Hanya Kamu Hidupku - Bab 434 Paman Ketiga, Keren Sekali

Wajah Venus langsung berubah pucat, mata menyipit dengan tatapan marah dan benci yang tertuju pada William.

“Nona Venus, apa pendapatmu tentang Bintang yang akan menikahi Vania?” William mengulangi.

"... Bintang benci Vania. Dia enggan menikahi Vania!" Suara Venus tertekan.

Ekspresi William tidak berubah, "Bagiku, tidak masalah apakah Bintang suka atau tidak, bersedia atau tidak. Aku hanya tahu bahwa mereka, Keluarga Hamid, yang mengusulkan pernikahan keduanya. Keluarga Hamid yang memulai semua ini, Keluarga Dilsen tidak pernah memaksa Bintang untuk bertunangan dengan Vania. Oleh karena itu, Bintang harus menikahi Vania. Jika tidak, di mana muka Keluarga Dilsen ditaruh?!”

"Kalian, Keluarga Dilsen, sungguh sombong dan suka meraja! Jelas Vania yang bersikeras ingin bersama dengan Bintang, dia yang mengemis-ngemis dan enggan melepaskan Bintang! Dia tahu bahwa pamanku telah lama mengharapkan posisi itu, jadi dia mengumpani pamanku dengan posisi itu sehingga pamanku terpaksa menyetujui permintaan Vania yang ingin bertunangan dengan Bintang demi kariernya." Venus menggeram.

William menilik Venus selama beberapa detik, berkata bagai masalah tidak berkaitan dengan dirinya, "Kedengarannya Bintang amat kasihan. Tapi, apa hubungannya dengan aku?"

Venus, "..."

Tilikan William pada Venus dingin. "Sepertinya Nona Venus amat menyayangi adik sepupumu ini. Kalau Nona Venus begitu takut Bintang akan menikahi wanita yang bahkan tidak disukai olehmu, bagaimana kalau kita bertransaksi."

Transaksi apa?

Baik William maupun Venus sama-sama tahu apa yang ingin ditransaksikan kedua belah pihak.

Mata Venus terbuka lebar dan membulat, tidak berbicara untuk waktu yang lama.

William memberi Venus kesabaran yang cukup, menyipitkan mata sambil menungggu jawaban Venus.

“Tidakkah Direktur William terlalu percaya diri untuk metransaksikan ini guna mendapatkan informasi keberadaan Vima?” Ekspresi Venus tegang, mata mencerminkan kecongkakan, bibir menyeringai.

"Nona Venus hanya perlu menjawab pertanyaanku, apakah bersedia melakukan transaksi ini denganku? Jika Nona Venus bersedia, mari bertransaksi dengan senang hati. Nona Venus memberitahuku di mana Nyonya Rinoa disembunyikan oleh Nona Venus, sementara aku berjanji pada Nona Venus tidak akan pernah memaksa Bintang untuk menikahi Vania. Dalam hal ini, Keluarga Hamid yang mengambil keputusan. Sebaliknya, jika Nona Venus tidak bersedia, anggap saja aku tidak pernah datang hari ini." William berkata dengan acuh tak acuh.

Tampaknya William sama sekali tidak terpengaruh atas keputusan akhir apa pun yang diambil Venus.

Venus membeku sejenak, lalu memberi tatapan sinis pada William, "Apakah Ellen, yang sekarang dalam keadaan kacau dan cemas hingga tidak bisa makan dan tidur, tahu bahwa Direktur William bertingkah sedemikian tidak acuh terhadap orang yang dipedulikannya?!"

"Jika orang yang dipedulikannya juga peduli padanya, maka aku juga akan ikut memedulikan orang itu. Tapi jika orang yang dipedulikkannya tidak begitu peduli padanya, maka aku akan merasa sangat sebal terhadap orang itu. Aku sudah cukup memaksa diri untuk bersikap seperti sekarang ini." William berkata perlahan.

"Jadi, kedatangan Direktur William kali ini hanya untuk memberikan penjelasan kepada Ellen, hanya sekadar formalitas? Sebenarnya Direktur William sama sekali tidak peduli dengan mati atau hidupnya Vima, benarkan?" Ujar Venus.

William menatapnya dengan diam.

Tetapi, William yang diam berarti pembenaran tanpa bersuara.

Venus menarik nafas panjang, mengangkat dagu, "Jika transaksi yang disebutkan Direktur William ditambahkan dengan satu syarat dari aku, transaksi ini bukan mustahil untuk dilakukan."

"Aku bisa menebak apa syarat itu tanpa disebut Nona Venus."

William berparas dingin, "Maaf, aku tidak bisa menyetujuinya. Transaksi ini hanya berlaku syarat yang disebutkanku. Jika Nona Venus merasa mustahil, maka tidak usah dilakukan. Jika memang tidak bersedia, aku akan segera pergi, hanya sesederhana ini."

Venus memandangi wajah William, arus kepasrahan mengalir dalam hatinya, suara tanpa sadar menjadi serak, "Mengapa Direktur William begitu yakin bahwa aku akan menyepakati transaksi ini? Hal-hal yang dilakukanku membawaku ke nasib yang berakhiran tidak baik. Aku mungkin ... tidak bisa hidup lagi. Aku akan segera mati. Walau aku sangat keberatan dan sangat enggan melihat Bintang menikahi Vania, apa gunanya? Begitu aku mati, aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Mengapa aku harus bersikeras melakukan transaksi ini? "

Mendengar itu, William mengangkat alisnya yang panjang, "Apakah maksud dari kata-kata Nona Venus adalah tidak berencana melakukan transaksi ini denganku?"

"..." Kedua mata Venus memerah, dia menahan napas sambil menatap William.

William mengangguk dengan lembut, berdiri dari tempat duduk tanpa mengatakan apa-apa, lalu berpaling dan melangkah keluar.

Melihat kepergiannya, Venus tertegun, meluruskan punggung dan menatap sosok dingin William dengan gugup.

Berjalan sampai pintu, William tiba-tiba berhenti.

Venus mengepalkan tangan.

"Aku lupa memberi tahu sesuatu kepada Nona Venus. Kali ini, Vania benar-benar sudah bangun." William agak memiringkan kepala, mata hitam tertuju pada Venus dengan diikuti kata-kata yang dilafalkan dengan jelas.

Venus sontak berdiri dari tempat, mata yang merah lagi-lagi membelalak, "Vania, sudah bangun?"

William setengah memicingkan mata, tidak menjawabnya, berbalik dan hendak lanjut melangkah.

"…… Tunggu sebentar!"

Alis panjang William terangkat ketika mendengar kedua kata itu, kaki yang terangkat perlahan menempel kembali ke lantai.

……

Vima kelaparan selama tiga hari, tangan dan kakinya terikat. Ketika dia ditandu keluar dari ruang bawah tanah yang gelap, dia sangat lemas hingga hanya tersisa energi untuk bernapas.

Tidak heran Venus mengeklaim jika dia tidak berinisiatif untuk menyebutkan di mana Vima disembunyikannya, maka tidak akan ada orang yang bisa menemukan Vima walau menjungkirbalikkan Kota Tong berkali-kali.

Faktanya.

Vima disembunyikannya di vila milik Keluarga Rinoa.

Lokasi spesifik adalah gudang anggur merah di ruang bawah tanah, tepatnya lantai kedua ruang bawah tanah.

Meskipun Keluarga Rinoa memiliki gudang anggur merah, tapi Venus, Pluto, dan Vima jarang minum anggur merah, anggur merah yang distok di gudang mungkin tidak akan habis dikonsumsi dalam belasan tahun.

Ketika Pluto turun ke gudang anggur merah pada belasan tahun kemudian, Vima hanya tersisa setumpuk tulang.

Melihat Vima diusung keluar dari gudang anggur merah, Pluto tertegun.

Bahkan berpikir hingga otak meledak pun dia tidak akan menduga bahwa Venus menyembunyikan Vima di rumah.

Suhu gudang amat rendah, walau Vima mati dan mayatnya membusuk, baunya tidak akan menyebar keluar.

Mungkin, sampai meninggal pun, dia tidak akan tahu bahwa Vima ada di gudang anggur merah vila.

Pluto mengikuti ambulans untuk menemani Vima ke rumah sakit, mukanya dilapisi kekhawatiran dan kecemasan yang tebal.

Mengetahui Vima terselamatkan, beban yang menimpa hati Venus akhirnya lepas.

Alih-alih pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Vima, dia sepenuhnya merilekskan diri dan kembali ke kamar untuk beristirahat.

Ellen tidur dari sore hingga larut malam ... terbangun karena lapar.

Dia baru menyadari bahwa dirinya tertidur hingga larut malam ketika dia turun ke bawah untuk mencari makanan.

Pada saat ini, Keyhan, Tino, Nino, serta Darmi telah beristirahat ...

Ellen berdiri di ruang tamu, mata berkedip, mendongak dan menatap ruang belajar di lantai dua.

Ketika bangun, Ellen tidak melihat seseorang di kamar tidur, mungkinkah dia "bekerja lembur" di ruang belajar?

Saat otak Ellen sedang berputar, pintu ruang belajar terbuka di depan matanya, seorang pria jangkung keluar dari ruangan.

William keluar karena mendengar suara entak kaki pada anak tangga. Mata hitam pekatnya memandang ruang tamu, seseorang dengan rambut berantakan berdiri di tengah ruang tamu, seperti orang gila yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa pada tengah malam. Dia mendengus.

Melihat William turun, Ellen tidak bergerak, berdiri diam dan memandangnya.

William melangkah sampai di hadapan Ellen, memandang Ellen dari ujung kepala ke ujung kaki, alis mengernyit.

Dia menjulurkan tangan, merapikan piyama Ellen yang berantakan, tapi malah mengabaikan rambutnya, menatapnya dan berkata, "Apakah kamu tidak khawatir anak-anak kecil akan mencontoh ibunya yang tidak beraturan ini.”

Wajah Ellen memoncong, mengulurkan tangan untuk memeluk pinggang kurus William, " Paman Ketiga , bayi lapar."

Pandangan William menyapu perut Ellen, kelembutan terkumpul dalam bola mata hitamnya itu, berdengus, "Bayi yang lapar atau kamu yang lapar?"

“Kami berdua lapar." Ellen menjawab dengan serius.

William menyipitkan mata, mencubit pipi Ellen yang lembut dan halus, "Duduklah di sofa, aku akan memasakkan sesuatu untuk kedua bos."

Mata Ellen melebar karena kaget, tatapan menunjukkan ekspektasi yang penuh, mata yang melihat William berbinar.

Dia benar-benar sudah lama sekali tidak pernah memakan masakan William!

Melihat sikapnya itu, bibir tipis William melengkung, menunduk dan mencium bibirnya yang berwarna merah jambu, lalu mendudukannya di sofa, kemudian berjalan ke dapur sambil melepas kancing lengan.

Ellen bersarang di sofa dengan nyaman, menyeringai pada William, " Paman Ketiga , gayamu membuka kancing sungguh keren."

"Aku tidak tahu apakah aku terlihat keren atau tidak saat membuka kancing, tapi aku tahu saat membuka kancingmu ... gerakanku sangat cepat!"

Suara William yang jelas mengandung godaan merambat keluar dari dapur.

Wajah Ellen memerah, mengedutkan bibir beberapa kali sebelum bergumam, "... dasar!"

……

Ellen adalah wanita hamil sekarang, walau hanya sekali makan, tapi William memasak hidangan dengan mengikuti setiap rincian yang tercantum di resep makan ibu hamil, menyajikan empat lauk dan satu sop dengan sepnuh hati.

Ellen sangat lapar, mencium aroma hidangan yang tersajikan di meja makan, dia hampir meneteskan air liur.

Selama makan, Ellen tidak henti melahap, bagai kelaparan berhari-hari.

Setelah dimarahi oleh William, dia melambatkan kecepatannya, tetapi ketika mengisi mulutnya dengan makanan, ia seperti ingin memasukkan semangkuk nasi ke mulut.

Kening William mengerut erat, tidak berdaya dan jengkel.

Pada akhirnya, melihat ekspresi William semakin memburuk, barulah Ellen makan perlahan.

Empat lauk dan satu sup itu tidak tersentuh sumpit William sekali pun, Ellen sendiri yang menyantap semua makanan itu hingga bersih.

Bahkan sebutir nasi pun tidak tersisa, sungguh ramah lingkungan!

William tidak tahan untuk mengembuskan nafas dengan kuat ketika memandang piring kosong di atas meja makan, dia melihat perut bulat Ellen dengan cemas, benar-benar khawatir perut Ellen akan meledak!

……

Selesai makan, William menggendong Ellen kembali ke kamar mandi di dalam kamar tidur agar Ellen menggosok gigi, lalu meletakkannya dengan hati-hati di tempat tidur, kemudian dia sendiri pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka.

Ellen yang sudah puas makan berbaring malas di ranjang empuk, mengelus perut sambil menyenandungkan lagu, suasana hatinya sangat baik.

Keseluruhan perasaan Ellen adalah bahagia!

Bagaimana mungkin tidak bahagia?

Orang yang mencelakainya telah mendapat balasan yang semestinya, Vima juga telah terselamatkan.

Sekarang pria kesayangannya dan anak-anak yang dicintainya pada berada di sisinya dengan kondisi aman dan baik.

Adakah hal yang lebih indah dan bahagia di dunia ini dibanding semua itu?!

Sekitar dua puluh menit kemudian.

William keluar dari kamar mandi dengan diikuti uap air yang mengudara. Dia melihat bahwa Ellen bukan hanya tidak tidur, tetapi juga duduk di ranjang sambil mendengarkan lagu dengan headphone, bahkan menyenandungkan lagu di mulut dengan senang hati.

William mengerutkan bibir, dia sepertinya senang hati juga, tetapi dia memasang ekspresi tegang sambil berjalan mendekat.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu