Hanya Kamu Hidupku - Bab 152 Ellen Yang Sangat Terpesona Padanya

William menunggu Louis melampiaskan amarahnya, mengangkat kepala melihat Louis, "Siapa bilang aku mencari alasan? "

Semua orang, "…" apa maksudnya? Apakah benar sudah mempunyai calon pasangan?

Hansen yang awalnya mencemberutkan muka sampai mendengar perkataan William, lalu bingung dan wajahnya langsung bersinar, mengangkat kepala, dengan penuh harap melihat ke William, "Benar sudah ada? "

Baiklah.

Dia yang awalnya tidak memaksa harus Rosa. Dia yang bermaksud untuk cepat mencari calon menantu untuk menjaga William, terhadap pilihan dan syarat, dia tidak punya aturan.

Jadi ketika hari ini William menolak pernikahan bersama Rosa, Hansen tidak merasa ada yang di akungkan, hanya kesal melihat William yang tidak menghiraukan para senior kedua keluarga. Hanya itu saja.

Dan ketika sekarang mendengar William benar ada target menikah, Hansen langsung melupakan kejadian yang tidak menyenangkan itu, bahkan ada sedikit bahagia dan tertarik.

William yang mengingat seorang wanita itu, tatapannya melembut, melihat ke Hansen, "Ya. "

"Siapa? "

Hansen yang senang sampai ingin meloncat dari sofa.

"Nanti kenalkan pada kalian. " sudut bibir William yang membentuk sebuah lekukan, wajah yang hanya karena membayangkan orang tersebut baru memperlihatkan senyuman dan tatapan lembutnya itu.

Hansen yang melihat keadaan, tidak tahan untuk tertawa, "Haha, bagus, bagus, kamu cepat bawa anak itu pulang untuk diperlihatkan pada Kakek. "

Louis, "…" wajahnya yang hampir membusuk.

Tetapi sudah sampai tahap ini dia pun tidak bisa banyak bicara, kalau memang William menemukan wanita yang disukainya, juga hal yang baik.

Tetapi di dalam hati, Louis tetap berharap Rosa bisa menjadi menantunya!

Louis mengerutkan kening, wajahnya cemberut, tak berdaya dan depresi melihat William, "Anak keluarga terhormat mana? "

William melihat Louis, "Kelak kalian akan tahu. "

"Apa nanti nanti? Kalau kamu bilang ada katakan dengan jelas! Bersembunyi begini, hal yang memalukan apa? " Louis dengan kesal berkata.

William mengerutkan kening, "Terlalu berharga, tidak rela begitu cepat memperlihatkannya! "

Terlalu, terlalu berharga?

Louis terkejut melihat William, tidak percaya kata-kata manis ini keluar dari mulut William.

"Haha, anak ini, dulu Kakek pikir kamu mirip sekali dengan Kakek, hanya sifat yang tidak mengikutiku. Kelihatannya sekarang, kamu sangat mirip dengan Kakek saat muda. Sekali suka, langsung memastikannya, berharga sekali. Haha, sepertiku, sepertiku. "

Hansen dengan senang berkata.

William mengangkat alisnya, "Kamu akan menyukainya. "

"Haha, waktu itu ketika aku melihat Nenekmu juga sama sepertimu, semua wanita di dunia ini tidak ada yang lebih baik dari Nenekmu, seperti Nenekmu begitu sempurna, tidak mungkin tidak membuat orang suka. " Hansen yang mengingat masa lalu dan berkata sambil tersenyum.

Louis kesal sampai hampir meledak!

Tidak tahan untuk tetap di ruang tamu lagi, dengan wajah cemberut langsung naik ke atas.

Sekalian tidak usah melihatnya lagi!

Terhadap hal ini, Gerald tidak banyak bicara, jadi terus menerus diam saja.

Vania yang menggigit bibirnya, memicingkan mata melihat William, juga tidak tahu sedang berpikir apa.

……

Masalah ini ribut sampai, Louis tidak turun makan malam.

Setelah makan malam, suasana hati Hansen yang sangat baik, menarik William ke ruang membaca untuk bermain catur.

Di dalam ruang membaca, Kakek dan cucu duduk di kedua sisi papan catur.

Semenjak Hansen mengetahui William menyukai seseorang, lekukan di mulutnya tidak hilang.

"William, disini tidak ada orang lain, kamu diam-diam beritahu pada Kakek, wanita itu siapa, siapa namanya? Kakek berjanji tidak akan mengatakan pada siapapun, bisakah? " Hansen yang melihat William, berkata dengan aksen berkompromi.

William melihat Hansen sekilas, "Kakek, sudah giliranmu. "

Hansen melihat papan catur, sembarangan mengeluarkan sesuatu, ketika ingin berkata.

"Yeh! "

Hansen, "…"

Bola mata yang langsung melotot, menyadari kalau dirinya sudah dikalahkan oleh dia! Pertarungan ini tidak sampai 5 menit!

Terlalu kesal!

Hansen yang memandang William dengan tatapan kesal.

Bisa main catur sudah sombong? Sampai di dirinya bisa jadi apa!

Mengesalkan!

Hansen yang langsung menghancurkan catur-catur, berkata, "Tidak main lagi, tidak ada arti! "

"Ya, aku balik dulu. " William yang tidak menasehati, menghibur, Hansen berkata demikian, dia menyapu kelopak matanya dan langsung berdiri pergi.

"Kamu, kamu berhenti! "

Hansen yang matanya memerah dan lehernya yang ramping, mengangkat kepala melotot melihat William.

William berhenti, menundukkan kepala melihat Hansen.

Hansen mengerutkan kening, menyadari ketika dirinya menghadapi William, merasa ada berbagai waktu bisa membuatnya meninggal!

Berpikir, Hansen merasa di salahkan.

Berpikir dia yang telah berusia demikian, anaknya yang tidak berguna, cucu juga membuatnya kesal, nasib yang begitu pahit…

"Kamu bilang Nenekmu pergi beberapa tahun ini, mengapa tidak menjemputku pergi bersamanya? Neneknya, kamu cepat datang menjemputku, hidup ini tidak bisa di lewati lagi. " Hansen yang tuba-tiba melemaskan bahunya, berkata datar.

William, "…" ini sedang berakting bagian mana?

"Tidak ada arti, benar tidak ada arti. Neneknya, kamu cepat datang, datang membawaku pergi. "

William, "…" kalau Ayahnya juga begitu… Aish, begitu mengerikan!

"Aduh, aduh…"

"Bukankah ingin tahu dia siapa? "

Hansen langsung menutup mulut, langsung memandang William, "Kamu sudah mau memberitahuku? "

William yang tidak berdaya terhadap Hansen.

Mengangkat bibir tipisnya, William lalu kembali duduk, memandang ke Hansen, "Kakek, selain catur dan menulis, apakah kamu pernah berpikir untuk punya hobi yang baru? "

"?" Hansen bingung.

"Seperti berakting. " ketika William berkata demikian, wajahnya tidak berekspresi, sangat serius.

Hansen, "…" wajah tua yang memerah!

William yang melihat wajah Hansen yang aneh, lalu berkata, "Terhadap siapa orang yang akan aku nikahi, kamu cepat lambat akan mengetahuinya, tidak perlu panik. "

"aku…"

"Tetapi sekarang juga ada satu hal, yang ingin kukatakan padamu. "

William langsung memotong Hansen yang ingin bicara, dan berkata.

Hansen mengerutkan kening, dia hanya ingin mengetahui wanita mana yang bisa mengambil hati cucunya yang keras seperti batu busuk ini!

William melihatnya, "Ibu Ellen, masih hidup. "

Kelopak mata Hansen langsung bergetar, punggung yang langsung menegak, "Apa yang kamu katakan? "

William yang tenang, bibirnya yang tipis terdiam, dengan tenang melihat Hansen tidak bicara.

"…" Hansen melototkan mata, terkejut, sepasang tangan yang menggenggam, diletakkan di atas papan catur, "Kamu katakan benar? "

"…Ya. " William menganggukkan kepala.

Hansen menggenggam kedua tangan dengan erat, sekali lagi suara yang dikeluarkan sedikit serak, "Apakah Ellen sudah mengetahuinya? "

"Ya. Mereka sudah saling bertemu. " William berkata datar.

Apa?!

Hansen mengerutkan kening, "Jadi Mamanya Ellen…"

"Dia seharusnya tidak tahu. " kening William yang berkerut sedikit, memejamkan bulu matanya, berkata.

Hansen yang emosi, dan berusaha menahannya, punggung yang menegang langsung mengendur, sambil menghela nafas sambil berkata, "Ibunya Ellen bagaimana? Sekarang apa yang dia kerjakan? "

"Kamu masih ingat Pluto? " William melihatnya.

Hansen berpikir, dan menggelengkan kepala.

"Pluto adalah Paman Tertua Ahmad Hamid. Dan Ibunya Ellen, sekarang adalah istrinya Pluto. " intonasi William yang tenang.

"Paman Tertua Ahmad Hamid? " Hansen terkejut lagi.

William berkata, "aku pernah mencari tahu, Pluto sangat melindungi Istrinya, anak dari Istri pertamanya juga menganggap Ibu Ellen sebagai Ibu kandung. Adik Pluto yag bernama Mars Rinoa sangat menghormati Iparnya ini. "

Kalau begitu, seharusnya dia hidup dengan baik.

Hansen langsung menghelakan nafas.

Sedikit menundukkan kepala, kening Hansen yang berkerut dan tidak berkata lagi, penuh dengan kesedihan.

William melihat keadaan, juga tidak berkata apa-apa.

Seketika, keadaan berubah menjadi sangat sepi dan diam.

Tidak tahu seberapa lama.

Hansen tiba-tiba mengangkat kepala, penuh dengan kejutan.

William melihatnya, alisny juga ikut terangkat, mengerutkan kening, bingung melihat Hansen.

"Pluto adalah Paman Tertua Ahmad Hamid, dan Ibu Ellen adalah Istrinya Pluto. Jadi Bintang Hamid bersama Ellen menjadi hubungan Kakak sepupu dan Adik sepupu? Bagaimana bisa?! ". Hansen berkata.

William, "…" langsung kembali ke wajahnya yang dingin.

"Ellen tahu akan hal ini tidak? " Hansen bertanya dengan tegang.

"Ya. " William mencemberutkan muka.

"Tahu? Jadi Ellen sekarang bagaimana? Apakah sangat sedih? Menangis tidak? "

"…"

"Kamu bilang ini masalah apa? Hubungan yang baik-baik saja berubah menjadi Kakak sepupu dan Adik sepupu, Ellen pasti tidak bisa menerima hal ini? Sekarang juga masa Ujian masuk perguruan tinggi yang menegangkan, pasti Ellen tidak tenang untuk belajar? Tidak bisa, aku harus pergi ke kediamanmu sana melihat Ellen, kalau tidak aku tidak tenang. "

Hansen berkata angin adalah hujan, berdiri mengarah ke pintu ruangan membaca.

Tetapi ketika berjalan sejenak, menyadari seseorang tidak mengikutinya pergi.

Hansen bingung, menghentikan langkah, berbalik badan melihat William, mengerutkan kening, "William, jangan bengong lagi, cepat jalan. "

"Ellen dan Bintang Hamid belum pernah menjalin hubungan. " William melihat Hansen, dan berkata dengan pelan.

"Mereka tidak menjalin hubungan, aku mana bisa tahu? Kamu lupa ketika Ellen merayakan pesta ulang tahun ke 18, Ellen secara langsung menggandeng tangan anak Keluarga Hamid itu lalu memperkenalkan pada kita? " Hansen lalu berkata.

"Saat itu Ellen sedang marah padaku. " William menundukkan tatapan, melihat huruf "Tampan" yang menempel di papan catur itu, berkata.

Hansen terdiam, bingung melihatnya, "Ellen marah denganmu kenapa? "

"Ingin tahu? "

William mengangkat matanya.

Hansen, "…" kalau bukan cucu kandung, mungkin William tidak akan hidup lebih dari 5 tahun, Karena belum sampai 5 tahun dia pasti sudah tidak tahun untuk mencekik matinya!

"Kalau ingin tahu duduk kesini, aku dengan perlahan memberitahumu. " William yang melihat sekilas Hansen yang sedang menahan amarah, nada suara yang datar dan tidak bisa datar lagi.

Hansen menarik nafas panjang, dengan wajah kesal dan berjalan balik, lalu duduk lagi di hadapan William, memicingkan mata melihatnya.

"Ellen menyukai seseorang. "

"…"

"Lebih tua dari Ellen 12 tahun. "

"…"

"Ellen sangat mencintainya, sangat terpesona padanya. "

"…"

"Saat itu Ellen masih kecil, aku tidak setuju, jadi Ellen marah padaku. Mengatakan aku karena umurnya yang muda jadi meremehkan lelaki yang disukainya, jadi sengaja mencari lelaki yang seumuran dengannya Bintang Hamid untuk memancing emosiku. Tetapi malam itu aku sudah memarahinya, dia juga mengaku salah. "

"…"

"Jujur saja, lelaki yang Ellen sukai itu, setiap hal sangat sempurna, tidak bisa dipungkiri. Ellen bisa terpesona pada lelaki seperti itu, aku bisa mengerti. " William dengan wajah serius.

Hansen, "…" cara pandang orang ketiga sudah diperbaharui!

Dia tidak menyangka lelaki yang disukai Ellen, bisa-bisanya merupakan lelaki yang tua satu periode darinya "Lelaki tua"!

Ini sangat melenceng dari dugaannya.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu