Hanya Kamu Hidupku - Bab 467 Aku Pacarmu

Pani sangat kaget, dia menatap lelaki yang sedang menghimpit pada tubuhnya dengan nafas terengah-engah, “Paman Nulu, kamu, kamu mau buat apa ?”

“Tidak ada pacar ya ?” Sumi mencubit pinggang Pani yang lembut, lalu menatapnya dengan tatapan seram.

Pani buru-buru memperhatikan sekeliling.

Meskipun saat ini dia berada di pintu belakang hotel, namun tetap saja banyak orang yang melaluinya.

Keadaan mereka saat ini sangat menarik perhatian.

Pani merendahkan nada bicaranya dan berkata, “Paman Nulu, ada apa kita bahas saja di mobil. Kita begini, tidak bagus kalau dilihat orang lain.”

“Gadis sekarang bukannya pada suka yang menarik perhatian ya ? Kamu tidak suka ya ?” Sumi menunduk kepala, dahinya hampir berdempetan dengan dahi Pani, wajahnya tetap saja terkesan lembut, namun tatapannya yang sedang menatap Pani cenderung dingin.

Dalam hati Pani berpikir, suka apaan !

Sepertinya orang di jalan sudah mulai menoleh ke arah mereka.

Pani langsung memejamkan mata, lalu memendam kepala sendiri dengan rasa malu, akhirnya berkata, “Kamu jangan selalu begini…”

“Aku selalu kenapa ?”

Kata-kata Pani sepertinya malah memancing amarah Sumi, sehingga Sumi semakin mendekat dirinya, tubuh pria yang kuat menimpa pada badan kecil Pani yang terus gemetaran.

Pani menarik nafas dalam, lalu semakin mundur dan menempel dinding yang berada di belakangnya, reaksi wajahnya terus berubah, Pani menggigit gigi sendiri dan menatap Pani dengan penuh amarah, “Kamu tahu sendiri !”

“Aku tidak tahu !” Dahi Sumi berhasil menempel pada dahi Pani, ujung hidung Sumi yang mancung sedang mengelus pada ujung hidung Pani, bibirnya yang tipis juga hampir melekat pada bibir Pani, seolah-olah akan menjatuhkan ciumannya.

Pani semakin merinding, hatinya ada rasa panik, marah dan juga tidak berdaya, “Jadi kamu mau apa ?”

Sumi terus melotot Pani, “Pani, kamu dengar baik-baik, ke depannya kalau ada yang tanya dirimu ada pacar atau tidak, kamu jawab saja, kamu ada pacar ! Mengerti ?”

“… Aku, aku tidak ada.” Pani mengedipkan matanya, lalu membantah dengan suara ringan.

“Kamu yakin tidak ada ya ?” Sumi mengulur satu tangan dan menopang dagu Pani.

Dengan gerakan ini, membuat bibir Pani mengecup langsung pada bibirnya.

Pani menarik nafas dan memundurkan kepalanya, setelah itu dia melotot Sumi dengan tatapan malu dan kaget.

Sumi sedikit memejamkan mata, tangan yang menopang pada dagu Pani mulai beralih ke atas, lalu mengelus ringan pada bibir Pani, ekspresi wajah Sumi sangat serius, setelah itu dia berkata dengan suara serak, “Aku pacarmu ! Pani, kamu harus ingat di hati ! Lain kali kalau ada yang tanya lagi, dan kamu masih jawab tidak ada, awas saja balasanku !”

Pani terus menatap Sumi, tatapannya ada kesan ketakutan, dan juga tidak sudi.

Pani berpikir sejak kapan dirinya setuju untuk menjadi pacar Sumi ? Orang ini sudah langsung berlagak menjadi pacarnya dengan begitu saja ? Ini keputusan satu pihak ya ?”

Ada lagi, bukannya Sumi sudah terlalu sering mengatakan ‘awas saja balasanku’ ya ? Dia sebagai seorang pengacara, malahan melontarkan kata-katanya yang bersifat mengancam, sepertinya tuntutan profesional dirinya masih sangat meragukan.

Pani hanya tenggelam ke dalam pemikiran sendiri.

Setelah sadar, Pani tidak berdaya sekali terhadap diri sendiri, sekarang inti permasalahannya bukan tuntutan profesional Sumi lagi, apa yang sedang dipikirkan sama otak dirinya ini ?

“Mendengar tidak ?” Sumi menekan jempolnya pada bibir Pani, lalu berkata dengan tegas.

Hati Pani gemetar sejenak, matanya terus menatap pada jempol yang berada di atas bibirnya.

Meskipun hatinya sangat tidak terima, namun Pani mengetahui dirinya berada di posisi ‘lemah’, sehingga saat ini dia hanya bisa ‘menahan segala hinaan’ dan mengangguk kepalanya.

Pani merasa apabila dirinya menuruti permintaan Sumi, Sumi akan memindahkan tubuhnya.

Akan tetapi dia telah mengangguk dan menyetujuinya sejak tadi, namun tubuh Sumi malah tetap melekat pada tubuhnya, sama sekali tidak bermaksud untuk memindahkan badannya.

Wajah Pani merona merah, dia terus melotot Sumi dengan tatapan api meledak, “Paman Nulu, kalau kamu tidak melepaskan aku lagi, orang yang lewat akan beranggapan kalau kita berdua adalah patung pahat yang melekat di dinding !”

Sumi ragu sejenak, jempolnya berpindah terlebih dahulu dari bibir Pani, setelah itu tubuh Sumi juga mundur perlahan-lahan dari tubuh Pani. Akan tetapi tatapan gairah Sumi tetap saja sedang membakar seluruh saraf otak Pani.

Kaki Pani sudah terasa lemas, dia menarik nafas dalam, lalu berbalik badan dan terus berjalan.

Sumi memejamkan kedua matanya, dia mengulurkan jari tangannya dan melepaskan kancing kemeja yang berada di bagian dadanya.

….

Pada malam hari, Pani sedang membereskan barang di dalam kamarnya, Yumari mengetuk pintu dan beranjak masuk ke dalam.

Setelah melihat Pani yang sedang melipat bajunya dan menyimpan ke dalam koper, Yumari sangat kaget, “Pani, kamu kenapa ?”

Pani mengerutkan bibir, setelah berhenti sejenak, baru membuka mulut dan berkata, “Nenek, aku dapat satu pekerjaan, tetapi lokasinya di luar kota, besok pagi sudah harus berangkat.”

Yumari sangat tidak setuju setelah mendengarnya, dia buru-buru menghampiri sisi Pani, menarik tangan Pani yang sedang membereskan barang, lalu menatapnya dengan penuh kecemasan, “Pekerjaan apa yang harus ke luar kota ?”

“Ya, pekerjaan part time biasanya.” Pani tidak menjawab dengan jelas.

“Aku tahu pekerjaan part time. Maksudku apa pekerjaannya ? Kenapa mesti ke luar kota ?” Yumari memegang tangan Pani dan bertanya dengan perhatian.

Pani sembarang mengarang, tetap saja tidak bisa melontarkan jawaban yang memuaskan.

Melihat sikap Pani, Yumari semakin tidak tenang, “Pani, sudah mau tahun baru juga, jangan berkeliaran di luar lagi, mengerti ? Cari saja lowongan yang ada di kota Tong, tidak masalah juga kalau tidak ada, kita menanti tahun baru saja.”

“Itu, nenek, aku sudah janji sama orangnya.” Pani menunduk kepala dan menarik tangannya yang sedang dipegang oleh Yumari, akhirnya duduk kembali ke atas kasur.

“Pani, kamu seorang gadis, aku tidak tenang kalau membiarkan kamu ke luar kota sendirian.” Yumari ikut duduk di samping Pani, mencoba untuk menasihatinya.

Pani menunduk kepala dan tidak menjawab apapun.

Yumari melihat reaksi Pani yang nekat untuk pergi, dalam hatinya sangat panik, “Pani, waktu dekat ini nenek selalu merasa tidak enak badan…”

“Nenek.” Pani langsung memperhatikan Yumari dengan reaksi cemas, “Nenek di mana yang tidak enak badan ? Sudah beli obat ?”

Yumari terus menghindari tatapan Pani dan menjawab, “Bagian dada selalu sakit.”

“Bagian dada sakit ya ?” Wajah Pani menjadi pucat seketika, setelah panik sejenak, dia langsung menggenggam tangan Yumari dan berkata, “Kalau begitu aku tidak jadi pergi, besok aku langsung membawa nenek periksa di rumah sakit. Nenek jangan takut.”

Yumari terus menatap Pani, matanya mulai kemerahan, “Ada Pani yang temani nenek, nenek tidak takut.”

Pani memeluk Yumari, pundaknya gemetar ringan, “Nenek, nenek harus baik-baik saja, harus menemani aku sampai selama-lamanya.”

Mata Yumari telah bergenang air mata, dia mengelus ringan pada rambut Pani, namun tidak melontarkan janji apapun.

……

Ketika Yumari sedang mengeluarkan barang-barang yang telah tersusun ke dalam koper, Pani mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Sumi : Paman Nulu, maaf, ada sedikit masalah, besok tidak bisa berangkat bersamamu lagi, semoga semuanya berjalan lancar.

Setelah itu pesan berhasil terkirim.

Pani terus menatap ponselnya, lalu tiba-tiba mengeluh nafas ringan.

Ketika mendengar suara keluhan dirinya, Pani malah merasa kaget.

Pani mengedipkan mata sendiri dan merasa sangat bingung, mengapa dirinya harus mengeluh ? Jangan-jangan sebenarnya lubuk hatinya ingin pergi bersama Sumi, namun dikarenakan sekarang tidak jadi pergi, sehingga dirinya merasa kecewa ya ?

Tut tut….

Pada saat Pani sedang berpikir, ponsel yang berada di tangannya sudah bergetar.

Pani menunduk dan memperhatikannya, rupanya telepon dari Sumi.

Pani mengerutkan bibir dan melirik sekilas ke arah Yumari, setelah itu dia berjalan ke depan jendela dan menerima teleponnya, “Paman Nulu.”

“Iya, terjadi masalah apa ?” Suara Sumi sangat jernih, namun tetap membawa nada cemas.

“Waktu dekat ini tubuh nenek kurang sehat, aku rencananya besok mau bawa dia ke rumah sakit untuk periksa kesehatannya.” Pani menjawab dengan jujur.

Sumi yang berada di sisi lain telepon hening sejenak, lalu berkata, “Besok pagi aku jemput kamu.”

“… Aku tidak jadi pergi. Aku mesti tinggal di sini untuk menjaga nenek. Paman Nulu, kamu cari orang lain yang temani kamu saja.” Pani sedikit mengerut alis.

“Kalau bicara seperti ini lagi aku bakal emosi !” Sumi mengeluh sinis.

Pani sedikit memejamkan mata, jelasnya saat ini suasana hatinya sangat tidak indah, setelah itu dia berbisik ringan lagi, “Aku tidak bilang apa-apa juga.”

“Buat apa kamu menyuruh aku mencari orang lain ?” Sumi berkata dengan nada dingin.

Pani menggigit bibir sendiri, suasana hatinya menjadi indah seketika, setelah keheningan sejenak, dia berkata lagi, “Tetapi aku benaran tidak bisa pergi. Sekarang nenek sedang membutuhkanku, aku mana bisa melantarkan dia dan pergi tempat sejauh itu ?”

“Siapa bilang aku suruh kamu ikut ke luar kota ?” Sumi berkata.

Pani terbengong sejenak, “Jadi…”

Sumi menarik nafas, lalu perlahan-lahan menjelaskannya, “Maksud aku, aku besok pagi antar kamu dan nenek ke rumah sakit, setelah selesai periksa, aku baru berangkat.”

Jari tangan Pani yang sedang memegang ponsel gemetar sejenak, tiba-tiba air mata yang hangat mulai bergenang di dalam matanya.

Pani merasa tenggorokan dirinya sedikit sakit, dia meringankan suaranya dan berkata, “Tidak perlu lagi. Beberapa tahun ini aku sendiri juga yang membawa nenek, bukannya aman-aman saja ? Jadi, kamu kerjakan saja urusan yang lebih penting.”

“Masalah rumah sakit, aku akan atur semuanya. Besok tunggu saja jemputan aku.” Sumi langsung memutuskan sambungan telepon setelah selesai berbicara, sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada Pani untuk membantahnya.

Pani memegang ponsel dan mendengar suara telepon yang telah putus sambung, tanpa disadari hatinya terasa hangat.

Pani menarik nafas dalam, lalu memindahkan ponsel dari telinganya, setelah itu dia mengelus mata sendiri dan berbalik badannya.

“Pani, nenek sudah susun baik-baik, kamu coba periksa, ada kekurangan apa tidak ?” Yumari menggenggam tangan Pani dan menatap Pani dengan penuh senyuman.

Pani melihat kopernya yang telah terisi kembali, lalu menatap lagi nenek yang telah berubah sikapnya, dirinya langsung terbengong kaku !

Yumari berjalan ke hadapan Pani, lalu tersenyum dan menarik tangannya, “Nenek tidak masalah. Barusan bilang tidak enak badan hanya membohongimu saja.”

“… Nenek.” Pani menatap Yumari dengan ekspresi bingung, “Kenapa?”

Yumari tersenyum menjawabnya, “Kamu tidak mau kasih tahu apa pekerjaanmu, nenek khawatir kamu akan terjadi apa-apa, makanya sengaja membohongimu.”

Pani tidak berdaya sekali, “Nenek ~~”

“Haha.”: Yumari menggenggam erat tangan Pani, “Sekarang nenek sudah tahu kalau kamu berangkatnya bersama tuan Nulu, sekarang nenek sudah bisa tenang.”

Pani, “….” Apa dayanya ?

Pani ikut Sumi berangkat ke luar kota, anggota keluarga Wilman tidak ada yang mengetahui hal ini kecuali Yumari .

Jadwal berangkat ditetapkan pada pagi hari, sehingga pada saat Sumi datang menjemput Pani di rumah keluarga Wilman, seluruh keluarga Wilman hanya Yumari yang telah bangun tidur.

Pada perjalanan menuju bandara, Pani merasa sedikit semangat.

Ini pertama kalinya Pani menginjak keluar kota Tong.

Pada kenyataannya, Pani bahkan belum pernah naik pesawat !

Hari ini supir Sumi yang membawa mobil, Sumi dan Pani duduk di kursi belakang, melihat Pani yang bersemangat pada sepanjang jalan, Sumi juga ikut terpengaruh, ini pertama kalinya dia merasa semangat dalam perjalanan dinas.

“Paman Nulu, ada beberapa masalah, menurutku perlu bahas dulu di saat ini.”

Sepertinya tiba-tiba kepikiran sesuatu, sehingga Pani memiringkan kepala, lalu menatap Sumi dengan tatapan jernih.

Sumi balik menatapnya, “Masalah apa ?”

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu