras dan tersedak dua kali sebelum berkata, “Setelah aku operasi plastik, ada banyak perubahan dalam wajahku, awalnya Ellen tidak mengenaliku. Ada suatu ketika, Ellen tanpa sengaja melihat di dompetku ada foto dirinya bersama denganku……”

“Karena Ellen melihat foto bersamamu, jadi kamu terpaksa mengenalinya, apakah begitu?” tanya Nurima dengan dingin, menatap Vima.

Vima menundukkan kepalanya, memejamkan kedua matanya.

Nurima meremas serbet makan dengan erat, hatinya sakit tidak tertahankan, saat ini, ketika dia mengingat kembali dirinya tidak masalah, selama anak-anak baik, itu terasa sangat ironis.

Nurima menarik napas dalam-dalam, dan tertawa, memandang Dorvo berkata, “Ellen kita benar sangat kasihan, benar kan? Ehn?”

Tatapan Dorvo terbesit sesuatu, lalu menatap Vima, “Kalau sudah begitu, apa yang kamu inginkan sekarang?”

“Aku merasa bersalah pada Ellen, aku bersalah padanya! Ellen sangat baik, maafkan aku ibu yang tidak bertanggung jawab dan egois ini. Aku yang tidak menghargainya, aku mengecewakannya. Aku harap dia bisa memberiku kesempatan lagi, biarkan aku menebusnya.”Vima mengangkat kepalanya, menatap Nurima dan Dorvo penuh semangat.

“Maksudmu, sebelumnya Ellen pernah memaafkanmu?”ucap Nurima sedih.

Vima menggigit bibir bawahnya sendiri.

Melihat dia seperti ini, Nurima menutup matanya dengan gemetar, “Ellen, dia pasti punya harapan besar untuk ibu sepertimu. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia dengan mudah memaafkanmu.”

“Huu……”Vima menangis, air matanya mengalir deras.

Mendengar Ellen memaafkannya, emosi Nurima menjadi sedikit lebih tenang, meskipun masih merasa sedih untuk Ellen, “Menurut pemahamanku pada Ellen, karena dia memilih memaafkanmu, kembali menerimamu dari lubuk hati, kalau begitu sikap dia padamu sekarang, tidak seharusnya seperti ini.”

“Ini salahku, salahku.”ucap Vima menyesalinya.

Nurima mengerutkan kening, “Apakah setelah itu terjadi sesuatu lagi?”

Vima mengangguk meneteskan air mata.

Melihat ini, Nurima mengerutkan alisnya.

Dorvo menatap Vima dengan tatapan yang lebih dalam.

Setelah beberapa saat, Vima berkata dengan gemetar, “Penculikan empat tahun lalu, awalnya aku ingin membawa Ellen pergi ke Kuil Kwan Im memohon berkah dan memberkatinya serta anak-anak di perutnya. Tapi dalam perjalanan, sialnya bertemu penculik, aku tidak tahu apa yang terjadi saat itu, aku meninggalkannya, menyebabkan dia diculik……aku melukai Ellen, benar-benar melukainya! Aku tahu dia sangat sulit memaafkanku, membenciku.”

“Apa katamu? Katakan sekali lagi!”

Nurima berdiri dari tempat duduk, dengan tidak percaya, menatap Vima dengan marah.

Vima mencengkram dada kirinya dan berkata, “Ketika Ellen diculik, aku menyesal. Aku benci diriku di keadaan seperti itu meninggalkannya, aku benci diriku dalam keadaan bahaya tidak melindunginya. Selama empat tahun ini, aku terus bertobat! Selama Ellen bisa memaafkanku, selama dia bersedia memaafkanku, aku bersedia melakukan apa saja! Aku hanya ingin Ellen memaafkanku, huu……”

“Mimpi!”

Nurima menunjuknya, “Kamu sama sekali tidak pantas menjadi ibu Ellen! Demi dirimu, kamu mencampakkan putrimu sendiri! Apakah kamu masih ada wajah memintanya memaafkanmu? Kala itu Ellen masih mengandung anak kembar, cucuku, apakah kamu tahu itu?!”

Kalimat terakhir Nurima tanyakan dengan penuh kebencian!

“Aku tahu, aku tahu! Jadi aku tidak berani menyembunyikan kesalahanku sendiri, dan tidak berani membenarkan diriku sendiri. Aku bersalah pada Ellen, aku berutang padanya……”

“Sebenarnya kamu merasa bersalah pada putrimu ingin dia memaafkanmu, atau hanya, hanya karena hati nuranimu tidak tenang?”Dorvo yang dari tadi tidak berbicara, tiba-tiba mengatakan ini dan menatap Vima dengan dingin.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu