Hanya Kamu Hidupku - Bab 431 Riwayatmu Telah Tamat!

"Aku menganggap kalian sebagai sahabatku sendiri dan aku merasa diriku tidak pernah melakukan hal yang bersalah terhadap kalian. Walaupun sifatku agak suka meraja, tapi aku memperlakukan kalian dengan tulus. Kenapa kalian bersekongkol untuk mencelakaiku? Kata Vania dengan sedih dan dendam.

Venus sekilas melihat saklar lampu tidur, lalu menunduk untuk melihat Vania lagi, “Aku tidak percaya bahwa orang bodoh bisa mendadak menjadi cerdas, apalagi itu bukan kecerdasan biasa. Vania, apakah kamu benar-benar Vania?”

Setelah berkata demikian, Venus tiba-tiba mencondongkan tubuh ke depan untuk menyalakan lampu tidur.

Setelah bunyi berderak, Vania yang berada di ranjang sontak berguling ke bawah dan bergerak ke sofa yang berada di bangsal dengan lincah.

Venus tidak sempat untuk duduk kembali ke ranjang dan menodongkan pisau pada Vania lagi.

Perubahan mendadak membuat Venus terbengong sejenak.

Ketika dia tanggap dan hendak mengejar Vania, pintu bangsal yang dikuncinya ditendang seseorang dari luar dengan keras hingga terbuka.

Venus bergetar, menoleh ke pintu bangsal dengan mata membelalak.

Tepat saat dia menatap pintu bangsal, semua lampu di bangsal menyala.

Dalam sekejap, seluruh bangsal menjadi terang.

Mata Venus merasa sangat silau karena lampu yang tiba-tiba menyala, tapi itu tidak membuatnya tidak bisa melihat Ellen yang hamil tua dan sosok pria jangkung yang berdiri di samping Ellen.

Venus seketika panik, dia menggenggam erat pisau dan jarum suntik yang ada di tangannya, menatap Ellen dengan dua mata terbuka lebar dan ekspresi tegang.

Ellen memandang Venus dengan dingin, bibirnya bergerak, "Terima kasih, Nona Rini."

Venus menggertakkan gigi dan menyipitkan mata sambil melihat “Vania” yang berdiri di belakang sofa.

Di bawah lampu yang terang, selain wajahnya terlihat lebih kurus dari Vania, sisanya sangat mirip dengan Vania.

Jangankan pada saat lampu bangsal belum menyala, pada saat lampu bangsal sudah menyala pun Venus tidak tentu bisa menemukan bahwa dia adalah Vania yang palsu.

Arini mengangkat tangan untuk menyeka keringat yang bercucuran di kening, memandang Ellen sambil tersenyum masam, "Nyonya Dilsen, apakah tugasku sudah selesai?"

Ellen memandang Arini dan berkata, “Terima kasih.”

“Sama-sama Nyonya Dilsen. Aku hanya sekadar menunjukkan kemampuan aktingku. Apa pun yang kukatakan tadi hanya mengulangi kata-kata yang disampaikan Nyonya Dilsen.” Ujar Arini, lalu mengeluarkan headset nirkabel satelit dari telinganya dan memainkannya di ujung jari sambil tersenyum ke arah Ellen.

Ellen memandang Arini, tidak tahan untuk senyum juga.

Meskipun dia mempunyai paras yang nyaris persis dengan Vania, tapi karakternya jauh lebih imut daripada Vania.

“Tapi meski imbalan yang dikasih Nyonya Dilsen sangat besar, tapi aku juga ingin mengatakannya.” Arini cemberut dan sekilas melirik Venus, “Ini benar-benar bukan pekerjaan manusia. Jika jantungku tidak kuat, aku akan mati ketakutan tadi.”

Ellen juga sekilas melihat Venus, lalu menyipit mata dan menatap Arini, “Nona Rini adalah mahasiswa perfilman, kamu masih harus masuk kelas besok. Malam ini kamu tidak istirahat, agaknya akan berdampak pada kelas besok. Aku akan meminta seseorang untuk mengantar Nona Rini kembali ke sekolah, luangkan waktu untuk beristirahat.”

“Kalau begitu aku pun tidak segan-menyegan lagi dengan Nyonya Dilsen.” Arini mengangkat-angkat bahu. "Lagi pula, setelah kejadian tadi, jantung kecilku ini sungguh perlu beristirahat."

Ellen mengangguk.

Arini langsung melepas baju pasien. Setelah memakai T-shirt dan celana pendek, dia langsung meninggalkan bangsal, sama sekali tidak melihat Venus yang memandang dirinya seperti sedang memandang musuh yang didendam ratusan tahun.

Setelah Arini meninggalkan bangsal, Ellen mengalihkan pandangannya kembali ke Venus, “Ayah dan kakakmu telah mati dihukum karena memikul tanggung jawab kriminalmu. Sekarang mungkin tidak ada lagi orang yang akan memikul tanggung jawab kriminalmu? Apakah masih ada yang ingin kamu katakan?”

“Aku tidak mengerti apa yang sedang kamu bicarakan.” Venus mengangkat dagunya, tatapan yang memandang Ellen mengandung secuil keangkuhan.

Ellen memandang Venus, menghela nafas, " Venus, apakah kamu mengira aku yang bersusah payah merancang perangkap ini untuk memikatmu ke sini tidak melakukan persiapan apapun? Kamu sangat berhati-hati dan cerdas, jika aku tidak mempersiapkan segalanya dengan baik, mungkinkah aku berani membiarkanmu masuk dalam perangkap ini? "

Venus mendengus dan tertawa, “Adikku, aku benar-benar tidak mengerti apa yang dikatakanmu."

“Aku mengerti alasanmu untuk berdalih, karena kamu tidak tahu bahwa aku sudah menyuruh Mas Ghost memasang kamera di bangsal.” Kata Ellen dengan paras tenang sambil menatap Venus.

Ellen mengira bahwa setelah Venus mendengarkan perkataannya ini, walaupun dia tidak panik, dia setidaknya juga akan terkejut ataupun gelisah.

Tidak sangka, Venus hanya menatapnya sambil memberinya senyuman tidak jelas, tidak ada kepanikan yang terpasang di wajahnya.

Secerca kebingungan melintasi mata Ellen, dia sekilas melihat Ghost yang berdiri di sebelahnya.

Ghost merapatkan bibir, wajah tegas dilipitu sedikit keheranan.

Ellen menyipitkan matanya lagi dan kembali menatap Venus. “Kamu yang menodongkan pisau untuk mengancam Nona Rini telah terekam kamera, pengakuan kriminal yang diucapkanmu juga telah direkam. Jika kedua bukti ini diserahkan ke kantor polisi, kamu tidak akan bisa lolos dari sanksi hukum.”

“Adikku, mungkin apa yang kukatakan tadi tidak terdengar jelas olehmu.”

Venus duduk di tepi ranjang dengan santai sambil memainkan pisau buah di tangannya, memandang Ellen dengan sombong, “Aku benar-benar tidak mengerti sepatah kata pun yang diucapkanmu.”

Ellen mengerutkan kening.

"Berpura-pura bodoh!" Ghost tidak tahan untuk mengumpat.

Venus memasang senyuman di wajah, tetapi memberi tatapan dingin pada Ghost, “Adikku, ini sudah tengah malam, kamu malah masih berkeliaran dengan perut sebesar ini, apakah kamu tidak takut terjadi apa-apa? Bagaimanapun kamu sudah menjadi seorang ibu, kenapa kamu begitu ceroboh? Sebagai kakak, aku sungguh mengkhawatirkanmu.”

“Kamu benar. Ini sudah tengah malam, aku tidak punya niat untuk bertele-tele denganmu.”

Ellen tersenyum dingin, berkata kepada Ghost, "Mas Ghost, tolong bawa rekaman video dan suara, serta..."

Ellen menoleh ke Venus, "dia, pergi ke kantor polisi. Terima kasih."

Ghost tersenyum dan melihat Venus dengan tatapan seram, “Tenang saja, serahkan semuanya padaku!”

"Kalau begitu, aku pulang dulu. Jika paman ketiga bangun dan menemukan aku tidak ada di rumah, maka aku akan gawat." Kata Ellen sambil mengerutkan kening.

Uh…..

Ghost merapatkan bibir dan menatap Ellen.

Apakah mau memberitahu Ellen...

“Adikku, mengapa kamu terburu-buru. Kita berdua belum pernah bercerita serius sekali pun. Dengan kesempatan hari ini, mari kita bercerita.”

Pada saat ini, Venus berkata.

"Tidak ada yang perlu diceritakan di antara kita. Selamat berjalan." Ucap Ellen tanpa berekspresi.

“Selamat berjalan? Haha.”

Venus mengayun-ayungkan pisau di depan mata, berkata dengan diiringi tawa, "Tampaknya kamu benar-benar sangat membenciku. Kamu bahkan tidak sabar atas ‘kepergian’ aku."

“Orang seperti kamu hanya akan masuk neraka setelah mati.” Kata Ellen dengan dingin.

“Kalau aku masuk neraka, bagaimana dengan ibu kandungmu, Vima, apakah dia akan masuk neraka atau masuk surga?”

Venus tiba-tiba mengangkat kepala, mata yang mengandung keseraman yang dingin melihat Ellen, “Kurasa dia mungkin sama denganku, masuk neraka!”

Ellen sontak terperanjat, “Apa maksudmu?”

“Hahahaha…”

Venus memandang Ellen sambil tertawa, dia tertawa lepas, "Adikku, aku memanggilmu adik karena aku merasa kamu masih terlalu muda dan polos. Kamu bilang kamu bersusah payah merencanakan semua ini untuk menanganiku, betapa leganya hatimu, betapa puasnya dirimu! Sayangnya, hahahaha... "

Ellen mengepal tangan, "Apa yang kamu lakukan padanya?"

“Kamu tidak akan bisa menebaknya,” Jawab Venus dengan bangga.

Ellen tidak akan menyangkal bahwa dirinya benar-benar ingin bergegas untuk melumatkan Venus pada saat ini juga!

"Tenang, bocah." Melihat emosi Ellen terpengaruh, Ghost mengangkat tangan dan membelai punggung Ellen untuk menenangkannya.

Ellen menarik napas dalam-dalam dan menstabilkan emosinya, menatap wajah sombong Venus sambil menggertakkan gigi, “Kamu jangan lupa, dia meninggalkanku ketika aku diculik pada empat tahun lalu. Pada saat menghadapi hidup dan mati, dia meninggalkanku untuk kepentingannya sendiri. Sejak saat itu, hubungan ibu dan anak antara aku dan dia telah berakhir. Dia memperlakukanmu sedemikian baik, tapi kamu bahkan tidak peduli dengan hidupnya, untuk apa aku peduli pada dia yang meninggalkanku!”

“Tapi kamu terpengaruh secara emosional.”

Venus menunjukkan sikap santai, tersenyum sambil melihat Ellen yang terpaksa harus menahan emosinya, “Sungguh lucu. Padahal kamu ingin melihat situasi diriku seperti kamu yang sekarang, tapi malahan kamu yang terdesak.”

“Venus, semua perbuatan akan ada balasan. Kamu yang melakukan banyak kejahatan akan mendapatkan karmanya.” Seru Ellen disertai kebencian.

Venus menurunkan kelopak, kesepian melintas di wajahnya. “Bukankah sudah terbalas? Ayah dan kakakku mati untukku, inilah karmaku. Adik, kamu jangan berpura-pura lagi, kamu masih peduli padanya. Kamu lepaskan aku, aku lepaskan dia, bagaimana?”

“Melepaskan kamu? Jangan harap!"

Ellen sangat marah hingga tertawa, “Venua Riona, apakah kamu berpikir memanfaatkannya untuk mengancamku akan membuatku menuruti kemauanmu? Aku akan menuruti semua keinginanmu? Jangan berharap!”

Venus mengerutkan kening, ekspresi wajah perlahan memuram. Dia menatap wajah Ellen, menyipitkan mata dan menggelengkan kepala, berkata, “Aku tidak percaya kamu tidak peduli Vima. Ellen, biar aku beri tahu kamu, aku menyembunyikan Vima di tempat di mana tidak seorang pun yang tahu kecuali aku. Kamu boleh tidak percaya. Tapi aku bisa memastikannya padamu, walaupun kamu menyuruh William untuk menjungkitbalikkan Kota Tong, kamu juga tidak akan bisa menemukan Vima.”

“Memangnya kenapa kalau aku tidak dapat menemukannya?” Ellen tersenyum, “Kamu tidak percaya aku aku tidak peduli padanya? Benar, aku memang peduli. Tapi aku lebih peduli pada Kak Yuhan yang mengorbankan nyawa untuk menyelamatkanku! Aku lebih peduli dan tidak tega terhadap Keyhan yang kehilangan ibu sejak umur delapan tahun! Jadi, biar aku beri tahu kamu, Venus Riona, jangan berpikir untuk mengancamku dengan Vima agar aku melepaskanmu! Aku juga kasih tahu kamu, riwayatmu sudah tamat! Sudah tamat!”

Emosi Ellen tidak terkendali.

Ghost yang melihatnya seperti ini sangat khawatir, menoleh-noleh ke arah pintu bangsal.

Pada saat bersamaan, sepasang celana panjang hitam terlihat di sisi dinding dekat pintu.

“Ellen, jika aku tidak memberitahumu keberadaan Vima, tidak butuh tujuh hari, dia akan mati kelaparan ataupun kehausan. Selain itu, dia yang sudah mati juga tidak akan bisa ditemukan.” Venus tampak panik sekarang, dia menatap Ellen dan memberi tahu Ellen berulang kali bahwa jika dirinya tidak mengungkapkan keberadaan Vima, apa yang menantikan Vima hanyalah akhiran yang tragis.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu