Hanya Kamu Hidupku - Bab 510 Acara Pertunanganmu Denganku

“Haruskah aku bahagia?” Pani melepaskan diri darinya dan berjalan maju.

Tidak peduli seberapa dewasa, Pani baru berusia delapan belas tahun. Dia bisa berpura-pura menyembunyikan emosinya yang sebenarnya di depan semua orang, tapi dia tidak ingin seperti ini ketika menghadapi orang yang sangat dicintainya.

Dia tidak tahu apakah itu benar atau tidak, hanya saja dia tidak mau.

”Sumi melangkah maju dan memegang tangannya, “Kalau begitu tidak pergi, begini bisa, kan?”

Pani menatapnya dengan tajam, “Masakan Linsan pasti sangat enak dimakan?”

Sumi menatapnya.

Pani berdiri diam, “Kamu sangat ingin makan nasi yang dia masak sendiri, kan?”

Sumi mengerutkan aslinya, “Pani, kamu berpikir terlalu jauh.”

“Iyakah?” Pani tersenyum, “Ternyata aku yang berpikir terlalu jauh. Hhm, aku mengerti.”

“Pani!” Sumi menatap Pani tidak berdaya, memegang tangannya dengan erat, “Pani, aku menyetujui undangannya hanya sebagai teman, tidak ada yang lain.”

“Teman?” Pani menarik nafas, “Kamu menganggapnya sebagai teman, bagaimana dengan dia? Dia menganggapmu sebagai apa?”

“Dari awal sampai akhir, Linsan hanya menganggapku sebagai teman……”

“Ini hanya pendapatmu saja!” ucap Pani dengan keras.

Dia tidak memiliki pengalaman dalam percintaan, bukan berarti dia tidak memiliki kemampuan untuk membedakan perasaan cinta.

Sikap Linsan terlihat tidak terkendali, setelah dipikirkan dengan cermat, dia yang sudah menikah menjadi istri orang lain, tidak menghindari menimbulkan kecurigaan dengan pria yang yang disukainya, justru sebaliknya sangat perhatian, dia menganggapnya sebagai pacar, atau……selingkuhan?!

Satu kata “Selingkuhan” sudah berada diujung bibir Pani.

Tapi melihat wajah Sumi, Pani tidak bisa mengucapkannya.

Dia tahu betapa menyakitkan kata-kata ini!

Karena, situasinya sekarang setara dengan “Selingkuhan”?!

Pani memejamkan matanya, hatinya terasa sakit.

Melihat kesuraman dan kesedihan di wajah Pani, Sumi mengencangkan keningnya, buru-buru mengulurkan tangan memegang bahu Pani, “Pani, kamu adalah kamu, aku adalah aku, Linsan adalah Linsan, masalah kamu denganku, hanya antara kamu dan aku, aku tidak berharap kamu selalu menyeretnya dalam hubungan kita. Karena hubungan kita, tidak ada hubungannya dengan dia.”

Hati Pani sedih, perlahan-lahan dia membuka matanya, menatap wajah tampan cemas Sumi, “Kamu ingin aku menipu diriku sendiri, sekarang kamu masih menyukai Linsan, kan?”

“Pani……”

“Jangan katakan lagi.” ucap Pani marah, “Jangan katakan lagi.”

Pani menundukkan tatapannya, ada kelemahan dan kelelahan dalam suaranya, “Kalau terus dikatakan, aku takut diriku akan menyesal!”

Sumi tertegun, menatap Pani dan berkata dengan lembut, “Baiklah, kita tidak membicarakannya lagi.”

Hening beberapa detik.

Pani mengangkat kepalanya dan menatapnya, “Aku pergi membersihkan wajah.”

“……Ehn.” Sumi perlahan-lahan melepasnya, dan menatapnya dalam-dalam.

Pani berbalik dan pergi ke kamar mandi.

Sumi menyaksikan Pani berjalan ke kamar mandi, lalu tanpa sadar mengepalkan tangannya.

……

Private room di restoran.

Suasana hati Linsan sangat baik, dia tersenyum dan menuangkan anggur merah untuk semua orang, “Aku sudah lama tidak masak, semoga keahlianku tidak mundur.”

Tanjing menyeringai, menatap Linsan dengan lembut, “Kamu sudah mengikuti kursus masak, sekalipun beberapa tahun tidak memasak, masakkan yang dimasak juga tidak akan buruk.”

Linsan tersenyum memandang Tanjing, dan menoleh melihat Pani, “Pani, aku dengar kamu menyukai makanan yang memiliki rasa berat, jadi aku sengaja memasakkan beberapa makanan yang memiliki rasa berat, silahkan dicoba apakah sesuai dengan seleramu.”

Kamu dengar dia menyukai makanan yang memiliki rasa berat? Kamu dengar dari siapa?

Pani menyipitkan mata, menganggukkan kepala memandang Linsan, “Beruntung sekali diriku.”

“Sumi, ini kesukaanmu.” Linsan memegang sumpit, mengambil sepotong tahu dan menaruhnya ke mangkuk Sumi.

“Aku ambil sendiri.” ucap Sumi.

Linsan tercengang, menatap Sumi dengan canggung.

Sumi menyipitkan tatapannya, dia mengambil sumpitnya dan memberi Pani sepotong daging babi rebus.

Pani melirik Linsan dan tidak mengatakan apa-apa.

Linsan menarik sumpitnya kembali dan meletakkan tahu itu di mangkuknya, lalu menyeringai, tapi matanya terkulai sangat rendah, ada senyuman kuat dari tatapannya.

Yuki melirik, sambil menggoyangkan gelas anggur dengan lembut, dan menyesapnya sedikit.

Tanjing memegang sumpitnya dengan erat, lalu mengerutkan kening dan menatap Sumi dengan benci di matanya, “Kak Sumi, meskipun kamu memiliki pacar, kamu juga tidak perlu dengan sengaja memperlakukan Linsan seperti itu, kan?”

Yuki tanpa sadar menyeringai, mengangkat matanya melihat reaksi Sumi.

Sumi mengerutkan keningnya dan menatap Tanjing dengan santai, “Apa maksudnya?”

“Linsan turun tangan masak sendiri membuatkan hidangan khusus untuk menyenangkan kamu dan pacarmu. Dan kamu, sengaja mengabaikan Linsan di depan pacarmu dan bersikap dingin kepada Linsan, sama sekali tidak menghargai Linsan, apakah pantas kamu bersikap seperti itu?”

Sumi menatap Pani

Menghargai?

Dia bersedia datang memakan hidangannya itu sudah cukup menghargainya? Apa lagi yang dia inginkan? Apakah harus membahagiakannya?

Lagipula, meskipun dia teman Linsan, hubungan Sumi dengan Linsan tidak ada hubungannya dengan dirinya? Apakah dia keluar untuk memperkuat rasa keberadaan?!

Wajah Linsan memerah, menatap Tanjing dengan marah, lalu menggelengkan kepala dan berkata, “Tanjing, kamu berlebihan. Mana ada Sumi mengabaikanku?”

Sumi meletakkan sumpit dan menatap Tanjing, “Tidak menerima sayur yang diambilnya, itu sudah tidak menghargainya? Apakah aku harus menerimanya di hadapan tunanganku? Kalau aku berbuat seperti itu, baru tidak pantas!”

“Tunangan”.

Empat wanita yang duduk di sana tercengang.

Pani menatap Sumi dengan heran.

Se-sejak kapan dia menjadi tunangannya?

Pipi Linsan mengencang, menatap Sumi dengan tatapan terkejut.

“……Kak Sumi, kalian……sudah tunangan?” ucap Tanjing dengan terheran.

Sumi menarik tatapannya dan menatap Pani yang juga terkejut, lalu dengan lembut berkata, “Aku dan Pani sudah memutuskan untuk bertunangan. Karena sudah diputuskan, sekarang dia adalah tunanganku!”

Pani “……” kenapa dia tidak tahu mereka sudah memutuskan untuk bertunangan? Apakah dia bukan bagian dari salah satu pihak ini?!

“Kalian baru kenalan berapa lama?” Tanjing menatap Sumi tidak mengerti, “Dan dia baru lulus SMA, tidakkah ini terlalu dini untuk bertunangan?”

“Dini? Kalau dia bersedia, aku pikir menandatangani surat nikah sekarang juga tidak terlalu dini!” ucap Sumi.

Tanjing terdiam dan menatap Linsan.

Linsan menyadari, meskipun dia berusaha bersikap tenang, tapi ekspresi di wajahnya menegang.

Hati Tanjing sakit, bibirnya menegang dan dia menatap Pani dengan ganas “Nona Pani masih muda, tapi trik yang digunakan cukup hebat, aku mengagumimu!”

Pani masih terjerat dan kaget dengan pertunangan yang tiba-tiba dikatakan Sumi, mendengar kata-kata Tanjing penuh dengan sindiran, dia hanya meliriknya sekilas dan mengabaikannya.

Bagaimana pun, kondisi tertinggi membuat seseorang tidak nyaman adalah mengabaikannya!

Tentu saja.

Pani mengabaikannya dengan “Murah hati”, tapi ada orang yang tidak bisa berpura-pura tidak mendengarnya.

Tatapan Sumi menjadi suram, “Nona Tanjing tolong perhatikan kata-kata dan sikapmu ketika berbicara dengan tunanganku!”

Pani mengangkat alisnya dan mengedipkan mata menatap Sumi.

Linsan menatap sumi dengan terkejut.

Dia tidak menyangka, Sumi akan memperlakukan temannya dengan sikap yang keras!

Karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Bahkan.

Karena Tanjing dan Yuki berteman baik dengan dirinya, sikap Sumi kepada Tanjing dan Yuki juga berbeda dari orang-orang yang tidak dikenalnya dan dia sangat santai.

Tanjing tertegun, “Kak Sumi……”

“Kalian makanlah.”

Tidak menunggu Tanjing selesai berbicra, Sumi menggandeng tangan Pani, tiba-tiba bangkit, berbalik dan berjalan ke luar restoran.

Tanjing, Yuki,“……”

Kelopak mata Linsan berkedut kencang, tiba-tiba dia berdiri, mengepalkan tangan dan memukulkannya ke meja makan, melihat punggung Sumi dan Pani, suaranya bergetar dan berkata, “Sumi, Pani, apa yang kalian lakukan? Aku susah payah mempersiapkan masakkan ini seharian.”

Pani mengerutkan bibirnya dan menatap Sumi.

Sumi melirik ke belakang dan berkata dengan dingin, “Linsan, apakah kamu ingin aku menganiaya tunanganku dan terus makan di meja yang sama dengan seseorang yang menghinanya?”

Wajah Linsan memucat,“…… Tanjing tidak bersungguh-sungguh.”

“Tidak peduli dia sengaja atau tidak, aku sudah tidak bisa menikmati jamuan makan kali ini. Maaf.”

Sumi mengucapkan kata-kata dingin ini dan membawa Pani pergi.

Seluruh tubuh Linsan gemetar dan matanya merah.

Di-dia memperlakukannya seperti ini……

Sebelumnya dia tidak pernah memperlakukannya seperti ini!

Tapi hari ini, demi seorang wanita, dia tidak peduli dengan perasaannya……

“Linsan.”

Tanjing menatap wajah pucat Linsan dan menyesalinya, “Maaf.”

Linsan memalingkan mata merahnya melihat Tanjing, dan menarik nafas dalam-dalam, “Apa hubungannya denganmu? Dia sengaja melakukannya untuk ditunjukkan kepada Pani dan diriku.”

Ketika Yuki mendengarnya, matanya berbinar dengan cepat.

……

Sumi membawa Pani meninggalkan private room, lalu memesan makanan di meja resepsionis restoran dan memintanya untuk diantar ke kamar atas, sebelum menarik Pani kembali ke kamar.

Setelah kembali ke kamar.

“Sudah lapar?” ucap Sumi memandang Pani dengan ekspresi yang sama.

Mata Pani berkedip dan menggelengkan kepalanya.

Sumi mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya, lalu keduanya duduk di sofa.

Pani memainkan tangannya yang besar, setelah terdiam sesaat, lalu berkata, “Kamu tidak perlu seperti ini.”

“Bagaimana?” Sumi menatap Pani.

Pani menutup matanya dan berkata, “Sengaja mengatakan kata-kata itu di hadapan Linsan, bahkan tidak menghargai dirinya……betapa sedihnya dia!”

Sumi menarik kembali tatapannya dan menatap Pani dengan tenang.

“……Ti-tidakkah kamu merasa sedikit keterlaluan?” ucap Pani.

Pani tidak bodoh, tentu saja dia tahu dirinya yang lembut dan tidak pemarah, tiba-tiba berpaling mengatakan mereka sudah tunangan dan bersikap keras membantunya melampiaskan amarah, untuk membuktikan padanya, sekarang yang orang dia pedulikan adalah dirinya bukan Linsan!

Tapi justru karena sifatnya yang keras membuat Pani merasa dia terlalu kejam.

Karena semakin dia membuktikan dengan cara ini, semakin menjelaskan dia peduli kepada Linsan!

“Terlalu berlebihan.” timpal Pani.

“Tanggalnya sudah ditentukan, bulan depan tanggal delapan!” ucap Sumi tidak menjawab perkataan Pani.

“Ha?” Pani mengerutkan kening, menatapnya tidak senang dengan perubahan topiknya.

Sumi menyipitkan mata, “Acara pertunanganmu denganku!”

Ha?

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu