Hanya Kamu Hidupku - Bab 594 Kamu Terlihat Cantik Ketika Sedang Cemburu!

Sumi mencium Pani di depan cermin dengan ganas, Pani pun mengulurkan tangannya untuk merangkul leher Sumi dengan tersenyum, lalu dia pun berkata, “Sepertinya aku menjadi gemuk.”

Sumi meremas pinggang pani, hidung mancungnya pun ditempelkan di wajah Pani dan dia berkata, “Aku akan merasa senang jika kamu menjadi gemuk.”

“Paman Nulu……”

Pani melepaskan satu tangannya yang digunakan untuk merangkul leher Sumi, juga tidak diketahui apakah sengaja atau tidak, Pani pun menggunakan tangan itu untuk mengelus dada Sumi.

Sumi menatap Pani dengan tatapan yang tajam, lalu dia menarik nafas dan meraih tangannya, “Jangan nakal!”

Pani menjulurkan lidahnya.

Sumi pun menatapnya.

Pipi Pani juga mulai memanas, dia menghembuskan nafas dan berkata sambil menundukkan lehernya, “Jumat ini aku ingin keluar.”

Sumi menatapnya, dia meletakkan tangan Pani di sudut bibirnya dan mengecupnya, “Untuk?”

Pani pun berjinjit, dia menggunakan tangannya yang satu lagi untuk menutup mata Sumi, “Kenapa kamu selalu menatapku dengan tatapan seperti ini? Mesum sekali!”

Bibir Sumi berkedut, lalu dia pun meraih tangan Pani dan menatapnya dengan marah, “Apakah kamu tidak mengetahuinya?”

Pani mengerucutkan bibirnya, dia menunjukkan senyuman yang jahat dan dia pun memainkan kancing kemeja di depan dada Sumi, dengan sambil mengatakan, “Sebelumnya aku sudah berjanji dengan Tanjing, untuk menghadiri acara pameran lukisannya. Awalnya aku sudah melupakannya dan aku pun mengingat setelah kemarin menerima undangannya.”

“Tanjing?” Sumi menatapnya dengan serius, “Kamu berteman dengan Tanjing?”

“Apakah aku tidak boleh berteman dengan Tanjing?” Pani mengerucutkan bibirnya dan menatap Sumi.

Sumi menatap Pani dan tidak mengatakan apa pun.

Pani mendorongnya, “Iya, Tanjing dan Linsan adalah teman baik, jadi bagaimana mungkin dia akan berteman dengan aku, kamu merasa aneh juga sangat wajar.”

Sumi mengernyit, lalu dia memeluk Pani dengan lebih erat, dia menatap mata Pani dan berkata dengan suara yang serak, “Siapa yang mengatakan saling mempercayai satu sama lain dengan tanpa syarat? Saat ini siapa yang sedang cemburu?”

“Aku tidak cemburu!” Pani segera berkata.

Sumi memeluk Pani dan tersenyum, “Apakah aku mengatakan kamu? Kamu begitu tidak sabar untuk membantahnya, terungkap juga.”

Sumi mengelus hidung Pani, lalu dia pun melepaskan tangannya dan memundurkan langkahnya, sambil menatap wajah malu Pani.

“He!”

Pani sangat marah dan dia pun berjalan menuju ke luar.

Sumi memegang dagunya, lalu dia pun menatap Pani dan mengatakan, “Sudah, aku mengetahuinya, wanita biasanya berpikiran sempit dan picik.”

“Machismo!”

Pani membalikkan kepalanya dan memelototinya, kemudian dia pun berjalan menuju ke pintu.

“Pani……”

Sumi memanggilnya.

“Kenapa?” Pani berkata dengan marah.

“Kamu terlihat cantik ketika sedang cemburu!”

“Sumi jika kamu tidak berbicara, tidak akan ada orang yang mengira kamu bisu!”

“He……”

……

Di dalam kamar, wajah Pani masih terlihat marah, tetapi setelah keluar dari dalam kamar, dia pun segera tersenyum.

“Pani, ada apa yang membuatmu merasa senang?”

Pada saat ini, suara lembut Siera pun terdengar dari bawah.

Pani tertegun, dia pun segera menatap Siera yang berada di bawah, “Bibi, anda sudah datang.”

“Iya, aku datang sejak tadi pagi dan juga sudah menyiapkan sarapan bersama dengan Mbok Yun untuk kamu.”

Mbok Yun adalah bibi yang direkrut oleh Sumi, dia berusia sekitar empat puluhan dan dia adalah orang yang sangat lembut.

Setelah mendengarnya, Pani pun menghela nafas.

Siera sudah pergi ke rumah Sumi setiap pagi selama setengah bulan berturut-turut untuk menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam sampai dengan jam sembilan malam, dia baru pulang setelah dijemput oleh Samoa.

Jadi, Pani pun takut Siera akan kelelahan dan merasa tidak enak dan dia pun berkali-kali meminta Sumi untuk mengatakan kepada ibunya, agar Siera tidak bolak-balik setiap hari.

Tetapi juga tidak diketahui bagaimana Sumi memikirkannya, dia sudah mengatakan iya, tetapi dia masih belum mengatakannya kepada Siera.

Pani sendiri juga ingin mengatakannya, tetapi setelah mengatakannya, Siera pun hanya mengatakan iya saja dan pada hari berikutnya dia juga tetap akan datang untuk menyiapkan sarapan!

Apa yang dapat dilakukan oleh Pani? Dia juga tidak berdaya!

Setelah Pani turun ke bawah, Siera pun segera memberikan segelas susu kepada Pani.

Pani menerimanya, “Terima kasih bibi.”

“Untuk apa berterima kasih kepada ibu sendiri?” Siera tersenyum.

Pani menatap ke bawah dengan canggung dan dia pun mulai meminum susu.

“Nyonya, sudah waktunya anda untuk memanggil ibu. Aku pun merasa aneh, setelah mendengar sebutan bibi dan juga ibu.” Suara Mbok Yun terdengar dari ruangan makan.

Um, tampaknya orang-orang Keluarga Nulu adalah orang yang memperlakukan orang lain dengan baik, hanya dengan waktu yang kurang dari satu bulan, Mbok Yun juga tidak merasa segan lagi di depan Pani dan Siera.

Setelah mendengar perkataan Mbok Yun.

Siera pun perlahan meraih tangan Pani dan menatapnya dengan penuh harapan, “Iya, Pani, kapan kamu baru akan memanggilku dengan panggilan ibu? Kamu lihat, Mbok Yun pun sudah menertawakan aku.”

Pani merasa malu dan dia pun berkata, “ Mbok Yun tidak menertawakan kamu.”

Siera pun berjalan menuju ke ruangan makan bersama dengan Pani, “Pani, apakah karena kamu merasa belum membuat akta nikah dengan Sumi, jadi kamu merasa tidak cocok untuk memanggilku dengan panggilan ibu?”

Pani benar-benar merasa seperti itu!

Pani mengandung anak Sumi, tetapi dia belum menikah dengan Sumi juga merupakan sebuah kenyataan.

Jika meminta dirinya untuk memanggil Siera dengan ibu……Pani benar-benar tidak dapat melakukannya!

Siera pun menatap telinga Pani yang memerah, lalu dia pun berkata, “Ibu mengetahui bagaimana pemikiranmu. Nanti aku akan mengatakannya kepada Sumi.”

Mengatakan?

Mengatakan apa?

Pani mengangkat kepalanya untuk menatap Siera, dengan wajahnya yang sudah memerah.

Siera pun mengelus wajah Pani dengan pelan, lalu dia pun berbisik di samping telinga Pani, “Agar Sumi segera membuat akta nikah denganmu, jika seperti ini, aku sudah dapat mendengar kamu memangilku dengan panggilan ibu.”

“Jangan!”

Pani merasa malu dan wajahnya pun memerah, dia pun memegang lengan Siera, “Anda jangan mengatakan kepada dia.”

Jika Siera mengatakannya kepada Sumi dan Sumi baru menyadari untuk……melamarnya, kalau begitu apakah masih bermakna?

Pani tidak ingin!

“Kenapa……”

“Jangan mengatakan kepada aku?”

Suara dingin Sumi pun terdengar dari belakang Pani dan Siera.

Wajah Pani tiba-tiba menjadi sangat merah, dia membalikkan kepalanya untuk menatap Sumi dan berkata, “Kamu, apakah kamu tidak mengeluarkan suara ketika sedang berjalan? Siapa yang ingin kamu takuti?”

Sumi menunjukkan senyumannya kepada Pani, lalu dia pun menatap Siera, “Bu, apa yang kamu katakan dengan Pani?”

“Oh, aku……”

“Bibi!”

Pani sangat cemas, lalu dia pun mengulurkan tangannya untuk menutup mulut Siera.

Siera, “……”

Sumi merapatkan bibirnya, senyumannya pun terlihat semakin jahat, bagi Pani.

Pani pun segera melepaskan tangannya, lalu dia pun meraih tangan Siera dan terus berjalan menuju ke ruangan makan.

Siera menatap Pani dengan bingung, “Pani, ibu tadi ingin mengatakan kepada Sumi……”

“Bibi, anda jangan mengatakannya, setelah anda mengatakannya. Aku akan merasa sangat malu.” Pani pun terlihat seperti seorang gadis kecil, lalu dia pun segera berbisik di samping telinga Siera.

Siera tertegun, akhirnya dia juga sudah memahami pemikiran Pani, lalu dia pun membalikkan kepalanya untuk menatap Sumi yang berjalan di belakang mereka dan dia juga berbisik di samping telinga Pani, “Aku sudah mengetahuinya. Tenang saja, aku tidak akan mengatakannya. Saat ini ibu akan mendukungmu.”

Pani menggigit bibirnya, dia merasa sangat malu dan hangat.

Pada saat ini, Pani benar-benar menganggap Siera adalah ibunya.

Respon Siera, juga membuat Pani merasa sangat hangat di dalam hatinya.

Pani menatap Siera dengan hati yang tersentuh.

Dan Pani pun berpikir.

Mungkin saja, karena Tuhan merasa dulu sudah memperlakukannya dengan sangat buruk, jadi ingin menebus dirinya.

Karena selama setengah bulan ini, Pani merasakan kasih sayang yang diberikan oleh seorang ibu dan juga rasa aman yang tidak dipernah dirasakan oleh dirinya, dia merasa sangat bahagia dan juga setiap harinya menjadi lebih bahagia dari hari sebelumnya.

Pani pun berpikir, betapa bagusnya, jika dia dapat terus hidup dengan penuh kebahagiaan seperti ini!

……

Villa Shenglin.

Linsan mengenakan gaun tidur sutra, dia berdiri di depan jendela lantai dua dengan sambil memegang segelas anggur, dia pun sedang melihat Pataya yang sedang ditahan oleh pembantunya di depan Villa, tatapan dan ekspresinya terlihat sangat dingin.

“Kak Linsan, Kak Linsan, aku adalah Pataya, apakah kamu berada di dalam? Kamu pasti berada di dalam! Aku ingin menemui kamu, Kak Linsan!”

Suara serak Pataya pun terdengar dari bawah.

Wajah Linsan tidak berekspresi dan dia pun menatap Pataya yang telihat sangat memalukan.

“Aku sudah mengatakan Nyonya tidak berada di dalam rumah! Nona Zhao, aku ingat kemarin kamu sudah pernah datang ke sini untuk meminta bantuan kepada Nyonya kami dan Nyonya kami juga sudah mengatakan dia tidak dapat membantumu, semua ini juga karena ulahmu sendiri!”

Salah satu pembantu mengejeknya, “Nona Zhao, mohon menjaga harga dirimu dan segera pergi. Jika tidak, kamu juga jangan menyalahkan kami yang memperlakukan kamu dengan tidak sopan!”

“Tidak, aku tidak akan pergi, aku tidak akan pergi!” Pataya berusaha untuk masuk ke dalam, “Kalian segera lepaskan aku, lepaskan aku, aku ingin menemui Kak Linsan, hari ini aku pasti harus menemuinya! Kak Linsan pasti berada di dalam, jika tidak kalian juga tidak akan membiarkan aku untuk masuk dan aku juga tidak akan masuk sampai ke sini!”

“Nona Zhao apakah kamu tidak merasa malu! Kamu diperbolehkan untuk masuk itu karena kemarin kamu pernah datang dan security pun mengira kamu adalah teman Nyonya kami, jadi kamu baru diperbolehkan untuk masuk ke sini!” Pembantu berusaha untuk menahannya, tetapi mereka juga tidak mengusir Pataya dengan sungguh-sungguh, yang terlihat seperti sedang menunda waktu.

“Kak Linsan, Kak Linsan……”

Pataya masih berteriak di bawah dengan suara yang keras.

Linsan pun berbalik dan tidak melihatnya lagi.

Linsan berjalan ke samping tempat tidurnya, dia menatap gelas yang ada di tangannya, tatapan matanya terlihat sangat jahat dan kejam.

“Kak Linsan, aaa……”

Suara Pataya pun terdengar.

Linsan membuka bibirnya, lalu dia pun segera menghabiskan anggur yang ada di dalam gelasnya.

Bang——

Linsan meletakkan gelas anggur di meja samping tempat tidurnya, lalu dia pun mengambil mantel yang ada di sana dan memakainya, setelah itu dia pun berjalan menuju ke luar dengan santai.

……

Di depan pintu Villa.

Pataya diusir secara paksa oleh dua orang pembantu.

Pataya menjerit, “Aaa, aaa……lepaskan aku, kalian segera lepaskan aku……aku ingin menemui Kak Linsan, aku ingin menemui……”

“Ingin menemui dengan Nyonya kami, tidak mungkin! Ayo, kita melemparnya saja!” Seorang pembantu berkata.

“Ya Tuhan, apa yang sedang kalian lakukan?”

Pada saat ini, suara kaget seorang wanita terdengar dari dalam Villa.

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu