Hanya Kamu Hidupku - Bab 210 Lebih Dingin Dibandingkan Empat Tahun Lalu

Agnes langsung menabrak tembok yang sangat keras.

Uff ~

Agnes merasa kepalanya berputar karena pusing.

"William."

Agnes masih linglung dan belum sadar sepenuhnya, terdengar suara Sutradara Samir datang dari belakang.

Tubuh Agnes tiba-tiba membeku, dan seluruh darahnya juga terasa membeku.

Mata William menatapnya dalam-dalam, dan melihat wanita yang telah jatuh ke dalam pelukannya, Aroma sabun mandi yang akrab menyapu hidungnya, yang menariknya untuk menghirupnya tanpa sadar, Saat itu ada keakraban muncul di matanya yang dingin dan dalam.

Sutradara Samir berdiri di kamar mandi, menatap William, dan pada wanita yang "tak sengaja" jatuh ke pelukannya, dengan dahi berkerut.

Dalam beberapa tahun terakhir, yang namanya wanita tidak pernah muncul di sampingnya William, apalagi wanita asing di dekatnya. Bisanya dalam sepuluh detik, dia akan langsung mendorongnya menjauh, tapi kali ini…….

Sutradara Samir merasa sangat aneh sehingga dia menatap William dan Agnes dan sampai lupa berbicara.

Di dalam napas hidungnya Agnes, itu semua adalah hormon yang kuat dan aura yang keras pada pria itu, Agnes meremas tangannya dengan erat, hanya merasakan sudut matanya bengkak tanpa bisa dijelaskan.

Menggigit bibirnya, Agnes menutup matanya, dan mundur dua langkah.

Agnes menurunkan kelopak matanya. Hari ini, dia mengenakan wig dengan rambut model Bobo, Model rambut yang berat menutupi dahinya yang putih, Bulu mata yang awalnya memang sudah bagus tapi juga disisipkan dengan sepasang bulu mata palsu yang lebih panjang dan melengkung indah.

Agnes hari ini dengan make-up yang cukup tebal, Di sudut mata kirinya, ada beberapa tempelan manik air berbentuk buah persik, Anting-anting indah terlihat dari wignya dan dengan lembut menepuk pipinya.

Meskipun make-up-nya terkesan berlebihan, dia tidak bermaksud membuat dirinya sendiri terlihat aneh, Hanya make-up beginilah yang membuatnya terlihat berbeda dari kehidupan normalnya dan terlihat lebih dewasa.

William mengerutkan bibirnya, dan kehangatan tiba-tiba menghilang di lengannya, yang membuat matanya yang dingin menyipit sedikit, Ekor matanya menyapu beberapa manik air di sudut mata kiri Agnes, dan alisnya sedikit berputar.

Sok misterius, Mata William menatap kedua bulu matanya yang melengkung, dan berkata dengan suara rendah, "lihat ke atas."

Agnes menjepit jari-jarinya lebih erat dan terasa tegang di punggung, Ada keringat muncul di dahinya di bawah model rambutnya.

Samir terlihat patuh dan hanya menatap William dengan aneh.

William menatap tajam Agnes, cahaya matanya terlihat jelas, "Mendongak."

Kaki Agnes terasa dingin, Dia yakin Sutradara Samir tidak bisa mengenali penampilannya.

Tapi kalau William, Agnes sedikit tidak yakin.

Bibir Agnes, yang ditutupi dengan lipstik merah, sedikit gemetar, Dia memalingkan wajahnya dengan seluruh kekuatannya, Menghadapi ke arah Sutradara Samir yang berdiri di pintu, dia menekan suaranya ke bawah dan berkata, "Sutradara Samir, Aku dengan tulus ingin mengundang Anda untuk wawancara, Wawancara ini sangat penting bagi aku, Aku harap Anda mau memikirkannya lagi, aku... aku tidak akan menyerah. "

Setelah mengatakan ini, Agnes berhenti sejenak, lalu menundukkan kepalanya, berbalik ke samping, dan buru-buru berjalan di depan William.

Ketika Agnes lewat di depannya William.

Aroma yang tak asing kembali menyapu ke hidung William.

Mata William tenggelam dengan cepat, dan berniat menyusulnya.

"William!"

Sutradara Samir terkejut, dan dia dengan cepat meraih lengan William.

William mengerutkan kening, wajahnya terlihat kencang, Dia kembali memandang Samir dan kemudian mengalihkan pandangannya ke punggung kurus Agnes, yang berjalan dengan cepat ke koridor.

"William, apakah kamu kenal dia?"

Samir menyaksikan Agnes menghilang di sudut koridor, dan mengernyitkan bibirnya dan memandang William, yang dalam suasana hati tidak normal sekarang.

Bibir tipis William melengkung dingin, memutar kepalanya dan menatap Samir, Hati Samir dikejutkan oleh tatapan matanya William.

Tatapan Matanya William yang seperti ini, hanya ketika dia memandang Ellen.

.................

Agnes menemukan Tabita, yang melarikan diri dari William tadi di kamar kecil,

Dia tidak kembali ke ruang perjamuan, tetapi membawa Tabita pergi.

Duduk di dalam mobil, Tabita menatap Agnes dengan gelisah dan meminta maaf, "bos, aku minta maaf."

Agnes menatapnya. "Kamu sudah mengatakannya berkali-kali."

"Aku hanya merasa tidak enak padamu, Kamu menyuruhku pergi ke kamar mandi untuk menemukan Sutradara Samir, Aku tidak berani pergi, menyruh aku menjaga pintu, Aku tidak menjaganya, Aku pikir aku sangat tidak berguna, Aku malah membuat kamu celaka,.” Tabita berkata dengan rasa bersalah.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak berharap sutradara Samir mau memenuhi permintaan wawancara, Jadi kamu benar-benar tidak perlu menyalahkan diri sendiri, Terlebih lagi, sampai batas tertentu,” Agnes memahami perilaku Tabita yang melihat William dan melarikan diri dengan ketakutan.

Pria itu terlihat lebih dingin daripada empat tahun yang lalu.

Hati Agnes tiba-tiba tenggelam, mengangkat tangannya dan melepas wig di kepalanya.

Wig ini membuatnya sakit kepala.

Sesudah Singkirkan wig, Agnes membelai rambutnya yang panjang dengan jari-jarinya dan berkata kepada pengemudi, "Kita pergi dari sini."

"Baik."

Pengemudi menjawab.

Kemudian pengemudi menyalakan mobil dan perlahan-lahan keluar dari tempat parkir.

Tepat ketika mobil mereka mundur, dua pria jangkung muncul dari arah aula perjamuan.

" Kamu datang ke pesta hari jadi Starshine media hari ini, Apakah itu berarti kamu sudah setuju tentang hal yang menyangkut kak Mila dan Rayhan ?"

Samir tidak terbiasa dengan kesunyian dan tidak bisa menahan diri untuk berbicara.

Namun.

Dalam waktu yang lama, dia tidak mendengar jawaban apapun, Matanya berkedut, dan dia berbalik memandang ke sampingnya, tetapi tidak menemukan siapa-siapa.

Samir terkejut, berhenti dan melihat ke belakang.

Melihat William berdiri dengan jarak lima atau enam langkah darinya,

Wajahnya dingin dan serius, dan matanya bersinar ke satu arah.

Samir mengerutkan kening curiga dan menatap ke arah pandangan matanya William.

Samir tidak melihat apa pun kecuali mobil putih yang perlahan keluar dari tempat parkir.

Sebelum mobil keluar sepenuhnya dan hilang, Samir melihat wajah sisi wanita yang duduk di kursi belakang.

Ketika Samir melihat wajah samping wanita itu, hal pertama yang dia perhatikan adalah manik air merah di sudut mata kiri wanita itu, Ketika dia ingin melihat yang lain lebih jelas, mobil sudah menjauh dari pandangannya.

Samir menyesap bibirnya, Dia tidak punya perasaan khusus, Dia berbalik ke arah William dengan bingung.

Jika tidak melihatnya, mungkin tidak apa-apa, tapi saat itu hampir membuat Samir ketakutan setengah mati.

Samir melangkah maju, memegangi William

"Penuhilah permintaannya!"

Tiba-tiba, William mengatakan sesuatu, dengan suara yang dalam, bahkan

dengan sedikit keganasan.

Wajah Samir terlihat bingung, "Penuhi permintaan apa?"

"Wawancara!"

William memutar kepalanya perlahan, menatap Samir dengan mata merah dan dingin, dan mengeluarkan kata itu dengan menggertakkan giginya.

Samir menatap mata merah William dan tidak berbicara selama beberapa detik.

"... Apa, kenapa kamu mengatakan itu tiba-tiba? Apakah kamu mengenalnya?" Samir menatap William.

"Hm."

William menatap ke arah mobil yang menghilang dan tiba-tiba tersenyum.

Mata Samir kencang dan tulang punggungnya terasa dingin.

.............

Ketika Agnes kembali ke vila Air Jernih, sudah hampir jam sepuluh.

Pada saat ini, Nino dan Tino biasanya sudah tidur, sementara Nurima terlalu tua untuk begadang di malam hari dan sudah tidur lebih awal.

Agnes pergi ke ruang tamu villa, meletakkan tas di sofa, dan pergi ke kamar anak-anak di lantai dua.

Berjalan ke pintu kamar anak-anak, Agnes membuka pintu dengan ringan dan masuk.

Melalui cahaya bintang di celah tirai, Agnes pergi ke sisi tempat tidur dan mengulurkan tangan untuk menyalakan lampu di samping tempat tidur.

Lampu di kamar Nino dan Tino dibuat secara khusus, yang tidak akan menyilaukan mata.

Lampu samping tempat tidur redup dan berwarna kuning, yang tidak akan merangsang bola mata.

Agnes melihat dua bocah kecil sudah tidur nyenyak di tempat tidur, Ekspresi wajah mereka terlihat lembut.

Meskipun kedua bocah kecil ini kembar, temperamen mereka sangat berbeda.

Tino ibaratnya orang dewasa yang masih kecil, tapi tubuhnya lebih gemuk, berkulit putih, lunak dan lembut, Jadi setiap kali dia berpura-pura berbicara seperti orang dewasa, dia akan memberikan kesan kontras yang kuat kepada Agnes, Dia sangat lucu dan imut.

Nino lebih bandel, Dia sering melakukan sesuatu yang tak terduga, Dia adalah pria kecil yang tidak suka berterima kasih, Sejak dia bisa berbicara, dia tidak terbiasa dengan hal-hal yang serius, Dia selalu suka ke arah yang berlawanan, Si kecil ini benar-benar di luar kendali.

Namun, meskipun dia suka melawan saudaranya di waktu-waktu biasa, dia sebenarnya paling banyak mendengarkan Tino, dan dia sangat lengket pada saudaranya.

Kelembutan mata Agnes semakin tebal, dan bisa meneteskan airmata.

Duduk di samping tempat tidur dan menatap wajah-wajah tidur kedua lelaki kecil untuk sementara waktu, Agnes menundukkan kepalanya dan mencium dahi mereka masing-masing sebelum dengan hati-hati menarik sudut selimut untuk mereka, mematikan lampu dan meninggalkan kamar anak-anak.

.............

Karena wawancara, Agnes tidak makan apa pun sepanjang hari.

Jadi ketika kembali ke kamar dan mandi, Agnes berniat memasak mie di dapur di lantai bawah.

Tapi, ketika dia baru saja keluar dari kamar tidur dengan mantelnya dan mendengar suara mesin mobil dari luar vila.

Agnes berdiri di koridor dan menatap ke pintu.

Setelah beberapa saat, gerbang villa dibuka dari luar, dan bayangan gelap masuk.

Suara langkah ke villa terdengar stabil dan kuat.

Ketika pria itu masuk, Agnes bisa melihat pria itu dengan jelas, dan kemudian mengangkat alisnya. Dengan suara kecil, dia menyapa, "Kakak."

Agnes menyapa dengan sangat pelan, tetapi pria itu mendengarnya.

Tiba-tiba, mata tajam dan dalam elang menatap ke arahnya.

Agnes berkedip, menatapnya selama beberapa detik, dan berjalan menuju tangga.

Dorvo Nie juga mengambil kembali tatapannya, menutup gerbang villa, dan berdiri di pintu masuk dan mengganti sepatunya.

Agnes pergi dan mengambil alih koper di tangan Dorvo Nie, menatapnya.

"Kenapa kamu bisa kembali hari ini?"

"Hm."

"……." Eh, Hm apa?

Agnes jelas bingung.

Dorvo mengganti sepatunya, meraih tas kerja Agnes dan berjalan menuju ruang tamu.

Agnes berdiri di sana dan menatapnya. "Terima kasih atas kartu undangannya."

Dorvo tidak berbicara, Dia pergi ke sofa dan duduk, Dia bersandar dengan punggung menempel ke belakang sofa, Dia menyipit ke arah Agnes.

Mulut Agnes bergetar. "Aku akan memasak mie, Apakah kamu mau?"

Dorvo berkata dengan cepat, "jika merepotkan, ya tidak usahlah."

Agnes, "…….." Berkeringat.

"Tidak masalah, Kerena aku kebetulan memang mau memasak mie." Kata Agnes.

"Hm." Dorvo sempat berhenti lalu berkata.

Melihat ini, Agnes menggenggam tangan sendiri dan berbalik ke dapur.

Dorvo melihat punggung Agnes, dan mata elangnya yang dingin memancarkan cahaya hangat.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu