Hanya Kamu Hidupku - Bab 91 Cincang Mereka

“Paman Ketiga, aku berada di KTV Ginza ruang 309, tolong aku!!”

Begitu melihat kabar ini terkirim, jantung Ellen rasanya hampir keluar dari kerongkongannya.

Untung berjaga-jaga kalau dia menelfon, Ellen menyeting ponselnya menjadi nada sunyi, setelah bersandar di dinding toilet selama hampir dua menit, lalu menekan flush dengan tenang, membuka keran air dan mencuci tangan, membuka pintu lalu keluar.

Begitu Pani melihatnya keluar dari toilet, langsung berkata, “Ellen, hanya sebentar saja aku sudah kalah sampai 15 juta, kamu tidak akan menyalahkanku kan?”

“Baru juga 15 juga saja sudah membuatmu panik sampai seperti itu.”

Ellen menggeleng sambil tersenyum, bertanya pada kedua pria, “Sekarang total aku kalah berapa banyak?”

“Tidak banyak, baru 35 juta saja.” Salah satu pria mengigit rokok sambil berkata pada Ellen.

“35 juta? Masih jauh dari 100 juta ya. Sini. Kita lanjutkan.”

Melihat Ellen duduk disofa, kedua pria itu saling bertatapan dan tersenyum, “Baiklah.”

Ellen kalah 50 jutaan berturut-turut, kedua orang ini menang dengan senang sekali, tentu saja tidak akan terpikirkan masalah yang menunggu mereka, mereka hanya berpikir bagaimana bisa memenangkan uang dari Ellen.

Terlihat jelas kalau Ellen sudah berhasil berpura-pura menjadi orang kaya bodoh yang siap mereka tipu uangnya.

Ellen tidak berteriak berhenti, terus melanjutkan permainan, wajahnya terlihat begitu tenang, namun telapak tangannya sudah berkeringat.

Tiba-tiba.

Ketika tangan Ellen dijulurkan untuk mengambil kartu, salah seorang pria mengulurkan tangannya untuk menekan tangan Ellen.

Hati Ellen seketika terhenti, bulu matannya yang panjang bergetar.

“Nona, kamu kepanasan ya?” jari pria ini mengelus tangan Ellen yang berkeringat, tiba-tiba ada pandangan picik yang dilayangkan pria ini, menatap Ellen dengan tatapan yang begitu menyeramkan.

Hati Ellen begitu khawatir, ia tersenyum sambil berusaha menarik tangannya, siapa yang menyangka begitu tangannya bergerat, pria itu langsung menggenggam erat tangannya.

“Ellen menggigit bibir bawahnya sambil menatap pria itu, “Terlalu senang bermain, ditambah suhu di ruangan yang semakin tinggi, jadi keringatan.”

“Suhunya terlalu tinggi? Aku minta turunin suhunya.” Pani berkata sambil bangun ingin meminta suhu diturunkan.

“Untuk apa menurunkan suhunya, kalau nona-nona benar-benar panas, buka saja sweater kalian.” Pria itu menatap Ellen dan Pani dengan licik.

Hari ini Ellen dan Pani mengenakan pakaian yang lebih lebar dan longgar.

Ketika datang Ellen dan Pani membuka jaket juga almamater sekolah mereka lalu meletakkannya di sofa.

Sekarang mereka berdua hanya mengenakan sweater yang lebar dan longgar, Ellen mengenakan sweater kuning berkerah bulat, dan Pani mengenakan sweater model cardigan.

Didalam sweater mereka hanya tersisa kaus dalam yang tipis.

Mata Ellen bergerak dengan cepat, lalu berkata, “Nanti saja bukanya, kamu lihat sekarang aku sudah kalah sampai hampir 100 juta, nanti masih harus keluar untuk mentransfer uang untuk kalian, kalau harus memakainya lagi sangat ribet.”

“Trasfer bisa kapan saja, tidak buru-buru, kita masih punya waktu satu malam.”

Pria itu berkata sambil melempar kartu ditangannya, lalu menerkam tubuh Ellen.

Ellen begitu terkejut, ia menarik Pani sambil menghindar kesamping dengan cepat.

Kali ini Ellen menghindar dengan cepat, ponselnya terjatuh dari kantung sweaternya yang longgar, dan langsung mendarat diatas karpet.

Dan kebetulan lampu layar ponselnya menyala sekarang.

Ellen menarik nafas, segera melirik kearah layar ponsel, dia yang menelfon………

Suasana seketika menjadi sangat aneh.

Ellen dan Pani langsung menjadi panic, menatap kearah dua pria itu dengan waswas.

Asalkan kedua pria ini tidak idiot, past bisa menebak kalau mereka mengajaknya bermain kartu untuk mengulur waktu.

Kedua pria itu melihat dengan mata kepala sendiri kalau ponsel Ellen terjatuh dari kantung sweaternya, dan sebelumnya Ellen ada pergi ke toilet…..

Mereka bsia menebak apa yang Ellen lakukan.

Ekspresi kedua pria itu langsung berubah begitu buruk, memelototi Ellen dengan tatapan seolah ingin menelannya!

salah satu pria langsung menginjak layar ponsel Ellen.

Hanya terdengar suara retakkan yang nyaring, ponsel Ellen langsung diinjak sampai hancur olehnya!

ellen mengkerutkan alis.

Itu merupakan pemberian Paman Ketiga ya? Dia dan Paman Ketiganya menggunakan ponsel dengan seri hitam yang sama! Dan didalam ponsel itu ada banyak foto Paman Ketiga yang ia ambil diam-diam!

Ellen melihat ponselnya hancur dihadapannya, hatinya merasa begitu sakit!

Ketika Ellen sedang merasa sedih tentang ponselnya, bahunya tiba-tiba merasa berat, dirinya langsun di angkat dari atas sofa.

“Apa yang kamu lakukkan? Lepaskan dia!”

Pani melihat ini merasa panic juga marah, ia mengambil asbak yang berada diatas meja dan membantingnya keatas meja.

Tenaga gadis ini sangat kuat.

Hanya dengan satu bantingan meja yang terbuat kaca langsung muncul beberapa retakkan.

Kedua pria itu melihat ini langsung tercengang, wajah pria yang menahan Ellen langsung berubah dan langsung melihat kearah pria satunya lagi.

Pria itu mengangguk, hanya dalam satu gerakan berhasil menjambak rambut Pani.

“Aaa……”

Pani kesakitan sampai pelipisnya senat senut.

Dan jambakan ini langsung membangkitkan amarah Pani seluruhnya!

Dia paling benci kulit kepalanya tertarik!

Pani emosi, lalu membalas menarik kedua telinga pria ini dengan keras, tubuhnya yang gesit berbalik dihadapan pria ini, berhadapan dengan pria itu, lututnya langsung menghantam alat vital pria itu.

Pria hanya mengurus telinganya yang kesakitan, sama sekali tidak menjaga bagian vitalnya.

Begitu dihantam Pani seperti ini, ia langsung kesakitan sampai meringkuk, melepaskan rambut Pani dan bersandar disofa sambil mengerang kesakitan.

Ellen tercengang melihatnya!

Ternyata dia memang tidak salah memilih teman, sungguh kesatria wanita!

Pria yang membekuk Ellen juga dibuat sangat terkejut oleh gerakan Pani, begitu menyadari apa yang terjadi, ia segera melepaskan Ellen, wajahnya begitu serius dan menyerang Pani dengan sadis.

Pani menggertakkan rahangnya, melangkahi pria yang ambruk disofa, matanya membelalak besar kesekeliling ruangan untuk mencari alat yang bisa digunakan sebagai ‘senjata’.

“Wanita jalang!”

Pria ini mengumpat, langsung maju dan ingin memukul wajah Pani, namun Pani berhasil menghindar dengan gesit.

Pria semakin marah, langsung menerjang kearah Pani dengan sangat sangar sambil berteriak.

Prangg!

lalu.

Pria belum bergerak, kepala belakangnya langsung menerima hantaman yang keras.

Pria itu langsung merasa pusing sesaat, mengangkat tangan untuk memegang belakang kepalanya, menggertakkan gigi, menoleh dengan seram, melihat Ellen yang memegang vas bunga yang dipukulkan ke kepalanya!

“Cari mati!”

pria berteriak dengan sangat keras, berbalik dan mencekik leher Ellen dengan keras, lalu menekannya di lantai.

“Um…”

Ellen langsung merasakan sesak, urat di wajahnya sampai muncul semua, wajahnya dicekik sampai begitu memerah kebiruan.

Dan disaat ini, Ellen kembali memukulkan vas bunga yang ada ditangannya ke tubuh pria itu sekali lagi dengan sekuat tenaga.

Pria itu kesal sampai ingin sekali mencekiknya sampai mati.

“Lepaskan dia, sampai, bajingan!”

Pani melihat Ellen yang hampir tidak bisa bernafas, matanya merah, berusaha menarik rambut pria itu kebelakang dengan sekuat tenaga, “Lepaskan, lepaskan cepat! Brengsek!”

“Aaaa…..”

Pria itu merasa kulit kepalanya seperti hampir disobek oleh Pani.

Karena tidak berdaya, ia melepaskan Ellen, lalu bangun untuk menghadapi Pani.

Begitu lehernya dilepaskan, Ellen memegangi lehernya dengan begitu menderita sambil meringkuk, air matanya jatuh, bahkan sampai terbatuk-batuk.

“Aaa … aku hajar kamu!”

Terdengar suara erangan Pani dari belakang.

Ellen menoleh dengan jantung hampir lepas, ia melihat Pani yang sudah ditekan di dinding, pria it uterus menendangi perut Pani dengan lututnya dengan keras.

Amarahnya seketika sampai dipuncak, mata Ellen memerah bagai darah, memungut asbak yang berada dilantai, merangkak bangun dari lantai dengan susah payah, mengangkat asbak lalu menghantamnya ke kepala pria itu.

Pakk!!!

Tepat disaat ini, tiba-tiba terdengar suara yang keras dari belakangnya.

Tubuh Ellen sedikit oleng melihat kearah belakang dengan mata memerah.

Belum sempat menoleh, dirinya sudah tergulung kedalam pelukan yang begitu hangat.

Aroma tubuh yang begitu dikenalnya bercampur dengan sedikit bau rokok masuk ke dalam hidungnya, air mata Ellen langsung jatuh.

Ellen bernafas dengan nafas bergetar, membuang asbak yang berada ditangannya, berbalik, sepasang tangannya yang putih bersih mencengkram mantel hitam sang pria, “Paman Ketiga, cepat tolong Pan……”

“Aaawww……….”

Ellen belum menyelesaikan ucapannya, sebuah erangan yang begitu keras menggema di seluruh ruangan.

Ellen menarik nafas, matanya yang masih tergenang air mata menoleh dengan panic.

Ia melihat pria yang tadi menendangi Pani dengan keras sudah berada dilantai dengan posisi leher diinjak oleh Sumi, sama sekali tidak bisa bergerak.

Wajah Ellen menjadi pucat.

Melihat pria itu, lalu melihat Sumi.

Sumi yang belum belum pernah ia lihat sama sekali!

Sumi yang biasa ia kenal sangat lembut, ramah, meskipun bawel, namun ucapannya terdengar begitu terpelajar.

Namun Sumi yang berada dihadapannya sekarang bermata merah bagai bara, wajahnya yang begitu terpelajar terlihat begitu kejam, begitu perkasa.

Pria itu sudah diinjak oleh Sumi sampai muntah darah, namun dia terlihat tidak ada rencana untuk menghentikannya…….

Tubuh Ellen gemetar, ketika melihat Pani yang meringkuk kesakitan di lantai sampai memegangi perut, menarik nafas dengan sangat shock, “Paman Sumi, Pani.”

Tubuh Sumi langsung terhenti, matanya yang merah melihat kearah Pani.

Kening Pani dipenuhi oleh keringat, rambutnya dijambak oleh pria tadi sampai berantakan, terlihat sangat mengenaskan, mirip seperti orang gila, namun wajah kecilnya pucat sampai sama sekali tidak ada warna darah, bibirnya juga begitu pucat.

Amarah dalam dada Sumi langsung memuncak, menendang pria itu kesamping dengan satu tendangan keras, berjalan kehadapan pani, lalu menggendongnya.

Pani merasa sangat kesakitan, kali ini sampai tidak bisa bicara apa-apa, wajahnya dipenuhi keringat, menatap Sumi dengan lemah, lalu meringkuk sambil memejamkan mata dengan lemah.

Ketika ia memejamkan mata, Sumi bisa melihat air mata yang jatuh dari matanya yang indah dengan jelas.

Qati Sumi bagaikan sedang digores dan ditusuk oleh jutaan jarum, hatinya belum pernah merasa sesakit ini.

Ia memeluk Pani sambil melangkah dengan langkah lebar keluar dari ruangan.

“Pani..”

Ellen mengkhawatirkan Pani, langsung mengikuti.

Namun tubuhnya malah ditahan oleh sebuah lengang yang kuat.

Ellen mengangkat kepala dengan bingung, matanya yang besar dipenuhi oleh air mata, menatap wajah tampan yang berada diatas kepalanya.

William melihat Ellen dengan teliti mulai dari atas kepala sampai kaki, ketika mellihat ada bekas cekikkan yang begitu jelas di leher Ellen, tatapan matanya dingin smpai bisa menghembuskan angina yang membekukan, lalu berteriak dengan suara yang tertahankan dan penuh amarah, “cincang mereka!”

begitu ucapan ini dilontarkan, William membungkukkan tubuhnya untuk menggendong Ellen, lalu meninggalkan ruangan ini dengan aura yang begitu dingin dan menyeramkan.

Hanya tersisa Samir dan Ethan, “………..”

Lalu Ethan berkata, “Kamu yang lakukan atau aku?”

Awalnya Samir ingin mengatakan, “Baiklah, kamu saja.” Namun merasa seperti itu tidak setia kawan, lalu berkata, “Kalau begitu, bagaimana kalau aku saja?”

“Baiklah.”

Lalu Ethan berbalik meninggalkan ruangan.

Samir, “…….”

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu