Hanya Kamu Hidupku - Bab 385 Ellen, Naiklah

Samir membelalakkan matanya, Ellen ini ya namanya mengancamnya secara terbuka!

“Kakak kelima, kamu sudah memikirkannya, mau mengatakannya atau tidak?” Ellen memicingkan matanya.

“Ellen...”

“Para tamu hadirin, Selamat malam.”

Ketika Samir bersiap menatap Ellen seolah tidak tahu apa-apa untuk menghindari segalanya, tepat sekali terdengar suara seorang pria dari panggung dansa.

Setelah mendengar itu, Semua orang yang ada di bawah panggung pun langsung berhenti perlahan dan melihat ke arah panggung dansa.

Samir mengambil kesempatan untuk melepaskan tangan Ellen dan kabur ketika Ellen melihat ke atas panggung itu.

“Eh...” Ellen terkejut, dia mengerutkan kening menatap Samir, hanya melihat dia yang berlari sangat cepat dan tidak lama, sudah berada cukup jauh darinya.

Ellen marah, dia pun langsung menghentak-hentakkan kakinya!

“Aku adalah Limo, yang beruntung untuk menjadi host di pesta malam ini. Tidak perlu basa-basi lagi, pasti para hadirin sangat penasaran tema pesta malam ini apa, dan juga siapa yang mengadakan pesta malam ini?” sudut bibir Limo memunculkan senyum cerah yang sangat profesional, kedua matanya melirik ke para tamu di bawah panggung sambil berkata dengan irama pas, “Aku juga tidak akan berbasa-basi lagi ya, langsung saja. Yang mengadakan pesta malam ini adalah Keluarga Dilsen dari empat keluarga berada yaitu William, Presdir William!”

Paman ketiga?

Mendengar ini, pandangan mata Ellen yang awalnya tertuju kepada Samir langsung dialihkan ke host pria yang ada di panggung, tampak sekali di wajah Ellen kalau dia sangat terkejut.

Begitu juga semua orang yang ada di bawah panggung, mereka juga terkejut.

Sebenarnya menghadiri acara pesta malam kali ini, mereka banyak yang bingung.

Setengah bulan yang lalu, beberapa tokoh terkenal di kalangan bisnis, politik dan militer di kota Tong menerima sebuah undangan cap emas yang formal dan begitu resmi. Tapi yang aneh adalah ketika membuka undangan itu isinya mereka hanya diundang ke Hotel British untuk menghadiri pesta malam di malam ini. Tapi di akhir undangan, tidak ada nama pengirim.

Alasan mereka datang ke pesta malam ini, pertama, karena mereka menerima undangan yang sangat formal dan resmi, seolah memberi kesan begitu bermartabat. Kedua, Hotel Britis atas nama Perusahaan Hunt, pada umumnya yang bisa mengadakan pesta malam di Hotel ini pasti bukan orang biasa.

Oleh karena itu, orang-orang yang menerima undangan itu, hampir semuanya hadir tepat waktu malam ini.

Hanya saja mereka sangat tidak menyangka, orang yang mengadakan pesta adalah William!

Tidak rugi kalau seorang host profesioanal, ketika semuanya mulai berisik-bisik dan jadi ramai karena terkejut, Limo pun langsung berkata dengan cerianya, “Apa tujuan Presdir William mengadakan pesta malam ini, kita lebih baik mengundang Presdir William untuk menjawabnya sendiri!”

“Paman ketiga di tempat ini?

Gumam Ellen, detak jantungnya perlahan berhenti, kedua matanya berkedip melihat panggug.

Selesai bicara Limo langsung menyerahkan mikrofon ke pria tinggi besar dan tegap yang sudah muncul tiba-tiba dalam tiga menit ke atas panggung.

Jelas-jelas padahal tidak ada sorotan cahaya lampu, tetapi kemunculannya ini malah seperti membawa keindahan tersendiri yang menarik perhatian, sehingga membuat semua orang di tempat itu tanpa sadar mengalihkan tatapan mereka dan fokus kepadanya.

Setelan yang dikenakan William adalah jas warna biru dengan paduan kemeja kerah hitam halus. Kancing-kancing dari jas itu dikancingkan dengan rapi. Rambut pendeknya disisir rapi ke belakang, memperlihatkan lekuk wajah yang kuat. Setiap langkah majunya menuju mikrofon, memperlihatkan garis otot pahanya yang tampak samar dari celananya, terlihat seksi dan memiliki kekuatan keindahan tersendiri.

Ellen tanpa sadar meletakkan telapak tangannya di depan dada sebelah kiri.

Dia bisa merasakan dengan jelas detak jantungnya berdebar hebat sampai rasanya tangan yang memegangnya jadi ngilu.

William berjalan ke depan mikrofon, wajahnya tetap saja begitu dingin, muram dan tidak tersenyum, sehingga membuat semua orang melihat jadi merasa takut.

William menemukan dengan tepat dimana Ellen di antara orang-orang yang ada di bawah panggung, Matanya sedalam laut dalam yang tak terbatas. Dia mengunci pandangannya ke Ellen dengan erat, dan bibirnya yang tipis terbuka dengan lembut. "Ellen, naiklah."

Napas Ellen jadi sesak dan tiba-tiba tidak teratur. Dia berdiri di bawah panggung dengan panik, matanya tampak mulai berair, tidak tahu harus apa sambil menatap tajam ke William.

Perhatian semua orang juga perlahan tertuju padanya, Ellen pun jadi semakin panik dan gerogi.

“Ellen, kamu harusnya tidak berharap aku sekarang turun ke bawah lalu menggendongmu untuk naik ke atas kan?” William seperti seorang raja, berdiri di atas panggung dan memerintah Ellen, suaranya terdengar tenang dan samar.

Tangan Ellen yang lain, yang ada di sisi kakinya, meremas gaunnya. Dia sangat panik, bahkan wajahnya saja sampai memanas rasanya.

William memandangi Ellen. Dia berpikir sepertinya Ellen tidak akan naik dengan sendirinya, bibir tipis itu pun merapat dan tampak tak berdaya, dia pun melangkahkan kaki turun dari panggung.

Dan di saat inilah!”

“Jangan!”

Kata Ellen begitu panik.

William berhenti, lalu menatapnya.

Ellen tidak berani melihat tatapan mata orang-orang di sekitarnya sekarang yang menatap ke wajahnya yang memerah, dia pun menundukkan kepala dan berjalan perlahan naik ke atas panggung.

Tatapan mata William terus mengikuti Ellen.

Setelah melihatnya berjalan naik ke atas panggung, dia pun ikut kembali ke tempatnya tadi. Ketika Ellen sudah melangkah ke atas panggung, William pun meraih lengan kecil Ellen yang gemetaran.

Ellen menatapnya dengan cepat dan menundukkan kepalanya seperti menantu kecil saja.

William menatap wajah Ellen yang memanas sebentar. Mata hitamnya seolah menampilkan senyuman yang tak terlihat. Telapak tangan besar di lengan Ellen itu pun turun ke bawah, lalu menggenggam kepalan tangan Ellen.

Napas Ellen terengah-engah.

Leher putihnya pun juga tampak merah sampai ke rahangya.

William dengan cepat menarik ujung mulutnya, lalu dengan cepat mengecup Ellen dan menggandengnya ke depan mikrofon.

Di bawah panggung.

Samir dan yang lainnya berdiri bersama diam-diam, semua memicingkan mata pada sepasang insan yang ada di atas panggung.

"Hari ini dalam sehari, apa saja yang telah terjadi, jika sepuluh acara terbaik di kota Tong dipilih pada tahun berikutnya, ini sepertinya memenuhi syarat untuk masuk nominasi." Kata Samir.

"Aku tebak ya berita ini, bisa digoreng oleh para media di acara ini selama setahun.” Frans melengkungkan bibir menggoda.

“Setahun termasuk apa itu? menurutku, cukup dengan William dan Ellen muncul bersama di depan umum, berita baru ini bisa diambil dan dimasak sekali lagi.”kata Sumi, alisnya terangkat.

Ethan memandang tenang ke Sumi dan tiga orang lainnya, “Apa jangan-jangan hanya aku saja yang peduli tentang kemampuan Ellen menerima semua ini?”

Sumi dan tiga lainnya menatap Ethan.

Ethan melihat ke panggung, "Ini kesedihan dan kebahagian besar, jika ada..."

Weeekkk!"

Samir mengangkat kakinya bersiap menendangnya.

Tepat sebelum kakinya jatuh, Ethan mengerutkan kening dan matanya menatap Samir dengan bangga.

Samir pun mengaku kalah dan menurunkan lagi kakinya

“Aduh yaampun Ethan, “Frans melirik ke Ethan, “Ketika dulu William membicarakan dan berdiskusi dengan kita saat itu, bukannya kamu langsung menyetujuinya? Apalagi kamu juga memuji William sangat romantis. Saat itu kenapa aku tidak melihatmu mengkhawatirkan tubuh Ellen yang mungkin tidak bisa menerimanya?”

Ethan diam sejenak, lalu berkata dengan napas marah, “Empat tahun lalu kita semua pernah jail dengannya sekali, William pun dendam. Aku berpikir kali ini telah membantunya menyembunyikan ini dari Ellen, jadi impas, dan tidak dibahas lagi.”

“Gila!” Frans memutar bola matanya, “Jika ada apa-apa, maka tinggal tunggu saja William akan dendam kepada kita seumur hidupnya!”

"Aku benar-benar tidak memikirkan kelemahan masalah ini." kata Sumi setelah terdiam lama.

Frans dan Samir saling memandang dan berkata, “Aku juga tidak menyangka!"

Wajah Ethan berkedut, “Sekarang bisa menghindarkan diri sendiri dari ini, apa masih sempat?”

Sumi menggertakkan giginya.

Ethan mencari Jery yang tersembunyi di tengah kerumunan, dan berkata, "Tenang saja, karena aku telah memikirkan hal ini jadi aku akan mencoba untuk membunuh semua bahaya yang mungkin terjadi di hadapan kita. Ditambah lagi, bisa memutuskan dirinya untuk bersama dengan seorang ‘paman’, kekuatan menerima Ellen tidaklah seburuk itu kan?”

Apanya.

Semua kata-kata diucapkan olehnya seorang!

Yang mengatakan ada bahaya adalah dia, yang mengatakan tidak ada bahaya juga dia!

Jadi....

Samir dan ketiga orang lainnya saling memandang satu sama lain, berdiri diam dan memutuskan mengabaikan Ethan sepuluh menit!

Ethan, “.....”

....

Bintang dan Venus yang juga berdiri di antara kerumunan, melihat ke pria dan wanita di atas panggung, ada tatapan aneh di bawah matanya.

Bintang berusaha sekuat tenaganya untuk mengendalikan diri, sehingga tidak begitu saja berbalik dan pergi, tidak melihat adegan menyentuh di depannya.

Kenyataannya.

Sampai hari ini Bintang masih saja belum bisa percaya, yang mendapatkan hati tulus Ellen adalah orang tua yang selama ini dipanggil Ellen dengan sebutan paman!

Bagaimana bisa mereka bersama?

Kenapa bisa mereka bersama?

Empat tahun lalu.

Ketika dia tahu kalau Ellen adalah anak kandung dari paman dari ibunya, sepupunya sendiri, dia sangat sakit hati sekali!

Karena dia tahu, jika dia bersikeras untuk bersama Ellen, maka itu melanggar aturan etika dan inses.

Selama waktu itu, dia sangat bingung, sedih dan sengsara.

Tetapi belum selesai dia terbebas dari siksaan, berita kematian Ellen datang.

Selanjutnya, jadi empat tahun yang panjang dan penuh dengan rasa sakit.

Jika dia tahu, Ellen bukanlah orang yang peduli dengan pandangan orang lain. Tahun itu kebingungan dan kesedihannya mungkin tidak akan ada.

Dia Bintang akan berusaha sekuat mati untuk mendapatkan Ellen, dan bisa bersamanya.

Sebenarnya.

Selama Ellen sedikit saja tertarik dengannya, mungkin tidak akan ada kebingungan dan penderitaannya itu.

Selama Ellen bersedia bersama dengannya, selama Ellen menyukainya, dia tidak akan pernah menyerah begitu saja.

Benar sekali.

Dia tidak akan menyerah, dia juga akan berusaha sekuat mati untuk bersama dengan Ellen.

Tapi kenapa?

Dia malah tidak bisa menerima Ellen yang bersama dengan William sekarang!

Tidak peduli ada atau tidaknya hubungan darah, William adalah orang yang mulai merawat Ellen sejak umur lima tahun! Ellen memanggil William dengan sebutan paman selama belasan tahun, dan sebanding dengan seorang ayah!

Ellen kenapa bisa bersama dia?

“Kakak, aku tidak percaya, aku tidak bisa percaya!”

Kedua mata Bintang memerah, tertegun bagai orang kesurupan, suaranya terdengar serak.

Venus menarik kembali pandangan matanya dari Ellen dan William yang ada di atas panggung lalu menatap Bintang. Suaranya lembut, jelas dan jernih tetapi sosoknya dari luar juga sangat tenang, "Bintang, hal ini sudah sampai ke tahap ini, kamu sudah waktunya untuk merelakannya. Tidak peduli Ellen bersama dengan Presdir William itu benar atau tidak, atau apakah sudah melahirkan seorang anak untuk Presdir William? Kamu dan Ellen tidak akan mungkin bisa bersama. Ellen adalah anak ibuku, dia adalah sepupumu.”

“Tapi William adalah paman yang mengadopsi Ellen! Jika aku tidak bisa bersama Ellen, dia William juga lebih tidak bisa lagi!” Bintang seperti terkurung dalam jalan keputusasaan, dia meremas dengan kuat lengan Venus, sambil merana.

“Bintang, kamu tenanglah dulu. Ini adalah acara pesta malam.” Venus menahan sedih melihat Bintang, suaranya lembut dan menenangkan.

“Ellen tidak mungkin begitu saja mau bersama dengan William! Aku tidak percaya dia bisa menyukai pria yang umurnya lebih tua 12 tahun darinya, dan yang selalu dipanggilnya dengan sebutan paman! Pasti William yang memaksa Ellen!” kata Bintang.

Kedua mata Venus memerah, sedih menatap wajah Bintang yang sudah tidak terkendali, “Kamu tidak usah menipu dirimu sendiri. Coba kamu lihat Ellen, apa dia seperti orang yang dipaksa oleh Presdir William? Bintang, kamu harus melepaskan belenggu dirimu sendiri, oke?”

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu