Hanya Kamu Hidupku - Bab 405 Kaisar Tua Yang Begitu Sombong dan Arogan

Napas Ellen tersentak perlahan.

William membelai wajahnya. "Lihat, ternyata mengerikan ya."

Mata Ellen bergerak dan mau membuka bibirnya membantah.

Tapi William mencium wajahnya, "Tidurlah."

"Bagaimana denganmu?" Ellen menatapnya.

William memperhatikannya sebentar dan tidak mengatakan apa-apa, lalu memeluknya dan membaringkannya ke dalam ranjang yang empuk.

Tubuh Ellen perlahan berbaring miring dan melingkarkan lengannya di pinggang William yang kuat. "Paman ketiga, walaupun aku tidak suka Vania, tapi tetap aku berharap dia baik-baik saja. Dengan cara ini, kamu tidak termasuk gagal memenuhi janjimu kepada ayahmu."

William meletakkan tangannya di lengan Ellen, "Tidurlah."

Ellen mengangguk pelan di dekapan William lalu memejamkan matanya.

William mengangkat tangannya mematikan lampu, sepasang mata hitam yang tampaknya bisa melihat pada malam hari, malah tidak terpejam dan hanya menatap ke atas.

……

Pada 10 Agustus, karena hilangnya calon pengantin wanita maka pendaftaran pernikahan pun akhirnya diundur urutannya ke belakang dan ditunda.

Tapi pada hari itu dua keluarga yaitu keluarga Dilsen dan Keluarga Hamid janjian bertemu di suatu tempat.

Hanya saja suasananya begitu mencekik dari awal hingga akhir.

Pada malam ke-10 hilangnya Vania, polisi mendapat kabar kalau rumah sakit Yihe tiba-tiba menerima seorang pasien yang diduga adalah Wania.

Polisi segera menghubungi Hansen dan memintanya untuk segera pergi ke rumah sakit Yihe mengkonfirmasi apakah itu Vania atau bukan.

Hansen, William, Ahmad dan Bintang satu persatu tiba di rumah sakit.Dan pada akhirnya memastikan kalau pasien itu memang adalah Vania.

Kantor kepala rumah sakit Yihe.

Di udara seperti dipenuhi oleh obat-obatan dan bahan kimia yang membuat orang sulit bernapas.

Jery memandangi empat orang besar dan penting di kantornya, yang semuanya berdiri dan tidak ada yang duduk. Dia pun menjelaskan dan menceritakan tentang proses rumah sakit menerima Vania dan apa yang mungkin dialami oleh Vania sebelumnya, termasuk situasi saat ini.

"Nona Vania diantarkan ke rumah sakit oleh polisi yang bertugas. Dua orang tukang bersih-bersih yang menemukan Nona Vania. Dua orang itu masih di kantor polisi dan belum pergi. Menurut keterangan polisi, ketika dua orang tukang bersih-bersih menemukan Nona Vania, Nona Vania sudah tidak sadarkan diri dan dibiarkan telanjang di taman hijau di samping jalan. Para tukang bersih-bersih itu takut mendekati Nona Vania, jadi mereka pun memanggil polisi. Ketika polisi datang, mereka memeriksanya dan menyadari kalau Nona Vania masih bernapas. Meskipun dia telah diantarkan ke rumah sakit. "

“…… tapi sebelum tukang bersih-bersih menemukan Nona Vania, Nona Vania kelihatannya telah diperkosa dan diperlakukan sangat kejam.”

Bicara sampai sini, Jery menarik napas panang, "Nona Vania terluka di seluruh tubuhnya dan dia memiliki beberapa patah tulang juga di tubuhnya. Kepalanya sepertinya terbentur atau dipukul keras sehingga ada penggumpalan darah cukup besar...”

Jery adalah dokter dan tidak seharusnya menghindari mengatakan yang sebenar-benarnya, tetapi di hadapan empat pria di depannya, Jery masih tidak bisa mengatakan apa-apa tentang cedera serius di beberapa tempat rahasia.

Dari empat orang itu.

William dan Bintang adalah yang paling tenang dan serius, tapi juga yang paling tajam dan ganas.

Sedangkan wajah Hansen dan Ahmad sudah tidak enak sekali dipandang!

"Meskipun Nona Vania bisa diselamatkan sekarang, tanda-tanda vitalnya sangat lemah dan dia belum melewati masa kritisnya. Dia hanya bisa berada di unit perawatan intensif untuk saat ini."

Jery berkata lagi, "Bahkan jika Nona Vania bisa melewati masa kritisnya, tapi tidak pasti juga kapan dia bangun dan sadar. Apalagi, setelah bangun pun kita juga tidak bisa memutuskan trauma apa yang akan dialaminya...”

Boooommm!

Satu kalimat terakhir Jery ini bergetar.

Hansen langsung menghentakkan tongkatnya dengan keras di lantai, lalu diam-diam menelan ludah di tenggorokannya.

“Selidiki! Harus diselidiki semuanya! Harus segera menemukan pelaku yang melukai Vania dengan kejam dan tidak punya punya hati nurani, segera temukan! Uhuk uhuk uhuk.....”

Hansen marah. Wajah tuanya jadi pucat dan napasnya tidak teratur sehingga pada napas terakhir suaranya tidak bisa naik sehingga mengakibatkan dia terbatuk-batuk.

"Tuan, baik-baik jaga dirimu." Kata Ahmad dengan wajah muram menatap Hansen.

Tidak peduli bagaimana pun.

Vania tidak hanya nona besar dari keluarga Dilsen, dia juga adalah calon menantu yang diakui oleh Keluarga Hamid secara terbuka.

Dengan dua statusnya yang sangat penting ini, ternyata masih saja ada orang yang berani menggunakan dan memperlakukannya dengan cara yang sangat kejam. Yang bisa dibilang sama saja dengan memprovokasi untuk bertarung dengan Keluarga Dilsen dan Keluarga Hamid.

Tidak hanya Keluarga Dilsen yang mau menyelidiki semuanya ini, bahkan Keluarga Hamid pun juga tidak mau kehilangan muka atas semua ini!

“Tuan, anda tenang saja. Masalah ini, Aku pasti akan menyelidiki semua kebenarannya sampai akhir dan tidak akan mungkin melepaskan orang yang menyakiti Vania begitu saja!” kata Ahmad dengan wajah yang sangat serius.

Hansen menghela napas berat lalu tatapan matanya memerah memandang tajam ke Ahmad, “Nama baik dan harga diri wanita harus dijaga. Semua orang yang tahu masalah ini harus dipastikan untuk tidak boleh menyebarkannya ke orang lain, tidak boleh satu katapun keluar dari mulut mereka tentang ini!”

“Aku akan mengurusinya, ” jawab Bintang.

Hansen menatap Bintang. Tatapan matanya penuh dnegan ketajaman yang kuat dan tak diragukan lagi, “Bintang, Vania mengalami semua masalah ini. Kamu sebagai calon suaminya juga punya tanggung jawab yang tidak bisa disangkal atas ini.”

Mendengar ini, mata Ahmad langsung menyusut tajam.

Sekarang sudah terjadi hal seperti ini kepada Vania, nama baiknya telah hancur...

Wanita yang seperti ini, apa masih mau membuat anaknya Ahmad menikahi wanita itu?

Ahmad menyembunyikan pemikiran seperti itu dalam hatinya. Tapi di titik ini, dia tidak mengatakan apapun.

Tatapan mata Bintang begitu dalam, kedua bibirnya merapat jadi lurus, “Aku tahu.”

“Baguslah kalau kamu tahu!”

Api kemarahan dan emosi Hansen terus saja mendidih sampai puncak.

Dia yang sekarang bagaikan kaisar tua yang sangat sombong dan arogan.

Ahmad menatap Bintang dengan tenang dengan beberapa kerutan tak terlihat.

Wajah Bintang begitu tegang, tampak sekali emosi yang komplek di mata Bintang, mana mungkin di saat seperti ini dia tidak bingung dan ragu?

“William!”

Hansen menatap tajam William.

Mata hitam William menyipit sedikit dan menatap Hansen yang masih dalam keadaan marah.

"Kondisi Vania saat ini kamu juga sudah melihatnya dengan matamu sendiri! Tidak peduli berapa banyak hal yang dulu pernah dia lakukan sehingga membuatmu yang dipanggilnya dengan sebutan kakak selama dua puluh tahunan ini tidak senang. Tapi sekarang Vania juga bisa dibilang telah menerima hukumannya. Sekarang, demi ayahmu yang telah meninggal dunia, apa kamu bisa membantu mencari siapa pelaku yang menyakiti dan melukai Vania, dan memberikan Vania keadilan?”

Ucapan ini, Hansen mengatakannya dengan sangat serius dan keras!

William masih saja dengan tatapan mata hitam yang hening dan tenang menatap Hansen.

William tahu.

Hansen mungkin tidak menyukai sifat Vania, tetapi Vania tetap adalah cucunya. Sama seperti dia dan Gerald yang seorang ayah dan anak, itu adalah hal yang tidak bisa dirubah ataupun dipilih.

William juga tahu.

Sebelum Gerald meninggal, tidak hanya mempercayakan Vania kepadanya tapi juga mempercayakan Vania kepada Hansen.

Jasad Gerald sekarang saja belum dingin, tapi anak kesayangannya telah mengalami masalah seperti ini.

Hansen saja belum selesai dengan kesedihannya yang seorang beruban mengantarkan anaknya ke peristirahatan terakhir, sekarang malah harus menghadapi dia sendiri yang telah lalai memenuhi kepercayaan dari anaknya Gerald. Jadi bagaimana mungkin dia bisa tidak emosi marah dan tak terkendali.

William tidak hanya tahu dua poin ini.

Dia juga sangat tahu jelas.

Ketika Vania yang hilang sepuluh hari.

Dalam sepuluh hari itu, William tidak menemukan informasi apapun tentang Vania.

Hansen menyalahkan William karena tidak melakukan yang terbaik, dan hanya asal-asalan!

Itu sebabnya Hansen sangat marah padanya.

Mengenai William yang asal-asalan atau tidak tentang pemikiran Hansen, William tidak akan membantah apa pun. Dia memahaminya sendiri dalam hati tanpa perlu bertanya.

William menarik tatapan kedua matanya lalu berkata kepada Hansen, “Anda tenang saja.”

Hansen menatap tajam ke William.

……

Karena Vania sekarang dalam perawatan intensif dan tidak dapat dikunjungi.

William dan beberapa orang yang lain tidak ada gunanya jika mereka tetap terus berada di rumah sakit.

Jadi hanya Bintang satu-satunya orang yang tersisa dan tetap di rumah sakit. William dan yang lainnya sudah pergi meninggalkan rumah sakit.

Apartemen Keluarga Hamid.

Mars dengar kalau ada kabar mengenai Vania. Setelah Ahmad pergi meninggalkan apartemen. Dia bangun, mengenakan pakaian dan duduk di sofa ruang tamu menunggu Ahmad.

Ahmad tampak sangat lelah ketika kembali tiba ke apartemennya setelah jam empat pagi.

Mars hampir tertidur di sofa.

Melihat Ahmad kembali, Mars segera berdiri dari sofa dan memandang Ahmad dengan gugup, "Bagaimana? Apakah itu Vania?"

Ahmad memandang Mars, melepas mantelnya dan menggantungnya di gantungan baju lalu menarik dasinya secara asal-asalan dan berjalan menuju ruang tamu. Wajahnya menggelap, "Itu dia!"

Mars menarik napas lalu menatap dan berjalan menghampiri Ahmad lalu bertanya, "Bagaimana keadaannya?"

Ahmad mengerutkan kening dan menatap Mars, dia berpikir sejenak apakah akan mengatakan kondisi sebenarnya.

"Ahmad, apakah ada sesuatu yang tidak bisa kamu katakan padaku?" kata Mars meraih tangan Ahmad.

Mata Ahmad berbinar.

Iya.

Mereka adalah suami istri. Masalah ini meskipun disembunyikan tapi tidak akan bisa disembunyikan dari istrinya sendiri!

Berpikir seperti itu.

Ahmad balik menggenggam tangan Mars. Lalu mereka berdua duduk di sofa. Setelah menghela napas berat, Ahmad pun memberitahu semua kondisi dan kenyataan sebenarnya kepada Mars.

Mendengar ini, wajah Mars memucat. Di matanya penuh dengan ketidak percayaan dan panik, “Ya Tuhan, Kenapa Vania bisa mengalami hal seperti ini. Ini terlalu, terlalu sangat mengerikan! Sebenarnya siapa yang begitu kejam dan tak berperasaan itu?”

Ahmad tersenyum.

Senyum itu tampak seperti penghinaan dan sindiran, "Siapa yang tahu? Kekuatan dan kekayaan keluarga Dilsen di Kota Tong sangat besar dan mereka terkait erat dengan orang-orang yang berada di puncak piramida di masyarakat kalangan atas. Posisi keluarga Dilsen di Kota Tong telah sangat berakar dalam dan tidak ada yang bisa mengguncangnya sedikitpun. Namun meskipun begitu, Keluarga Dilsen telah membuat musuh yang tak terhitung jumlahnya di lingkaran bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Mungkin itu adalah musuh yang telah didorong jatuh sampai tidak punya jalan lain lagi untuk bisa bertahan. Sehingga demi meluapkan emosinya, dia pun mencari Vania sebagai targetnya.”

"Dan..."

Ahmad menatap Mars, “Kamu kira Vania sendiri tidak bermasalah? Dia sebagai nona besar keluarga Dilsen, kesombongannya dan arogannya sudah bukan rahasia lagi. Mungkin juga ini adalah musuh yang dibuatnya sendiri. Anak muda sekarang sangat tidak mengerti aturan begitu gegabah dan tidak memikirkan resiko perbuatan mereka. Jadi bisa sampai terjadi hal seperti ini, itu bukanlah hal yang aneh.”

Mars menatap wajah Ahmad, “Vania telah mengalami hal seperti ini, apa yang harus dilakukan oleh Bintang kita?”

Mendengar Mars menyebutkan nama Bintang, Ahmad pun mengerutkan keningnya lagi.

Ada kepanikan dalam hati Mars, suaranya gemetaran, “Tidak mungkin masih tetap menyuruh Bintang untuk menikahi Vania kan?”

Ahmad memandang Mars lalu menghela napas berat.

Hati Mars langsung tenggelam, dia pun melepaskan tangan Ahmad, “Bintang pada dasarnya saja tidak suka Vania, menikah dengan Vania pun dia jelas sangat enggan dan tidak bersedia. Sekarang Vania sudah seperti ini, hati Bintang jelas semakin tidak ingin dan bersedia untuk menikahinya.”

“Tidak usah membicarakan Bintang tidak bersedia atau tidak. Aku saja dari awal juga sudah tidak suka dengan Vania, jika bukan....... Aku mana mungkin setuju Vania yang wanita seperti itu jadi menantuku! Apa yang dikatakan oleh Keluarga Dilsen? Jangan-jangan mereka berpikir Bintang harus menikahi Vania dalam situasi seperti itu? "

Ahmad mengulurkan tangan dan mencubit hidungnya sendiri, wajahnya juga penuh kesal. Dia berkata dengan suara yang berat, "Apakah menurutmu, aku ingin Bintang menikahi Vania sekarang? Tetapi sayangnya maksud Kakek keluarga Dilsen adalah bagaimana pun tetap memaksa dan menyuruh Bintang untuk menikahi Vania!”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu