Hanya Kamu Hidupku - Bab 621 Apa Kamu Masih Mau Mukamu?

Wajah Reta menegang, dia dengan spontan memilih melupakan bahwa dia lah yang memaksa Pani untuk menandatangani surat pernyataan putus hubungan dengan keluarga Wilman, lantas dia berkata, "Pani, saya tau kamu tidak suka saya sebagai ibu tirimu, tapi kamu dan ayahmu, adik-adikmu adalah hubungan yang ada ikatan darah, hal ini selamanya pun tidak akan pernah bisa putus, dan tujuan kami hari ini kesini adalah untuk menjenguk cucu kami..."

"Nyonya Wilman." Dengan ketawa ringan Pani memotong pembicaraan dari Reta, namun matanya menatapnya tajam dan dingin bagai es batu, "Kamu jangan-jangan sudah tua jadi pelupa ya? Apa butuh saya ingatkan kamu, waktu itu kan kamu yang memaksaku untuk putus hubungan dengan keluarga Wilman? Lalu sekarang datang sini buat apa? Ohh, jangan-jangan..."

Pani mengulurkan satu tangan untuk menggandeng lengan suaminya, dengan senyuman yang ada diwajahnya memandang ke Sumi, "Saya tau deh, pak Wilman dan nyonya Wilman hari ini datang pasti karena ingat dengan hutang mereka, dan mereka ingin membayarnya. Oh ya, saya belum tau, berapa sih jumlah uangnya?"

Sumi balik memandang Pani, dengan nada yang lembut menjawab,"Bagiku uang itu tidak seberapa..."

"Tidak seberapa yang kamu maksud itu berapa?" Pani mengerutkan bibirnya, terlihat matanya yang memandang Sumi menyembunyikan kedinginan.

Sumi terkekeh, "600 Miliyar."

"Waw..."

Pani membuka mulutnya dengan ekspresi wajah tertegun menengok ke Sandy yang mukanya sudah pucat dan tegang dari tadi, "Saya benar-benar kaget ketika mendengar nominalnya, ternyata saya... begitu berharga juga."

Begitu Pani mengeluarkan perkataannya.

Hati Siera dan Samoa pun terasa pilu begitu mendengarnya.

Dengan erat Sumi menggenggam tangan Pani, melihat matanya Pani yang jernih, dirinya merasa iba dan juga sedikit kesal.

"Pani, hari ini pak Samoa dan nyonya Nulu juga ada disini, kita sekeluarga juga sudah banyak tahun tidak pernah berkumpul, urusan yang tidak penting tidak usah diungkit lagi. Ayah ingin ketemu dengan cucuku, kamu tolong gendongin kebawah biar ayah bisa melihatnya dengan baik." Sandy berusaha agar bisa terlihat tenang, namun matanya yang melihat ke arah Pani tampak penuh dengan peringatan.

"Iya benar Pani, kami datang untuk melihat bayi, sekarang semuanya tidak sepenting dengan hal ini, aku dan ayahmu sudah sangat tidak sabaran." Ujar Reta menambahkan.

Pani terus menerus menatap mata Reta, "Kok saya merasa urusan bayar hutang juga sama-sama penting ya, atau tidak begini saja."

Pani tersenyum cerah, dia mengulurkan tangannya yang putih dihadapan Sandy dan Reta, "Kalian bayar hutangnya dulu, urusan lihat bayi nanti kita rundingkan kembali."

Sumi dan lainnya tahu persis bagaimana kehidupan yang dilewati oleh Pani di keluarga Wilman dulu.

Oleh karena itu juga, Sumi hanya terduduk diam, tidak mencampuri urusan ini, membiarkan Pani melampiaskan amarahnya.

Urat yang ada di dahi Sandy terus menerus melompat, disaat Pani mengeluarkan perkataanya, dia sudah berulang kali menoleh melihat Sumi dan Siera mereka, dia diam-diam mengigit rahang giginya, berusaha tenang menatap muka Pani yang terus menerus memaksa, "Pani, kamu jangan marah lagi sama ayah."

“Pak Wilman.”

Seakan-akan mendengar sebuah lelucon, bibir nya Pani yang tertutup rapat kini tidak tertahan untuk ketawa, sambil ketawa sambil berkata, "Lucu sekali, hahaha, marah gimana? apanya yang marah? Saya dari kecil sampai besar didepan kalian bernafas saja tidak berani mengeluarkan suara yang nyaring, saya sekarang mana mungkin marah, lucu sekali ya."

Sumi memandangi senyuman di wajah Pani yang seakan-akan dari lubuk hatinya yang dalam, bibirnya yang tipis dalam sekejap membentang menjadi satu garis lurus.

Siera dan Samoa juga melihat ke Pani, pandangan mereka antara kasihan dan iba yang sulit diutarakan.

Sandy merasa punggungnya terasa dingin sekali, ekspresi wajahnya yang sedikit tak terkendali terlihat agak ganas, "Pani, dulu waktu kamu kecil ayah sibuk dengan kerjaan hingga mengabaikanmu, ayah sudah menyadari kesalahan. Ayah tau kok, kamu dari kecil adalah anak yang baik, pintar dan mandiri, sekarang kamu sudah besar, nantinya juga akan mempunyai karir tersendiri, ayah percaya nanti kamu akan mengerti perasaan ayah yang kalau lagi sibuk akan otomatis mengabaikan semuanya. Tapi ayah benar-benar menyayangimu dari hati."

"Menyayangi?"

Pani ketawa hampir mengeluarkan air mata, dia mengulurkan sebuah tangan dan menghapusnya disudut mata, dengan senyuman yang lebar memandang Sandy, "Menggunakan uang 400 juta untuk memutuskan hubungan antara kita, dan bahkan memaksaku untuk bertanda tangan diatas surat pernyataan putus hubungan barulah sudi memberikan aku uang, ini yang kamu maksud menyayangiku, begitu?"

Mimik wajah Sandy berubah dalam sekejap, dia dengan cepat menoleh Sumi, suaranya lantas meninggi, "Pani, waktu itu kan kamu yang bilang duluan mau putus hubungan denganku..."

"Iya saya!"

Senyum diwajah Pani perlahan memudar, matanya yang menatap Sandy terlihat sangat cuek, "Kalau iya emang kenapa? Kamupun menyetujuinya."

Secara perlahan Pani menoleh ke arah Reta.

Reta seakan-akan terkejut ketika bertatapan dengan pandangan mata Pani, pundaknya gemetaran, dengan spontan dia menunduk ke bawah.

Pani tertawa dingin, "Kalian tidak hanya menyetujui saya putus hubungan keluarga dengan kalian, bahkan kalian takut saya menyesal, kelaknya akan mengganggu kalian lagi, lalu kalian memaksaku untuk bertanda tangan disurat pernyataan putus hubungan, begitukan Reta ?"

Pani tiba-tiba memanggil namanya.

Reta merasa giginya gemetaran, tercampur aduk antara rasa malu dihina, takut, dan juga perasaan jengkel.

"Beberapa tahun ini kamu seringkan mengeluarkan surat pernyataan tersebut kehadapan orang-orang dan bahkan kalian ingin mengumumkan ke seluruh dunia, bahwa diriku Pani sudah putus hubungan dengan keluarga Wilman, waktu itu kamu pasti senang, merasa dirimu hebat sekali, akhirnya bisa mengusir anaknya Tinaya dari keluarga Wilman kan? Kamu pasti bangga sekali bisa menang dari mamaku kan?"

Pani bertanya ke Reta satu kalimat demi satu kalimat, sampai Reta benar-benar menundukkan kepalanya kebawah, seluruh badannya gemetaran.

Pani menggerakkan alisnya, dengan pelan dia mengalihkan pandangannya ke arah Troy dan Suli.

Pandangan matanya terhenti satu detik diwajah pucatnya Suli, dan kembali melihat ke Troy.

Troy yang berumur 20 tahun, seluruh barang yang dipakainya adalah barang yang bermerek mewah, dia duduk disofa, tidak seperti Sandy dan Reta yang masih berusaha menahan rasa hina dan amarahnya, sepasang mata Troy yang menatap Pani seolah-olah akan mengeluarkan api yang membara dan ingin membakar mati memusnahkan Pani.

Lalu memangnya kenapa?

Pani sama sekali tidak takut dengannya, maupun dulu atau sekarang.

Pani sungguh memandang remeh akan dia, pandangannya berpaling dari dia dan kembali mengamati Sandy, “Saya dan kamu sudah memutuskan hubungan antara ayah dan anak, yang artinya kita sudah bukan hubungan keluarga lagi. Sandy, saya sudah berkali-kali mengingatkan dirimu, jangan sesekali cari perhatian di keluarga Nulu, mengapa dirimu sama sekali tidak mau mendengarkannya? Kamu tanpa alasan menerima uang dari keluarga Nulu sebesar 600 Milyar, saya pikir hati nuranimu pasti tidak akan merasa nyaman kan, biar sama-sama enak, sebaiknya kamu balikin uang itu."

Sumi dan dua orang lainnya sedikit menyipitkan mata ketika melihat ketegasan dan kedinginan dari matanya Pani.

Terumata Siera dan Samoa, bahkan mereka sudah menepuk tangan didalam hatinya mereka.

Inilah menantu dari keluarga Nulu, yang mempunyai kepribadian khas dan jiwa keberanian!

Mereka semakin menyukai menantu ini!

Sandy yang mengepalkan tangannya begitu erat bahkan hampir mengeluarkan tulang-tulang tangannya, "Pani, hubungan darah antar ayah dan anak itu tidak dapat diputuskan dengan 1 surat pernyataan putus hubungan keluarga begitu saja! Seumur hidup ini kamu adalah putri dari Sandy ! Kamu jangan marah lagi..."

"Begini, Sandy !"

Pani mengangkat dagunya, tatapan mata yang seperti pisau terus menerus menusuk tubuh Sandy, "Kalau kamu seumur hidup ini tidak lagi muncul dihadapanku, seiring dengan waktu berjalan, mungkin saja saya akan melupakan masa lalu dan tidak akan mencari masalah denganmu. Namun, namanya anjing ya pasti susah mengubah sifatnya!"

" Pani..."

Sandy baru saja berteriak, dirinya langsung merasakan satu tatapan mata dingin membeku menuju dirinya.

Hati Sandy gemetaran, wajahnya tampak berkedut, namun semuanya masih ditahan oleh dirinya.

Pani melihatnya lantas tidak tahan ingin tertawa, " Sandy, demi uang mukamu saja sudah tidak mau ya!"

"Pani, saya berharap kamu bisa mengerti, dia adalah ayahmu..."

"Memangnya siapa yang memperbolehkan dirimu untuk bersuara disini?" Pani melirik Reta, dia memutarkan bola matanya seusai melihat wajah Reta menahan rasa marah dan penghinaan yang lebih dari Sandy, "Jujur saja, saya dulu lebih membencimu dari dia, namun sekarang saya sadar, ternyata kamu hanya bisa menduduki diurutan nomor 2!"

Dulu dia membencinya karena dia mengira Sandy menyakiti Tinaya, serta penyebab kematiannya Tinaya dikarenakan Reta.

Namun diakhir dia baru menyadari, sebenarnya kepedulian Sandy terhadap Reta tidak sebanyak yang dikiranya, karena yang paling dicintai oleh Sandy adalah dirinya sendiri, tentunya uangnya juga!

Demi uang, Sandy bisa meninggalkan Reta untuk kali pertama, begitupun juga untuk kali keduanya tanpa ada keraguan sama sekali!

Tapi bagaimana dengan Reta ?

Kelihatannya dia benar-benar peduli dengan Sandy.

Bahkan penghinaan yang diberikan kepada Sandy yang bisa ditahan oleh dirinya, dia tidak tega mendengarnya.

"Kamu..."

"Diam!" Teriak Sandy.

Dengan tak sudi Reta menutup mulutnya.

Ketegangan muka dari Sandy, bahkan membuat kerutan dari wajahnya menjadi tak terlihat, dia menatap Pani, dan berkata dengan suara rendah, "Pani, keluarkanlah kata-katamu, hari ini kamu boleh melampiaskan semua kebencian dan kemarahan dirimu kepada ayah, beberapa tahun ini ayah tau kamu menahannya dengan keras, kalau kamu tidak mengeluarkannya, hatimu juga tidak bisa senang."

"Kamu ternyata begitu memahamiku." Jawab Pani dengan menyindir.

Sandy menarik napas, "Kamu adalah putriku, darah yang mengalir ditubuhmu adalah darah yang sama dengan ayah, tentu saja ayah mengertimu."

Pani menggelengkan kepalanya, dia mengangkatkan tangannya, "Sayang sekali, teknologi ilmu kedokteran masih belum bisa menggantikan darah seluruh tubuh seseorang, kalau tidak saya pasti sudah menggantikannya dengan cara apapun."

Keringat Sandy mulai menetes dari keningnya, tampaknya dia sudah menahan dengan keras.

Pani mendekatkan punggungnya dengan sofa, dia memiringkan kepalanya dengan santai memandang Sandy.

"Pani..."

"Kamu tau enggak? Saya sudah berulang kali berencana ingin membalas dendam kepada keluarga Wilman."

Pani dengan tenang memotong pembicaraan dari Sandy.

Jatung Sandy berdetak dengan kuat, sudut matanya yang memandang Pani mulai memerah.

Pani melihat getaran dari sudut mulutnya Sandy, lantas tertawa dengan menyindir, "Kamu menikahi mamaku demi keuntunganmu, lalu menyakiti dia, kemudian selingkuh, bahkan pada akhirnya kamu bekerjasama dengan Reta memaksa mamaku untuk mati, saya menjadi anak yang tanpa mama, dan kalian semua membuliku "

"Untungnya saya ditemani oleh nenekku, kami hidup bersama, saling bergantungan, setiap kali aku dibuli oleh kalian, setiap kali mengingat kalianlah yang membunuh mama, saya tidak pernah tidur dengan tenang. Hanya nenek yang menemaniku melewati masa-masa susah tersebut."

"Tapi, ketika saya bertumbuh besar, diwaktu saya mengira bisa melepas dari kalian semua, nenekku malah pergi meninggalkanku. Dia berpenyakitan itu semua gara-gara kalian. Waktu dia pingsan, kalian hanya membawanya ke rumah sakit, tanpa mengurusnya sama sekali, kalianlah yang menunda waktu perawatan terbaik dari nenekku. Kalian..."

Pembicaraan Pani terhenti disini, seakan-akan ada yang tersedak ditenggorokannya, "Kalianlah yang membuat keluarga saya satu-satunya yang ada dibumi ini pergi menjauh dari sampingku. Saya benci!"

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu