Hanya Kamu Hidupku - Bab 216 Kalau Berani Coba Panggil Sekali Lagi Sebutan Tuan William Dilsen

William mengambil kapas batang yang telah diberikan obat pembasmi kuman, melihat tangan Ellen yang terus bergetar, ia berhenti sejenak, kemudian seperti tidak terjadi apa-apa, dengan tenang mengolesi luka yang didapat Ellen saat berada di Wangi Sedap yang disebabkan oleh Tabita.

Tangannya bergoyang hebat saat William mengolesi obat pembasmi kuman di punggung tangannya.

William berhenti sejenak, mengangkat kepala melihatnya dan bertanya, “Sakit?”

Ellen menutup rapat bibirnya, ditindas olehnya seperti itu tadi, rasa sakit yang disebabkan oleh obat ini sama sekali bukan apa-apa.

Ellen mengerutkan alisnya, menatap bulu matanya yang panjang, hatinya seperti tertekan, menutup erat bibirnya tidak berkata apa-apa.

Melihatnya seperti itu, William mengambil kesimpulan sendiri bahwa lukanya itu sakit, dan berkata, “Tahanlah.”

Kemudian, dengan cepat William mengolesi obat pembasmi kuman disekitar luka Ellen, setelah itu ia mengeluarkan sebuah kapas batang yang bersih dan mengelap daerah sekitar luka.

Ellen menundukkan kepalanya, dengan tenang menatap William yang sedang sibuk mengobati lukanya, sudut matanya terasa panas.

Sebenarnya apa maunya? Menyiksanya lalu memberinya perhatian? Perbuatannya menyiksanya tadi, seperti akan memakannya hidup-hidup. Sekarang hanya karena sedikit luka ditangannya dia malah begitu cemas, apakah dia tidak merasa kontradiksi… Munafik?

Dengan tenang William mengolesi punggung tangan Ellen dengan salep obat, dan menempelkan plester.

Setelah selesai, telapak tangannya yang lebar memegang tangan Ellen, pelan-pelan mengangkat kepala dan menatapnya, “Luka di pinggangmu, kamu yang mengobatinya sendiri atau aku yang melakukannya?”

Luka di pinggang?

Dia tahu bahwa terdapat luka di pinggang Ellen…..

Ellen menarik tangannya yang sedang digenggam oleh William, ia berdiri dan berkata dengan dingin, “Sore ini aku masih harus bekerja. Apabila tuan William tidak ada keperluan lain lagi, kalau begitu aku pamit dulu.”

Selesai berkata, saat ia akan memutar badannya.

“Kalau berani coba panggil sekali lagi sebutan tuan William?”

Suara William yang tajam terdengar dari belakangnya.

Kedua kaki Ellen menjadi kaku, dengan cepat memutar matanya yang sudah memerah, menekan suaranya yang bergetar, dengan suara kecil berkata, “Jadi aku harus memanggil apa? Apakah Tuan Dilsen?

William menggenggam erat tangannya yang terletak di atas kakinya, dengan dingin menatap punggung Ellen yang tegap, menggertakkan gigi dan berkata, “Kamu masih begitu sombong? Kamu…..”

Ellen mengerutkan alisnya dan berkata, “Aku mana berani sombong di depan CEO 战氏集团 yang luar biasa ini? Malah aku sangat takut kepada kamu.”

“Ellen!”

“Ellen sudah mati. Yang hidup sekarang adalahAgnes!” Ellen berkata dengan suara serak dan menggenggam kedua tangannya dengan erat.

“Aku tidak peduli kamu adalah Ellen atauAgnes.”

William dengan marah bangun dari ranjang dan berjalan kehadapan Ellen.

Ellen merasa takut, dan berjalan mundur beberapa langkah.

Dengan pandangan dingin dan mendalam William menatap Ellen dan berkata, “Lebih baik kamu mempersiapkan diri dari sekarang, karena aku tidak akan melepaskanmu!”

Ellen tercengang mendengar perkataannya, menggenggam tangannya dengan lebih erat lagi, dan berkata “Kamu mau apa?”

“Yang kamu hutang padaku, aku akan mengambilnya kembali sedikit demi sedikit!”

William seperti dapat melihat menembus ke dalam mata Ellen, terlihat tajam dan dingin.

“……… Aku tidak berhutang apapun kepadamu!”

Ellen menjawab dengan suara keras.

Dengan suara yang keras, seperti dapat menutupi hatinya yang kacau dan tidak tenang, juga hati nuraninya yang merasa bersalah.

William tersenyum jahat, dengan tatapan dingin melihat ke arah perut Ellen dan berkata, “Benarkah?”

Ellen memeras jari tangannya, kedua matanya sudah memerah, dia terus bersabar, makanya tidak memikirkan hal tentang perutnya, ia menggigiti bibir bawahnya, menatapnya seperti tidak takut apa-apa.

William mengangkat alisnya, seperti ingin mengatakan sesuatu lagi.

Saat ini.

Terdengar suara Samir dari luar kamar.

“Wah, ada angin apa yang membawa Bos Nie kemari?”

Suara Samir terdengar biasa saja, namun juga terdengar sedikit sengaja ditinggikan.

Bos Nie……

Bang.

Ellen seperti mendapat pertolongan dari dewa, sesaat matanya yang merah menjadi ceria, dengan segera berjalan ke arah pintu keluar kamar tidur.

Kali ini William tidak menghalangi Ellen, tatapannya yang dingin seperti berkumpul membentuk selapis kabut, bibirnya yang tipis tertutup rapat, memutar badan, berjalan keluar dengan langkah besar.

Saat William berjalan keluar kamar tidur, ia melihat tangan Ellen yang menarik erat lengan Dorvo seperti bertemu dengan penyelamatnya saja, wajahnya yang serius terlihat semakin dingin.

Ellen melihatnya, menundukkan kepala, tidak sadar bersandar pada punggung belakang Dorvo.

Dengan wajah yang suram, William tidak meneruskan langkahnya, dia berdiri di depan kamar tidur, dengan dingin menatap Ellen.

Ellen menundukkan kepalanya, sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya.

Dengan tatapan dingin Dorvo melihat William sekilas, mengangkat tangannya menepuk-nepuk lengan Ellen dan berkata, “Ada abang disini.”

Ellen memalingkan wajahnya sehingga tertutupi oleh lengan Dorvo.

Dorvo menyadari Ellen tidak tenang, dengan serius menatap Samir yang berdiri beberapa langkah di depannya, dan berkata “Adik perempuanku bekerja di perusahaan majalah, atasan memintanya untuk mewawancarai Sutradara Wang. Adik perempuanku masih muda, belum berpengalaman, pasti akan melakukan kesalahan, apabila karena wawancara terdapat beberapa hal yang menyebabkan Sutradara Wang tidak senang, mohon dimaafkan.”

Samir, “……” Apa yang perlu dipermasalahkan! Di dalam hati Samir berteriak keras, cepat wawancarai aku!

Samir menelan ludah, melihat sekilas ke arah William, juga melihat ke arah Ellen yang sedang bersembunyi di belakang Dorvo.

Benarkan apa yang dikatakannya.

Seseorang yang selama ini tidak mendekati wanita, mengapa tiba-tiba begitu tertarik terhadap seorang wanita, dan lagi tidak mempedulikan penolakan dari orang, dengan paksa membawanya ke hotel.

Yang berani terhadap wanita ini adalah…

Samir diam-diam memegang jantungnya, untungnya dia masih muda, kalau tidak ia pasti tidak sanggup menahan rasa terkejutnya itu.

Karena Samir sibuk dengan rasa terkejutnya, sampai lupa menjawab perkataan dari Dorvo.

Dorvo tidak mempedulikannya, kemudian melihat lagi ke arah William, dan berkata, “Sebagai ungkapan maaf dari Nie某, biaya pengeluaran Sutradara Wang dan Tuan Dilsen di 君郦 beberapa hari ini akan dicatat dalam tagihan Nie某.

君郦隶 adalah milik Perusahaan Nie, dicatat dalam tagihan Dorvo sama saja dengan gratis.

“Begitu sungkan….”

Samir memutar bola matanya, dengan kesal menatap William.

“Karena adalah adik perempuan Tuan Nie, apabila kami masih perhitungan, sama saja dengan tidak menghargai Tuan Nie.”

William berkata dengan tenang.

Dorvo melihat William dan berkata, “Sutradara Wang dan Tuan Dilsen yang telah berlapang dada.”

William memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya, dari jauh melihat Dorvo, dan berkata “Tidak pernah mendengar bahwa Tuan Nie mempunyai adik perempuan.”

Dorvo menggerak-gerakkan alisnya, tidak berencana untuk menjelaskannya, ia memutar pandangannya ke arah Samir, dan berkata “Semoga kamu berdua nyaman dan senang tinggal di 君郦.”

Samir tersenyum tipis.

Dorvo menyipitkan matanya, menundukkan kepala melihat Ellen, dan berkata dengan suara kecil, “Ayo kita pergi.”

Ellen mengangguk.

Dorvo membawa Ellen memutar badan dan berjalan keluar.

Melihat mereka berdua memutar badan, William dengan erat menyipitkan matanya, menngepalkan kedua tangan yang terletak di dalam kantong celananya.

“Yah…..”

Melihat Ellen yang berjalan pergi, Samir juga bermaksud untuk mengikutinya.

Dan juga mengikutinya keluar.

“Ellen, Ellen…..”

Terdengar suara Samir memanggil Ellen, membuat William kesal sehingga matanya memerah seperti akan pecah.

Ellen !!

……

“Ellen, Ellen, mengapa kamu tidak mempedulikanku? Aku, paman Samir mu”

Samir terus mengikuti Ellen dan Dorvo dari kamar suite menuju lift, kemudian keluar dari lift, terus mengikuti sampai mobil Dorvo di luar hotel.

Sepanjang perjalanan, Samir terus menerus ingin mendekati Ellen, namun dihalangi oleh Dorvo.

Samir sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk mendekati Ellen, bahkan menyentuh ujung bajunya saja tidak bisa.

Dalam perlindungan Dorvo Ellen naik ke mobil, saat pintu mobil ditutup oleh Dorvo, terdengar suara Samir dari luar kaca jendela mobil, yang terdengar pilu.

“Ellen, bukankah kamu ingin mewawancarai aku? Aku bersedia, berapa lamapun boleh, bagaimana?”

Samir berdiri dekat jendela kaca mobil, dengan kasihan berbicara kepada Ellen.

Ellen hampir menangis, menggigit bibir bawahnya, mengangkat kepala melihat Samir, bibirnya bergetar, akan tetapi tidak mengatakan apapun.

“Ellen…..”

“Jalankan mobilnya!”

Dorvo langsung menutup jendela mobilnya, dengan tanpa ekspresi berkata kepada supirnya.

Ellen melihat Samir yang menempel di kaca mobil jendela seperti sedang mengatakan sesuatu, ia menarik napas dalam.

Saat mobil berjalan, Samir juga sudah tidak kelihatan di jendela kaca mobil.

Ellen meremas ujung jarinya, memiringkan badannya, seperti ingin menoleh ke belakang melihat Samir.

Akan tetapi tidak tahu kenapa, pada akhirnya dia tetap bertahan untuk tidak menoleh ke belakang.

Ellen perlahan memutar balik badannya, menundukkan kepala, suasana hatinya sangat kacau.

Dorvo mengangkat pandangannya, melihat Ellen dari kaca spion, menutup mulutnya, tidak mengatakan apapun.

……

Saat itu, Samir dengan malu kembali ke kamar suite, saat kembali ia terhenti sejenak melihat William yang sedang berdiri di depan jendela sambil merokok.

Pandangannya tertuju ke lantai yang penuh dengan puntung rokok, Samir mengedipkan matanya, mengangkat tangan memegang mukanya, kemudian berjalan ke arahnya.

Ia mengambil kotak rokok dan mancis dari tangan William, mengeluarkan sebatang rokok dan meletakkannya di mulut, menghidupkan rokoknya dan menghisapnya dengan dalam beberapa kali, saat menghembuskan asap rokok yang tebal, dengan suara serak berkata, “Sebenarnya apa yang terjadi?”

Jelas-jelas Ellen sudah meninggal empat tahun yang lalu, mereka melihat dengan mata kepala sendiri mayatnya, serta batu air mata tersebut……

Lagipula.

Dilihat dari suasana hati Ellen, juga tidak terlihat amnesia.

Ternyata masih hidup, mengapa tidak kembali mencari mereka?

Yang lebih parahnya.

Samir tidak dapat menerima sikap Ellen yang tidak

mempedulikannya itu.

Kenapa harus begitu, mereka juga tidak punya dendam dengannya!

Tidak tahu kenapa Samir merasa sedikit kesal, matanya memerah.

William melirik Samir, memutar badan dan berjalan masuk ke dalam kamar tidur.

Samir merasa kaget dan memutar kepala melihatnya.

Setelah lewat beberapa lama, tidak melihat William berjalan keluar.

Samir mengerutkan alis dan ikut berjalan masuk ke dalam kamar tidur.

“Paling lama dua hari, aku ingin mengetahui segala hal yang berkaitan denganAgnes selama beberapa tahun ini di 榕城. Dan juga, segala hal yang berhubungan dengan Keluarga Nie, cari tahu yang jelas!”

Saat Samir berjalan masuk, langsung terdengar perkataan William dengan suara yang dingin itu.

Samir berhenti melangkah, ia menatap wajah William yang serius dan sedih tersebut.

William menurunkan ponsel dari telinganya, perlahan menatap dingin ke arah Samir, pandangannya yang begitu kelam seperti tidak ada sebersit cahayapun.

Tanpa sadar Samir menarik napas, saat kedua matanya saling bertatapan dengan mata William yang dingin, seperti saling mengeluarkan petir.

……

Sebuah mobil Lexus berhenti di depan vila Air Jernih.

Ellen memutar kepalanya, melihat pintu utama vila dari kaca mobil, ia duduk dengan tegap, mengangkat tangan dengan lembut memegangi wajahnya, sembari menjulurkan tangan ingin membuka pintu mobil.

“Apakah William adalah Papa dari Tino dan Nino?” Dorvo bertanya dengan suara berat.

Seketika tangan Ellen terasa bergetar.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu