Hanya Kamu Hidupku - Bab 637 Paman Nulu, Kamu Sudah Keterlaluan

Sumi dan Pani setelah keluar dari kamar mandi, perhatian kedua orang tidak terletak pada pintu.

Tiba - tiba mendengar suara, menjadi tertegun beberapa detik, lalu mengangkat kepala melihat ke arah sana.

Laki - laki yang berdiri di pintu kamar pasien, mengenakan kaos biru abu-abu dan celana panjang kasual hitam, luarannya dipadukan dengan sweter rajut hitam tipis yang panjangnya sampai ke betis, ramping dan tampan.

Hanya saja wajah yang jernih dan tampan itu sedikit lebih gelap dari pada gelapnya malam di luar jendela sana.

Sepasang mata aprikot yang lucu melotot bulat, "Riki? "

Ternyata adalah Riki!!

Apakah matanya salah lihat?

Pani memejamkan erat mata, mengeleng - gelengkan kepala dengan keras, lalu membuka lagi, dan melihat......

".... Ternyata benar kamu, Riki! "Pani terkejut tertegun, dan gembira.

Pani mengira, mereka tidak akan pernah bertemu untuk waktu yang sangat sangat lama.

Sumi tanpa sadar meremas lengan kecil Pani saat melihat Riki, rasa terkejut yang muncul di matanya yang jernih dengan cepat disembunyikan olehnya, dan hanya menatap Riki dengan diam.

Kesabaran Riki mudah terlihat, kedua tangan yang terdapat dalam saku celana panjangnya mengepal.

Alis tampannya mengerut erat, matanya yang jernih dan indah saat ini dalam seperti lautan dalam, melihat ke arah perban yang mengelilingi pinggang Pani, kulit di kedua sudut mulut wajah meregang memperlihat bekas yang jelas, "Aku bukan datang mencari kamu. "

Suaranya berat rendah dan dingin.

Pani sedikit tertegun, mata aprikotnya yang cerah tampak bingung, "Riki..... "

"Jika laki - laki, maka keluarlah!"

Riki tiba - tiba menatap ke Sumi, pandangannya itu tersirat kemarahan dan seram ganas.

Hati Pani terkejut, dan melihat ke arah Sumi.

Raut wajah Sumi tenang, "Satu menit. "

Riki tersenyum dingin.

Sumi dengan tenang menarik kembali pandangannya, dengan lembut melihat ke Pani, berkata dengan pelan, "Aku papah kamu ke ranjang. "

Pani mengerutkan kening dengan alis yang serius, dan membiarkan Sumi membantunya berbaring di atas ranjang.

Sumi membantu menyelimutinya, saat selesai dia ingin menarik kembali tangannya.

Masih belum menunggu dia menarik kembali sepenuhnya, punggung tangannya di pegang oleh telapak tangan lembut.

Mata Sumi menyipit, dengan tenang mengangkat pandangannya melihat Pani.

Mata Pani penuh dengan kecemasan, "Su..... "

"Apakah aku akan memakannya? "

Saat Pani ingin berkata, terdengar suara berat dingin tajam Riki.

Pani mengatupkan bibirnya, dan pandangannya beralih melihat ke arah Riki.

Hati Pani kembali terkejut, "Ri..... "

Saat Pani ingin berkata lagi, Sumi tiba - tiba menarik tangannya dari dalam tangan Pani, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, berjalan langsung menuju pintu.

Pani, "..... "

.....

Sumi dan Riki tidak pergi jauh, yakni di ruang merokok dalam lantai gedung.

Tentu saja keduanya di ruang merokok bukan untuk merokok.

Sumi mengatupkan bibir melihat dan begitu masuk ke ruang merokok, lalu berdiri di samping Riki yang berada di depan jendela, berkata dengan suara berat, "Aku tidak tenang Pani sendirian di kamar pasien, Tuan Wijaya ada masalah apa silakan katakan langsung. "

"Diluar maupun dalam rumah sakit semuanya adalah orang utusan kamu, apa yang perlu kamu cemaskan? "Kata Riki dengan dingin.

Sumi tidak menyangkal, "Meskipun begitu, Tuan Wijaya tetap masih dapat masuk tanpa hambatan "

"Aku mau membawa Pani pergi ke Australia!" Riki memiringkan badannya, mata tajam dinginnya menusuk langsung ke Sumi, suaranya tegas!

Mata Sumi menjadi gelap, "Tidak akan mungkin! "

"Sumi, kamu pada dasarnya tidak mampu! Kamu tidak bisa melindungi Pani, dia hanya akan terluka jika bersama dengan kamu! "Kata Riki dengan serius.

Sumi mengepalkan kedua tangannya. "Ini adalah yang terakhir kalinya! "

"Aku ingat terakhir kali saat Pani di celakai dan terpaksa harus melahirkan lebih awal, kamu juga berkata seperti ini. Sumi, menurutmu apakah perkataan kamu bisa dipercaya? "

Seluruh badan Riki berbalik sepenuhnya menghadap Sumi dengan tatapan menjarah, "Kali ini Pani hanya terluka parah, bagian pinggangnya patah. Bagaimana dengan berikutnya? Berikutnya bagian apa lagi? "

"Sudah aku katakan tidak akan ada berikutnya! "Bibir tipis Sumi mengatup menjadi garis lurus, dalam mata terdapat kemarahan, dan juga rasa penyesalan yang mendalam.

Sumi tidak bisa menyangkalnya terhadap tuduhan Riki, karena memang benar dia tidak melindungi Pani dengan baik!

Ini, juga merupakan titik yang selamanya tidak akan sanggup Sumi lakukan!

Riki menatap Sumi dan tertawa merendahkan, "Sumi, aku kali ini kembali awalnya ingin untuk menghajar kamu, tapi sekarang aku tidak ingin. Aku mau membawa Pani pergi, bagaimanapun pasti akan aku bawa! "

"Jika kamu bisa membawa Pani pergi, aku Sumi akan memberikan nyawaku kepada kamu! "

Sumi Nulu mengatakannya dengan ganas, lalu berbalik meninggalkan ruang merokok.

Riki tetap tertawa dingin, menekan alis dengan diam, lalu dengan cepat berjalan keluar.

.....

Kamar pasien VIP.

Pani diam-diam memandangi kedua pria yang duduk di kursi di kedua sisi tempat tidur rumah sakitnya, hatinya sangat gelisah.

Apakah mereka berdua berencana hanya duduk seperti ini sepanjang malam?

Pemikiran ini baru saja muncul dalam kepalanya, Pani langsung mendesah "Pasrah".

Sudahlah, jika suka duduk maka duduklah, selama tidak bertengkar sudah cukup. permintaannya juga sudah sangat rendah!

"..... Riki, apakah kamu baru tiba di Kota Tong? "Pani menatap Riki yang berwajah sedikit tidak senang.

Sebenarnya Riki sangat jarang berwajah suram seperti ini, oleh karena itu Pani sedikit merasa cemas takut.

"Emmmm. "

Untungnya, meskipun Riki berwajah tidak senang namun tetap tidak mengabaikannya.

Pani diam-diam menghela nafas lega, "Kamu terbang dari Australia ke sini? "

Riki malas untuk menjawabnya, hanya memberi dia sebuah ekspresi tatapan "Jika tidak ".

Pani tertawa mengejek, "Kamu selalu tidak terbiasa dengan makanan di pesawat, seharusnya masih belum makan bukan?"

Riki melihat ke Pani, "Kamu mengkhawatirkan aku? "

Pani tertegun.

Riki bergegas datang kemari dari tempat yang jauh untuk melihatnya, Pani sangat terharu.

Lagipula, mereka adalah teman, adalah orang dekat, apa anehnya dia mengkhawatirkan Riki?

Kenapa Riki sengaja bertanya seperti itu?

Pani mengedip pelan, dan menganggukkan kepala, "Aku tentu saja mengkhawatirkanmu. "

"Kalau begitu kamu ikut aku kembali ke Australia, bagaimana? "Kata Riki.

Pani kembali tertegun lagi.

Kali ini waktu tertegunnya lebih panjang.

Raut wajah Sumi dingin, dan berkonsentrasi kepada Pani dengan diam.

"Bagaimana? "Tanya Riki lagi.

"..... Paman Nulu, kamu panggilkan seseorang untuk mengantarkan makanan kemari, rasa makanannya jangan terlalu berat. "Pani menarik napas sedikit, menghindar dengan kaku tatapan Riki, dan melihat ke Sumi lalu berkata dengan pelan.

Sumi tidak bergerak.

Mengatakan dia pelit juga tidak apa - apa, atau tidak mempunyai sikap anggun juga tidak masalah!

Sumi saat sekarang ini sungguh tidak mempunyai suasana hati untuk mempedulikan makanan orang saingannya!

Jika Riki kembali untuk menjenguk Pani, dia tidak keberatan untuk bersikap sebagai tuan rumah.

Tapi terlihat jelas tujuan Riki tidak hanya datang untuk menjenguk sesederhana begitu saja, lalu mengapa dia harus berpura-pura menjadi dermawan.

Pokoknya.

Sekarang ini Sumi dapat mentolerir segala hal, hanya tidak bisa mentolerir jika ada orang yang mencoba memisahkannya dari Pani, sedikitpun tidak boleh!

Melihat Sumi tidak ada respon.

Pani semakin canggung, dia batuk pelan dengan kesal, suaranya juga semakin kecil, "Berikan hp kepadaku, aku sendiri yang memanggilnya juga bisa. "

Sumi menyipitkan mata ke hp.

Ketika saat Pani Wilman mengira Sumi akan memberikan hp kepada dirinya, pada akhirnya dia melihat Sumi melakukan sebuah tindakan yang sangat kekanak - kanakan.

Sumi membuka laci, dan memasukkan hp kedalamnya, lalu menutupnya!

Pani, "..... "Ekspresi wajahnya sangat terkejut sampai dia kehilangan kendali!

Ada apa dengan Sumi?

Bukankah Sumi terkenal karena keperhatiannya terhadap semua aspek, lembut dan bisa mengontrol diri?

Bagaimanapun Riki juga tamu!

Bukankah sudah sewajarnya memanggil makanan untuk tamu? Untuk apa dia bersikap seperti ini?

"He. "Riki tersenyum dingin, "Tidak perlu. Aku juga tidak sembarang memakan makanan yang dipesan oleh orang tertentu! "

Sumi menyipitkan mata ke arah Riki Wijaya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Pani melihat Riki, gigi putihnya mengigit pelan bibir bawahnya.

Inti masalahnya adalah bukan siapa yang memesan makanan lagi, tetapi Pani sangat canggung dan merasa malu yang tak tertahankan!

Ini disebut apa?

Selama bertahun - tahun di Kota Yu, Pani makan dan tinggal di tempat Riki.

Sekarang ini Riki bisa datang ke tempatnya adalah suatu hal yang jarang, Pani akhirnya mempunyai kesempatan untuk membalas kebaikan Riki, alhasil hpnya di sembunyikan oleh seseorang!

Apa dia perlu berlebihan begitu! ?

Pani mengerutkan alis, melihat Sumi dengan tidak terlalu senang, "Paman Nulu, kamu keterlaluan. "

Bibir Sumi terkatup lurus, menatap Pani dengan tenang.

"Tuan..... "

"Pani. "

Tiba - tiba Riki bersuara, suaranya menjadi tenang.

Pani dan Sumi bisa merasakannya, dan pada saat bersamaan melihat ke arah Riki.

Tidak hanya suara Riki menjadi lembut, bahkan ekspresi wajahnya juga menjadi lembut dan santai, matanya yang menatap Pani bahkan terlihat bisa berair, berkata, "Kamu jangan mempersulit Tuan Sumi lagi. Apakah kamu tidak bisa melihat? Tuan Sumi tidak suka kepadaku, maka dari itu dia tidak ingin bersikap seperti tuan rumah. Aku juga tidak menyalahkan Tuan Sumi tidak senang, aku juga tidak mempunyai hubungan pertemanan dengan Tuan Sumi, dengan kata lain, aku masih tetap saingannya. "

Sudut mulut Sumi bergerak, dan alisnya menegang.

"Riki, kamu salah paham. "Pani memilin alisnya, melihat ke Sumi dengan mengatupkan bibirnya, " Paman Nulu . "

Sumi melirik sekilas ke Riki, lalu kembali melihat Pani yang agak marah.

Sumi juga tidak bodoh, bagaimana mungkin dia tidak tahu bahwa Riki dengan sengaja memperparah konflik antara dia dan Pani.

Oleh karena itu.

Sumi membuka laci, dan mengeluarkan hp dari dalamnya, melihat Riki dengan lembut, "Tuan Wijaya ingin makan apa? Aku tahu ada sebuah restoran vegetarian yang rasanya lumayan enak, bagaimana kalau memesan beberapa hidangan dari restoran tersebut untuk di cicipi Tuan Wijaya? "

Riki juga tersenyum munafik menatap ke Sumi, "Tuan Sumi jika kamu merasa melayaniku karena terpaksa..... "

"Bagaimana mungkin terpaksa? Tuan Wijaya terlalu banyak berpikir! "Sumi sambil berkata sambil membuka wechat, dan mengirim pesan suara kepada Xuyan, menyuruh Xuyan agar segera pergi ke restoran membeli makanan dan membawanya kemari, "Tuan Wijaya adalah teman Pani, Pani Wilman adalah istri aku, kalau begitu, Tuan Wijaya juga termasuk temanku. Melayani teman, bagaimana mungkin terpaksa. "

Istri?

Tatapan Riki sedikit dingin, pandangannya beralih ke Pani.

Pani tersenyum kepadanya, "Aku sudah katakan bahwa kamu salah paham. Oh iya Riki, Bibi Wijaya dan Paman Mu apakah mereka baik - baik saja? "

Riki menyipitkan mata, "Ng, mereka semua baik. "

"Bagus kalau begitu. "Pani hening sejenak, dan menatap lurus ke Riki, "Bagaimana dengan kamu? "

Selesai mendengar.

Jari tangan Sumi yang memegangi hp menegang.

Melihat kekhawatiran Pani, hati Riki menjadi hangat, wajah tampannya itu menampilkan senyum tipis yang realistis, berkata dengan suara lembut, "Aku sekarang duduk didepan kamu, menurut kamu apakah aku baik - baik saja? Sebaliknya kamu, baru meninggalkan aku beberapa bulan, sudah membuat dirimu sendiri menjadi buruk seperti ini! Saat baru tiba dan melihat kamu dari pintu kamar pasien, aku hampir tidak mengenalimu karena menjadi jelek sekali! "

Meskipun mengatakan dengan nada bicara mengkritik, tapi juga tetap bisa didengar tersirat rasa simpati dan menyayangi yang dalam.

Pani menarik bibirnya, menatap Riki, dan berkata dengan pelan, "Baru beberapa bulan tidak bertemu, kamu sudah memiliki sebuah mulut beracun yang sangat hebat berbicara! "

"Biasakan untuk mendengarnya! Apakah kamu masih berharap mendengar sesuatu yang baik dariku, laki - laki yang kamu tinggalkan dengan kejam? "Riki mendengus

Pani, "..... "Baiklah, Riki sungguh membuat keadaan canggung dan tidak bisa berkata apa - apa!

Sumi melihat ke Pani dan Riki dengan mata yang dalam, tanpa terkendali wajahnya menjadi hitam.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu