Hanya Kamu Hidupku - Bab 547 Anak Ini Adalah Milik Sumi!

Samir sudah menunggu beberapa waktu, tidak ada suara dari Ellen, hatinya sedikit tidak tenang dan berteriak, “Ellen……”

Toktoktok——

Tidak terduga, baru saja dia membuka mulut, diponsel terdengar suara telpon ditutup dan jaringan sibuk.

Samir mengangkat alis kanannya dengan tajam:berapa arti?

……

Hotel.

Sumi mendapat telpon dan menatap Pani.

Pani langsung berkata: “Kamu pergi tanda tangan, aku tidak ingin keluar.”

Sumi membungkam bibir dan melihat perutnya, juga tidak memaksanya, berdiri dan memandangnya dengan curiga dan berkata, “Kamu terlihat sangat lelah, kebetulan sekarang pulang kekamar dan beristirahatlah sebentar, aku pulang nanti aku belikan makan untukmu.”

Pani melihatnya dan tak berkata.

Tapi dalam otak teringat disaat mereka hidup bersama empat tahun yang lalu.

Saat itu dia masih SMA kelas 3, sering pergi ke kostannya untuk belajar, dia juga sering mengatakan satu kata padanya: “Aku pulang akan kubelikan makan!”

Setiap kali Sumi mengatakan ini, dia merasa dirinya adalah anaknya!

Sumi mengulurkan tangan untuk membelai kepalanya dan meluncur dari atas kepala hingga kebawah, mengaitkan rambut di samping telinganya kebelakang telinganya, menatap kedua matanya dengan penuh kasih sayang.

Pani dengan cepat mengatur bulu matanya, mengulurkan tangannya dan sedikit menyingkirkan tangan Sumi, “Cepatlah kamu pergi.”

Sumi juga tidak begitu mempedulikan, kemudian menurunkan tangannya dan memasukan kedalam saku celana, menatap Pani dan berkata, “Tidakkah nanti setelah aku selesai menandatangani kontrak dan pulang sudah tidak melihatmu?”

Pani memindahkan tatapannya, memperlihatkan tatapan bosan kepada Sumi, “Jika kamu tidak melihatku disini, berdasarkan kemampuan boss Sumi, meskipun aku masuk kedalam tanah kamu juga bisa membongkar keluar. Kamu dapat mencariku sampai kemana-mana, mengapa aku masih mau bersembunyi? Aku tidak punya tenaga seperti itu!”

Sumi sambil menunjuk-nunjuk Pani dan sambil tersenyum, “Kamu yang bilang, jika aku kembali dan tidak melihatmu, tunggu saja kamu!”

Pani menatap Sumi dan merasa tidak tahan, “Sebenarnya kamu mau pergi atau tidak?”

Sumi menarik nafas dan menghela nafas, kemudian pergi.

Melihat Sumi berjalan keluar, pintu kamar dihadapannya langsung tertutup.

Tatapan cahaya mata Pani berserakan dan hanya menyisakan potongan kesedihan

Juga tidak tahu kondisi Riki bodoh itu bagaimana sekarang?

Meskipun Pani ingin sekali menelepon Riki untuk mengetahui.

Tapi logikanya memberitahunya untuk tidak menelepon!

Meskipun rencana dia untuk pindah dari tempat Riki dilakukan lebih cepat, tapi pada akhirnya juga harus berpindah.

Kali ini setelah dia pindah, seharusnya tidak akan kembali lagi.

Dia juga ingin meminjam kesempatan kali ini untuk memutuskan harapan Riki terhadapnya.

Puff puff——

Bunyi getar ponsel terdengar dari dalam tasnya.

Dalam pikiran Pani pertama kali adalah telepon dari Riki!

Jadi dia mencari-cari ponsel yang didalam tasnya.

Menunggu Pani mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, saat dia melihat paanggilan masuk yang dilayar, dia langsung lega, dia menjawab telponnya dan menaruh ponselnya ketelinga, “Ellen.”

“Ngapain?” suara Ellen seperti biasanya.

Pani melihat kamarnya dan berkata, “Lagi kerja.”

“Lagi kerja ya. Aku sekarang menghubungimu, apakah mengganggumu?” Ellen bertanya.

“…… Tidak apa-apa. Kamu menelponku apakah ada masalah?” Pani menurunkan matanya.

Suara Ellen menghilang beberapa daetik dan berkata, “Nanti kirimkan alamatmu yang sekarang untukku, aku kirimkan sedikit barang untukmu.”

“Mengirim barang untukku?” Pani tertawa, “Mengirimkan barang apa untukku? Mengirimkan tiga ekor pria tampan yang dirumah kalian?”

“Boleh saja. Hanya saja aku mengirimkan sekaligus tiga, bagaimanapun kamu juga kirim balik untuk satu kan?” Ellen juga tertawa.

“Kalau begini kamu sudah menyusahkanku, aku tidak punya apa-apa untuk mengirimkan untukmu.” Pani bersandar disofa dan berkata dengan malas-malasan.

Sekali Pani mengeluarkan kata-katanya.

Ellen tertegun sejenak, “He.”

Ellen lama baru tertawa dan sudah tidak mengatakan apa-apa.

Pani memutar-mutarkan matanya, “Ellen, kamu tidak perlu lagi mengirimkan barang untukku, aku tidak kurang apa-apa, mengerti?”

Ellen tidak menjawabnya, malah berkata, “Oh ya Pani, saat itu kamu bilang padaku, berencana menikah dengan Riki bukan? Sudah berencana sampai mana?”

Berbicara tentang ini, Pani merasa bersalah, dia mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk dadanya sendiri, berkata dengan antara sedih ataupun senang, “Saat itu mungkin otakku kemasukan air.”

“Iya?”

Pani tertawa dan sedikit canggung, “…… Riki adalah teman dan keluarga yang sangat penting untukku, aku tidak mungkin menikah dengannya. Hari itu karena otakku eror maka meneriman lamarannya…… karena tiba-tiba terjadi sedikit masalah. Kemudian otakku sadar, baru mengetahui sendiri sudah melakukan hal yang bodoh.”

“Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?” Suara Ellen menjadi lembut dan memawa rasa bingung.

Pani menghembus nafas ringan, “Ellen, Riki terlalu baik.”

“Kalau dia terlalu baik, mengapa kamu tidak menerima lamarannya?” Ellen bertanya ringan.

“Justru karena dia terlalu baik, jadi aku tidak bisa menerimanya! Apa kamu tahu? Sebenarnya diotakku sering berkhayal, Riki akan bersama wanita seperti apa kelaknya! Didalam pikiranku, wanita itu akan sangat mencintainya, cantik, lugu, sederhana, dalam hati hanya ada dia.”

Pani menggigit bibirnya, “Jujur saja, selain wanita seperti itu, wanita lain tidak sepadan dengan Riki. Aku berharap Riki akan bahagia dan hanya bersama dengan wanita yang dicintainya, dia baru bisa bahagia. Jadi jika dia bersamaku, apalah itu?”

“Pani, Riki adalah orang yang paling baik dimatamu dan kamu dimataku juga begitu.” Ellen berkata lembut.

Pani tertegun, matanya penuh emosi, menarik nafas panjang dan berkata, “Sepertinya kita berdua, selalu saling menganggap kita tidak ada yang tidak bagus. Karena aku mengetahui, aku memikirkan semua gadis yang aku kenal dan menyadari mereka tidak sebaik kamu. Bahkan aku masih pernah berpikir, jika kamu sekarang masih lajang, kamu dan Riki……”

“Jangan katakan lagi! Kata-kata begini jika terdengar oleh paman ketigaku, kulitku akan kelupas selapis.” Ellen berkata sambil tertawa.

Pani menjulurkan lidahnya, “Jika paman ketigamu disampingmu aku juga tidak berani berkata begitu. Kamu juga bukan tidak tahu betapa takutnya aku pada paman ketigamu!”

“He.” Ellen tertawa, “Kamu tidak perlu takut padanya, dia hanya seekor harimau kertas!”

“Itu hanya pada saat berhadapan denganmu! Berhadapan dengan orang lain, paman ketigamu itu harimau ganas yang bisa membuat orang yang hidup-hidup mati karena kaget!”

Pani berkata sambil memraktekkan suara harimau!

“…… Paman ketiga tidak seganas yang seperti kamu katakan.” Ellen berkata sambil terkekeh.

Pani menggelengkan kepala, “Kalau kamu, aku bisa melihat. Kamu selalu berkata paman ketigamu apapun bisa, tapi selain orang menyanjung paman ketigamu dan mengatakan pamanmu yang tidak-tidak, kamu langsung tidak terima! Kamu yang mengabaikan teman, jarang ditemukan!”

Ellen tertawa, tapi tawaan itu seperti tidak bertenaga.

Pani membungkam bibirnya dan berkata dengan nada suara yang rendah, “Ellen, kamu menelepon disaat jam kerjaku, harusnya bukan hanya memintaku untuk mengirimkan alamatku sajakan?”

“Memang hanya masalah ini saja, kalau tidak masih ada masalah apalagi?” kata Ellen.

“…… Benar hanya ini saja?” Pani menaikkan alisnya.

“Iya.”

Pani menggigit sekali bibirnya, “Oh.”

Ellen terdiam satu dua detik, berkata sambil tertawa, “Kenapa? Jangan-jangan ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, hanya menunggu aku untuk bertanya?”

Pani terdiam dan menatap perutnya sendiri.

“Sudahlah, tidak banyak omong kosong lagi, agar tidak mengganggumu kerja. Setelah menutup telpon, ingat kirimkan alamatmu untukku yaa.” Kata Ellen.

Pani melihat perutnya sendiri, detak jantungnya sedikit lebih cepat!

Perkataan Ellen yang mengatakan “Hanya saja aku mengirimkan sekaligus tiga, bagaimanapun kamu harus kirim kembali satu untukku,” Tiba-tiba terngiang ditelinganya.

Pani pelan-pelan tersadar dan menarik nafas panjang.

“Pani, aku tutup ya.”

Ellen berkata dengan pelan, mengontrol sedikit suaranya, tapi disaat mengatakan kata ini “Aku tutup ya”, terdengar seperti suara yang kecewa.

Saat merasa sedetik kemudian Ellen mungkin sudah menutup telponnya.

Pani duduk bingung dan berkata, “Tunggu.”

Ellen terdiam sesaat, terdengar suara jernihnya, “Kenapa?”

Pani dengan cepat mengedipkan matanya, “…… Ell, Ellen, ingat tidak saat kamu bertanya pada, bertanya padaku apakah aku menyembunyikan sesuatu padamu?”

“……Iya.” Ellen tersenyum pahit, “Tidakkah kamu sekarang sudah terpikir, ingin memberitahuku?”

“Aku hamil!” Pani berkata langsung!

Ellen sudah mengetahui tentang kehamilannya, makanya bertahan untuk tidak bertanya, hanya seperti biasa bercanda dengannya, tapi juga ingat saat dia berjanji untuk tidak banyak tanya dan menunggunya untuk berkata jujur.

Pani bisa merasakan saat proses Ellen berdialog dengannya, terasa sedih dan cemas.

Jadi dia tidak boleh ragu-ragu lagi!

Selesai Pani berkata, mendengar suara tenggorokan Ellen menelan air ludah.

Pani merasa sedikit terpuruk, setelah beberapa saat, dia memegang telapak tangannya dan berkata dengan pelan, “Maaf, sekarang baru memberitahumu.”

“Sudah berapa bulan?” Ellen bertanya dengan gagap.

“Enam bulan lebih, sudah hampir tujuh bulan.” Kata Pani.

“Sudah hampir tujuh bulan?” Ellen mengeraskan tenggorokannya.

Pani memejamkan mata dan berkata dengan lembut, “Iya.”

Ellen menarik nafas dan bergetar, “…… Pani, ayah dari anak ini…… sudahlah, aku tidak bertanya……”

“Dia!” kata Pani.

“……” Ellen menarik nafas dan tertegun sesaat.

Mata Pani sendu dan lembab, suaranya gagap, “Anaknya, anak Sumi!”

Ellen menarik nafas panjang, “Bukannya paman Nulu beberapa hari yang lalu mencarimu di kota Yu itu? Bagaimana…… dia, dia……”

Pani membungkukkan badan dan menarik tissue untuk melap hidungnya, berkata dengan suara weng…weng, “Malam saat aku ke kota Tong untuk mencarimu.”

“……Jadi, terakhir kamu masih tetap pergi?” kata Ellen dengan terkejut.

Pani mengigit bibir, dengan tenaga menggigit bibirnya sendiri hingga terlihat putih pucat, dua mata penuh dengan air mata, “Iya, aku sudah pergi! Tapi……”

Jika bukan karena kesialan memiliki anak ini!

Malam itu, karena tidak tahan dengan kekhawatirannya, dia pergi ke Club Bintang untuk mencari Sumi. Itu mungkin akan menjadi hal yang paling tidak untuk diingat oleh Pani.

“Pani, apa ketika kamu pergi dan terjadi masalah?” teringat bahwa Pani keesokan harinya langsung meninggalkan Kota Tong, otak Ellen menjadi kacau dan terburu-buru bertanya.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu